Chapter 5 : Menolak Ajakan Janda Cantik

“Bagaimana hubungan antara Ras Silumanmu dengan ... Ras Manusiaku—!”

“Pertanyaan bodoh!” Gadis itu mendengus dingin dan berkata, “Kedua ras tidak akan bisa hidup bersama selamanya di bawah langit yang sama ini!”

“Jadi ... begitu.” Xavier menghela nafas berat, sepertinya semua dunia fantasi selalu seperti ini, hubungan antar ras benar-benar tidak harmonis.

Padahal jika bisa hidup bersama, mungkin mengembangkan kota ini menjadi kota terbaik di dunia akan lebih mudah, karena tingkat ancaman jiwa akan sangat rendah.

Tapi yah ...

“Dunia tidak ada bedanya ...” Xavier mengutarakan isi hatinya. Bahkan di bumi juga meski dunia kelihatan baik-baik saja, tetapi masih ada peperangan abadi di beberapa tempat, sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan dunia ini.

“Apa kau masih ada pertanyaan lagi?” Gadis itu sudah kelihatan tidak sabaran dan tidak betah untuk lebih lama di tempat ini.

“Umm, yah ... satu pertanyaan lagi.” Xavier sedikit canggung ketika mengatakan ini. “Maukah kau bergabung dengan kota ini?”

“Tidak!”

Singkat, jelas, dan padat, Xavier sudah tahu jawaban seperti itu akan keluar dari mulut gadis tersebut.

Tapi apa boleh buat, Xavier tidak ingin memaksa kehendak gadis siluman kucing tersebut.

“Sekarang aku sudah menjawab pertanyaanmu, jadi mana pisau daggerku?” sambil mengulurkan tangannya sebagai isyarat meminta.

“Itu.” Xavier melihat tepat di belakang gadis tersebut. Di sana masih tergantung suatu dagger yang terbuat dari logam khusus, terdapat ukiran seperti rune di atasnya yang memancarkan cahaya ketika terkena cahaya, itu pastilah logam langka.

“Sighhh!” Ia mendengus kesal, tidak dia sangka Xavier akan menggantung benda tersebut di dekatnya.

Setelah gadis siluman kucing tersebut mengambil dagger yang digantungkan oleh Xavier, Xavier masih tidak menyerah untuk memberinya tawaran.

“Jika kau mau bergabung dengan kota ini, aku selalu terbuka.”

“Tidak akan pernah!” Tampak jelas ada tatapan berapi-api dalam matanya yang menjadi simbol kebencian terhadap manusia.

“Oke ...” Xavier mengangguk dan dengan enggan membiarkan pergi.

“Tuanku, apa tidak apa-apa membiarkannya begitu saja?” Old Sam tiba-tiba masuk ke dalam ruangannya, lalu memandang kepergian gadis tersebut dari jendela mansion.

“... Old Sam, apa ada kota di dekat sini?”

“Tidak ada, Tuanku.”

“Hmmm ...” Xavier tersenyum tipis dan memberinya perintah sederhana, “Ambil selimut di gudang dan bersihkan satu kamar kosong di mansion.”

Meski tidak mengerti mengapa Xavier menyuruhnya tanpa penjelasan yang jelas, lelaki tua itu tetap menerimanya dan menjalankan apa yang diperintahkan oleh Xavier.

•••

Malam hari, Kota Insel dan wilayah sekitarnya diliputi oleh salju yang lebat dalam jarak ribuan mil. Setiap warga Kota Insel saat ini hanya bisa berdiam diri di rumah mereka sambil menyalakan perapian untuk menghangatkan tubuh dan menyantap bubur gandum yang diberikan oleh Penguasa Kota mereka, yakni Xavier.

Tepat ketika semua orang sedang berdiam diri di dalam rumah mereka masing-masing, Xavier seorang diri mengenakan jaket berbulunya pergi keluar dari mansionnya dengan maksud tersendiri.

Xavier bergerak dan menelusuri setiap gang di kota itu sambil memegang lentera di tangannya, seolah dia sedang mencari sesuatu, tapi tetap tidak mendapatkannya, sampai ketika dia tiba di dekat gerbang kota dan melihat ke atas, ke arah menara kecil yang berada di sana.

“Huft ...” Menghembuskan udara dingin dari mulutnya, Xavier pun meletakkan lentera api tersebut ke atas tanah, lalu mulai memanjat menara kecil tersebut dengan hati-hati.

Sesampainya di atas, Xavier tersenyum hangat. “Sudah kuduga, kau ada di sini.”

•••

Keesokan harinya, warga kota mulai melaksanakan kerja bakti bersama untuk membersihkan jalanan-jalanan yang terkena salju lebat semalam, tiap orang bekerja dengan senang hati dan penuh tenaga, wajah mereka riang dan tulus mengerjakan semua itu.

Sementara itu, Xavier yang kini sedang duduk di meja kerjanya memiliki hidung yang sedikit memerah, sepertinya dia sedikit pilek.

Tok tok tok ...

“Masuk ...”

Klakkk …

Pintu terbuka secara perlahan dan menampakkan sosok gadis siluman kucing yang kemarin ditemui olehnya. Melihat itu, Xavier segera bertingkah seperti orang bingung.

“Kenapa kau kembali—”

“Ambil ini! Aku tidak butuh itu!” tandasnya sambil melempar jaket berbulu kepada Xavier.

Tangkap ...

Xavier menerima jaket tersebut lalu menaikkan salah satu alisnya. “Ini bukan milikku—”

“Ras-mu terlalu pandai berbohong.” Gadis itu mendengus dingin sekali lagi, “Aku bisa mencium bau busuk tubuhmu yang masih tersangkut di jaket itu!” tegasnya.

“Ohhh ...” Xavier berpura-pura polos lagi.

“Cihhh!” Tingkah Xavier membuatnya tidak ingin terlalu berlama-lama di sini, jadi dia segera bergegas pergi melewati jendela dengan cara melompat dari satu tempat ke tempat yang lain.

“Dia cocok menjadi Intel, aku harus merekrutnya segera!” Xavier tersenyum penuh arti.

Intelegensi atau Intel adalah sosok yang berperan penting dalam mengumpulkan informasi, baik tentang kekuatan atau kelemahan suatu pihak, sosok seperti itu tentu akan sangat berguna bagi dirinya dan kepentingan Kota Insel kedepannya.

“Pertama-tama ...” Xavier sudah memiliki banyak kemungkinan dalam benaknya yang mendukung rencananya.

•••

Keluar dari mansionnya, kali ini Xavier pergi dari rumah ke rumah untuk memberi mereka pesan, dan semua orang menerima pesan itu dengan baik dan berjanji akan melakukannya meski sedikit bingung kenapa Xavier meminta mereka melakukan itu.

“Emm, baik, Tuanku. Aku akan melakukannya karena itu kemauan anda.” Warga kota yang dikunjungi rumahnya paling terakhir berkata seraya bertanya balik, “Tapi, Tuanku. Apa dia berbahaya? Kudengar ...”

“Tenang saja ...” Xavier tersenyum kepada janda cantik itu, “Aku akan bertanggung jawab jika terjadi apa-apa.”

“Umm, karena anda sudah berkata seperti itu, maka aku merasa lega.”

“Oke, itu saja. Aku pergi dahulu.” Xavier mengucapkan salam selamat tinggal dan berbalik untuk bergegas pergi. Ketika tiba di ujung pintu, janda itu memanggilnya dengan pelan.

“Apa anda tidak ingin tinggal lebih lama di sini?” Ia bertanya dengan maksud tertentu.

Perkataan itu membuat Xavier tersenyum, tetapi saat ini dia lebih mementingkan hal lain.

“Mungkin lain kali,” jawabnya seraya membuka pintu dan mengambil langkah kaki keluar untuk bergegas pergi dari sana.

“Hah, jadi gini rasanya jadi bangsawan?” gumam Xavier, seperti yang dia sering baca-baca di kisah-kisah sejarah, seorang bangsawan sering digoda oleh banyak wanita yang menginginkan hidup kaya.

Xavier tidak ada masalah dengan ini, sebab itu adalah standar mereka dalam memilih lelaki.

Kejadian seperti ini sudah bukan hal lazim bagi Xavier sebab ini sudah terjadi dalam seminggu terakhir tetapi Xavier sering menolak mereka karena satu alasan.

Dia tidak memiliki pengaman ... Ingin membelinya tetapi ia selalu sibuk dengan urusan di bidang pertanian dan perkotaan, benar-benar tidak ada banyak waktu untuk hal seperti itu.

Jadi bukannya dia tidak tertarik, lagi pula dia lelaki normal, yang butuh hal-hal seperti itu dalam kehidupan, omong kosong jika menolak banyak tawaran para janda cantik di kota ini.

Tapi mari selesaikan masalah yang lain sebelum memikirkan yang lain! Hal semacam itu bisa dia dapatkan ketika dirinya memiliki popularitas yang sangat tinggi di masa depan.

•••

Bersambung! Jangan lupa tinggalkan like dan komen sebagai dukungan bagi Author, makasih :)

Terpopuler

Comments

EL Shawieto

EL Shawieto

Itu pasti ada. Janda selalu di depan

2023-02-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!