Di sebuah rumah yang cukup besar, Athar dan Farid hanya tertunduk pasrah di depan Abah Dullah. Karena motor Athar tidak di bawa pulang bersamanya. Sudah dua kali kali Abah Dullah membelikan motor baru untuknya dan empat kali dengan sabar membenahi motor Athar agar bisa dipakai. Sedang jumlah uang yang digunakan tentu tidaklah sedikit jumlahnya.
"Ini ni, kalau anak kurang ajar. Kerjaannya cuma mau nyusahin orang tua saja. Sampai kapan kamu mau berubah, Athar. Apa dengan bermusuhan, kamu menjadi hebat, kaya dan di puja. Yang ada kamu hanya akan menjadi sampah masyarakat!" Marah Abah Dullah sangat emosi.
"Maaf Bah, mereka ngeroyok Athar, makannya motornya di tinggal disana tadi!" Jawab Athar sekenanya.
"Nah kan, berarti kamu itu cemen. Lari dari masalah. Lihat kakimu pincang begini, sedang pernikahan ada di depan mata. Apa kamu pikir Abah gak pusing ha?"
Athar membisu seribu bahasa, sungguh Ia memang berani di luar tapi seperti bayi kucing yang imut di depan Abahnya.
Abah Dullah pun beralih menatap Farid. Sebenarnya beliau tidak mempersalahkan pada siapa Athar bergaul. Tapi pertemanan yang salah seperti mereka itulah yang membuat Abah tidak suka.
"Ya sudah kamu pulang saja Rid, mulai hari ini Athar tidak ku izinkan keluar. Jadi pastikan motor itu kalian bawa kesini, bagaimana pun caranya. Atau Abah tidak akan membiarkan Athar bergaul lagi dengan kalian dan membuat persengkongkolan dengan orang tua kalian agar kalian di hukum!"
"Baik Bah!"
Farid menepuk pundak Athar sejenak, lalu pergi meninggalkan tempat itu.
"Bun, bawa dia masuk ke kamar. Mulai hari ini Athar hanya boleh keluar dari kamar saat Abah di rumah saja!" Titah Abah Dullah pada istri pertamanya.
bunda Alika mengangguk, dan menggandeng putra kesayangannya itu masuk ke dalam kamar. Ia sebenarnya sedih melihat Athar terus saja melakukan pembangkangan. Padahal Bunda sudah sering menasehati Athar dengan kesabaran dan ketulusan tapi Athar tetap saja keras kepala.
"Nak, kami sudah dewasa. Sebentar lagi akan menjadi kepala keluarga. Coba pikir, gimana kamu mau mengayomi dan melindungi istrimu dan anak-anakmu kelak jika sifatmu masih saja kekanak-kanakan seperti ini?"
"Iya Bun, Athar tahu. Tapi kan gak seru Bun, kalau gak ada pertikaian antar anak muda," jawab Athar masih dengan berani.
"AstaughfiruLLahaladzim, tidak baik bilang begitu nak. Kamu tidak tahu kan susahnya Bunda hamil kamu. Sampai rela Abah menikah dengan dua perempuan yang lebih cepat memberi keturunan ketimbang Bunda. Jadi Bunda mohon berbaktilah pada Bunda, nak!" Mohon Perempuan itu sembari menyeka air matanya.
Tidak tahu betapa pelik hidup yang harus di hadapkan dengan dua orang madu sekaligus. Ya, Abah Dullah menikahi Istri kedua dan memiliki anak lelaki, dan menikah istri ketiga berharap punya anak perempuan. Tapi nyatanya ketiga istri Abah hanya bisa memberi anak laki-laki saja.
******
Beberapa waktu berlalu , tak terasa hari akad hampir tiba. Besok Athar akan menikahi Zena jadi Ia dipingit bak seekor marmut yang di kurung. Athar tidak boleh keluar kamar sampai pernikahan berlangsung.
Semua itu tentu sangat membosankan, Athar yang biasa liar bak burung Elang yang suka berkelana, kini hanya mendekam di dalam satu ruangan.
Jika Ia di biarkan bebas, sudah pasti Athar akan melarikan diri dari tanggung jawab, dan itu bukanlah hal yang baik untuk pernikahan Athar.
"Bun, bagaimana dengan Athar?" Abah Dullah khawatir usaha mereka untuk melakukan itu tidak membuahkan hasil.
"Aman Bah, semoga besok Athar jadi lebih fresh!"
"Baguslah, kamu atur apa saja yang akan di bawa ke pernikahan Athar dan Zena nanti!"
"Iya, Bah jangan khawatirkan itu!"
Jauh menatap ke sudut sebuah rumah sederhana di kampung batuku Ayum. Kini banyak beberapa tetangga membantu persiapan. Pernikahan itu akan berlangsung di tiga tempat di hari yang sama. Karena Alan dan Ardhan juga akan menghalalkan wanita pilihan mereka.
"Ndok, lagi apa?"
Sejak tadi Bibi Marwah melihat Zena tidak tenang, mungkin Ia sedang was-was memikirkan hari esok.
"Gak papa Bi, Zena agak gugup sedikit!"
"Oh, karena itu. Bibi juga begitu saat mau menikah dengan Paman. Tapi ya di bawa santai aja. Yang penting yakin kalau menikah itu sebagai bentuk ibadah kita sama Allah!"
"Iya Bi, Zena cuma takut aja kalau suami Zena tukang pukul!"
Zena mengatakan itu seraya mengembangkan senyum. Berharap Bibi tidak tersinggung.
"Iya, iya, gak papa. Wajah kamu nampak merah tu. Percayalah suamimu adalah yang terbaik dari Tuhan!"
Bibi Marwah balas menggoda, sambil mengusap-usap pucuk kepala Zena lalu pergi meninggalkan gadis bercadar itu seorang diri.
"Ya Allah, kok jantung Zena terus berdebar-debar ya? Penasaran dengan hari esok?" Gumam Zena seorang diri.
Habis waktu hari itu, berputar bak Biang lala. Entah rasanya kenapa waktu cepat berlalu. Bahkan Zena tidak bisa tidur semalaman karena sibuk memikirkan pernikahan yang akan terjadi beberapa jam ke depan.
Riasan Zena hanya ala kadarnya, Ia akan di nikahi Athar sore hari. Karena harus bergantian. Pernikahan tidak berlangsung di rumah Abah Dullah tapi di rumah perempuannya.
"Wah, kerja keras ya Bah. Nganterin pengantin kita satu-satu?" Seloroh Pak Rt guyon.
"Iya Yon, kali-kali kalian lakukan ini buat saya, maklum penghulu dan walinya cuma satu jadi harus gantian. hahaha...!"
Mereka yang sedang membantu segala persiapkan cekikikan dengan hal itu. Sungguh pernikahan ini akan menjadi sejarah kampung bataku Ayum yang sejatinya tahu ketiga jagoan Abah Dullah hanyalah pemuda yang kurang baik tabiatnya.
Semua warga berbondong-bondong datang membantu dengan membawa 3 kelompok berisi seserahan. Isi dari seserahan itu sama dari mulai Alan, Ardhan dan Athar.
"Wah, aku gugup ni, mana aku duluan lagi!" Kesal ALan yang masih mematut diri di depan cermin dalam kamar Athar. Ketiga pemuda itu memakai jas putih yang sama.
"Aku juga Lan, tapi tetep gak sabar nungguin malam pertama!" Timpal Ardhan yang memiliki pikiran jauh kesana.
"Idih, emang lo tahu caranya?" Athar ikut masuk dalam obrolan.
"Ya tahulah liat Vidio itu!" Yakin Ardhan dengan percaya diri.
"Apanya sih, atas apa bawah?" Alan kurang peka dengan itu. Meski seorang pemabuk, Alan kurang peka liang semut yang di bicarakan Ardhan.
"Astaga, masak lo gak tahu Lan. Awas aja ya salah masuk, hahaha....!"
"Apaan sih? Apa salahnya berbagi. Supaya aku langsung ke intinya nanti."
Alan sedikit memikirkan hal itu beberapa saat lalu menatap Alan yang sibuk chattingan dengan Farid.
"Bagaimana kondisi di luar, aman?"
"Aman, Thar. Sepertinya Abah Dullah menyiapkan keamanan. Ada polisi di beberapa ruas jalan tempat terjadinya pesta."
"Baguslah, motornya?"
"Ada dua anak-anak yang mengintai dimarkas mereka!"
"Lakukan yang terbaik, Rid."
"Siap Thar, lo fokus aja menikah."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
miring alan...belah bambu pun bisa kok...masasih itu nggk tau.....
2023-02-17
1
orgtua mu thar,mau kmu jdi baik saja...bukan yg sempurna....jdi baik sja pun dah bagus...itukan untuk masa dpn thar...teman2 tdk selama2nya ada.....
2023-02-17
1
☠ᵏᵋᶜᶟ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳ɳҽˢ⍣⃟ₛ♋
wow langsung 3 nikah nya
2023-02-14
1