Bab 20. Belain terus

"Selama ini saya sudah berusaha melakukan yang terbaik ya pak untuk perusahaan ini, tapi bapak aja yang gak pernah anggap kinerja saya!" tegas Sahira.

"Oh ya? Kalo gitu ngapain kamu malah disini saat jam kerja berlangsung? Ingat ya Sahira, waktu istirahat itu sudah ada sendiri dan kamu gak bisa mampir ke kantin disaat jam kerja!" ucap Alan.

"Lah terus bapak ngapain kesini? Ini kan bukan jam istirahat," ucap Sahira.

"Saya kan bos disini, jadi suka-suka saya lah!" ucap Alan dengan pede.

"Dih, dimana-mana bos itu harus memberikan contoh yang baik sama karyawannya. Gimana karyawannya mau pada disiplin coba kalau bosnya aja kayak gini?" cibir Sahira.

Alan memandang kesal ke arah Sahira, "Kamu benar-benar kurang ajar ya Sahira! Lihat saja, saya akan tambah hukuman kamu!" ucapnya.

"Yah jangan dong pak! Saya baru aja selesai jalanin hukuman dari bapak, masa saya harus kena hukuman lagi?" ucap Sahira memelas.

"Saya gak perduli!" ujar Alan.

Pria itu berbalik dan hendak pergi meninggalkan Sahira yang masih cemberut disana, namun tanpa diduga Saka justru hadir mencegahnya sehingga Alan terpaksa berhenti sejenak.

"Gue mau bicara sama lu, jangan semena-mena sama karyawan lu Alan!" ucap Saka.

Alan mendengus kesal, ia melirik sekilas ke arah Sahira dan kembali menatap wajah kakaknya. Sedangkan Saka sedari tadi hanya fokus menatap Alan tanpa perduli dengan keberadaan Sahira disana, fokusnya kali ini hanya untuk menegur Alan yang selalu berbuat semena-mena di kantor itu.

Saka tentu mendengar semua yang dibicarakan Alan dengan Sahira tadi, sebab ia memang terus memantau Sahira agar gadis itu bisa aman bekerja disana tanpa gangguan apapun. Sontak saat ia merasa ada yang tidak beres, langsung saja ia menegur Alan dan menasehati pria itu.

"Apa sih lu? Lu gausah ikut campur deh, biar urusan kantor jadi urusan gue!" sentak Alan.

"Emang lu itu belum pantas buat jadi pemimpin ya Alan? Sikap lu masih kekanak-kanakan, harusnya lu profesional dong!" ucap Saka.

"Gue profesional kok, justru lu yang gak profesional!" ucap Alan membalikkan kata-kata kakaknya.

"Hahaha, kenapa jadi gue?" tanya Saka heran.

"Harusnya lu sendiri juga udah tau bang, lu itu kan terlalu memihak Sahira dan selalu belain dia. Bahkan walau dia melakukan kesalahan, lu tetap aja bela dia. Lo sadar diri dong bang!" jawab Alan.

"Gue bukan cuma bela Sahira, tapi gue bela siapapun yang benar. Termasuk disini, Sahira itu gak salah karena dia emang baru datang ke kantin kok. Dia melewati waktu istirahatnya tadi gara-gara hukuman dari lu, dan sekarang dia cuma mau minum sebentar setelah lelah bekerja. Apa itu salah bro? Sahira juga bisa lelah kali," ucap Saka.

Alan terdiam kaku, ia merasa bersalah meskipun tentunya ia terlalu gengsi untuk mengakui kesalahannya di depan Sahira dan meminta maaf.

"Benar yang dibilang pak Saka, tadi waktu istirahat itu saya kan lagi dihukum sama bapak," ucap Sahira.

"Diam kamu Sahira! Yasudah, kamu istirahat aja sana!" ujar Alan ketus.

Setelahnya, Alan langsung pergi dengan keadaan emosi. Ia merasa telah dipermalukan oleh kakaknya sendiri di hadapan para karyawannya, sedangkan Saka kini menghampiri Sahira sambil tersenyum dan mencoba menenangkan gadis itu.

Sore harinya, Awan datang ke rumah Sahira dengan membawa sekotak pizza yang baru ia pesan, ia berdiam sejenak di depan teras rumah sembari merapihkan rambutnya. Ia berharap Sahira sudah pulang bekerja dan dirinya bisa bertemu dengan gadis itu disana.

Namun, baru saja Awan hendak melangkah sudah ada seseorang yang muncul dari arah lain dan memanggilnya. Awan pun mengurungkan niatnya, lalu menoleh ke belakang. Ia menemukan Yoshi berada disana dengan tampilan modisnya, melihat itu sontak membuat Awan emosi.

"Mau ngapain lu ke rumah Sahira sore-sore gini?" tanya Yoshi dengan dingin.

Awan berjalan menghampiri Yoshi disertai senyum tipis menghiasi wajahnya, pria itu menatap Yoshi sembari menaruh satu tangan di saku celana dan satu lagi seolah menunjukkan kotak pizza kepada Yoshi. Ia ingin membuat Yoshi iri karena saat ini ia membawakan pizza untuk Sahira.

"Jelas dong, gue mau kasih ini ke Sahira. Nah lu sendiri ngapain kesini? Tangan kosong lagi, gak punya modal ya buat deketin cewek? Mending mundur deh bro!" kekeh Awan.

"Lo jangan anggap remeh gue! Gini-gini gue punya keistimewaan yang bisa membuat Sahira terpikat, kita lihat aja nanti!" ucap Yoshi.

"Okay, terserah lu aja," singkat Awan.

Setelahnya, Awan pun berniat kembali ke dekat pintu. Akan tetapi, dengan cekatan Yoshi mencekal lengannya dan menarik Awan sampai pria itu hampir terjatuh. Yoshi memanfaatkan kesempatan itu untuk bergerak lebih dulu ke depan pintu rumah Sahira, Awan yang tak mau kalah juga langsung bergerak sehingga mereka terlibat saling dorong.

"Haish, sana lu ah jangan ikut-ikut deh! Lu itu gak berhak deketin Sahira, cuma gue yang boleh!" ucap Awan.

"Ah apaan sih lu? Justru gue yang paling berhak ada disini, karena semalam gue udah nyatain cinta ke Sahira!" ucap Yoshi pede.

"Yah elah baru juga nyatain, belum tentu bakal diterima!" cibir Awan.

"Udah pasti lah, gue yakin banget Sahira itu cinta sama gue dan dia bakal terima gue buat jadi pacarnya!" ucap Yoshi.

"Heh! Lu mending pulang, terus cuci muka deh sana! Kebanyakan halu nya lu!" ujar Awan.

"Lo yang halu!"

"Lo!"

Mereka terus berdebat, sampai sebuah klakson mobil menghentikan aksi mereka. Kedua pria itu terperangah ketika melihat Sahira keluar dari dalam mobil bersama pria tampan di sampingnya, seketika hati Awan maupun Yoshi hancur dalam sekejap setelah melihat itu.

"Pak, makasih ya udah anterin saya pulang lagi. Saya jadi gak enak ngerepotin bapak terus," ucap Sahira pada Saka.

Ya pria yang barusan dilihat oleh Awan dan Yoshi adalah Saka, kakak dari bos dimana tempat Sahira bekerja. Tentunya jika dibandingkan dengan mereka, Saka jauh lebih unggul dari segalanya. Meski Awan memiliki warung kopi, tapi dirinya juga belum mampu membeli mobil seperti milik Saka.

Hari ini Sahira memang kembali diantar pulang oleh Saka, awalnya ia menolak tetapi Saka memaksa sehingga akhirnya Sahira pun mau pulang bersama pria itu. Lagipun, Keira tadi juga dijemput oleh kekasihnya dan membuat Sahira tak ada pilihan lain.

"Sama-sama Sahira, saya senang kok anterin kamu pulang. Saya jadi bisa mampir ke desa ini lagi, soalnya suasana disini masih asri banget. Kamu gak masalah kan kalau saya sering kesini?" ucap Saka dengan senyum lebarnya.

Sahira menggeleng, "Jelas enggak dong pak, saya justru makasih banget karena bapak udah mau sering antar saya pulang," ucapnya.

"Syukur deh, saya soalnya jarang banget main ke tempat kayak gini. Paling seringnya saya mah jalan-jalan di kota, yang tentunya udaranya udah tercemar banget," ucap Saka.

"Ya betul pak, disini juga untungnya masih banyak warga yang mau tanam pohon-pohon," ujar Sahira.

"Yaudah, yuk saya antar sampai depan rumah kamu!" ajak Saka.

"Eee gausah deh pak, nanti ibu saya malah ngomong yang enggak-enggak lagi. Saya takut bapak jadi gak nyaman gitu," ujar Sahira.

"Gak masalah, saya senang kok ngobrol sama ibu kamu. Lagian masa saya cuma antar sampai sini? Antar itu sampe depan rumah dong Sahira," ucap Saka memaksa.

Lagi-lagi Sahira tak bisa menolak, ia pun menganggukkan kepalanya memberi izin pada Saka untuk mengantarnya sampai depan rumah. Namun, mereka justru dibuat kaget saat melihat keberadaan Awan serta Yoshi disana. Sahira bahkan sampai mengernyit heran, ia tak menyangka dua pria itu sudah ada di depan rumahnya.

"Sahira, mereka siapa? Kamu punya fans ya? Wajar sih, pasti kamu bunga desa disini," ujar Saka.

"Sembarangan aja ih pak Saka, saya mah bukan bunga desa kali pak, tapi bunga pasir. Mereka itu juga bukan fans saya, lebih ke teman aja sih," ucap Sahira sedikit bercanda.

"Hahaha, kamu lucu ya? Teman-teman kamu itu sering datang ke rumah kamu?" tanya Saka.

"Gak sering sih pak, saya juga heran kenapa mereka sekarang ada di depan rumah saya," jawab Sahira.

"Kita samperin aja yuk!" usul Saka.

Sahira mengangguk, mereka pun lanjut berjalan menghampiri Awan dan juga Yoshi disana. Saat sudah dekat, terlihat kedua pria yang sedari tadi hanya diam itu kini mulai melancarkan aksinya di depan Sahira serta Saka. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka juga pantas memiliki gadis seperti Sahira.

"Halo Sahira, selamat sore! Pulang kerja gini enaknya makan pizza loh, nih aku udah beliin khusus buat kamu!" ucap Awan menyapa Sahira seraya menyerahkan kotak pizza nya.

"Eits, gak boleh kebanyakan makan pizza tau nanti kolesterol. Mending ikut sama aku aja jalan ke luar!" ujar Yoshi.

Sedangkan Sahira hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah aneh kedua pria itu, Saka yang berada di sampingnya pun ikut terkekeh, kini Saka tau apa alasan Yoshi dan Awan ada di depan rumah Sahira.

...~Bersambung~...

...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...

Terpopuler

Comments

Nur Afwa

Nur Afwa

awas lhoh pak Alan marah2 nanti ktuh nya ke hati

2023-06-27

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Ibu tiri
2 Bab 2. Trauma
3 Bab 3. Ditolak
4 Bab 4. Kamu diterima
5 Bab 5. Kerja
6 Bab 6. Pingsan
7 Bab 7. Gara-gara lift
8 Bab 8. Duduk di depan
9 Bab 9. Masih ada baiknya
10 Bab 10. Ibu ke kantor
11 Bab 11. Mau tembak dia
12 Bab 12. Masih galak
13 Bab 13. Ke rumah Sahira
14 Bab 14. Wati tak sengaja
15 Bab 15. Putus
16 Bab 16. Bunuh diri?
17 Bab 17. Takut
18 Bab 18. Dihukum
19 Bab 19. Ketahuan
20 Bab 20. Belain terus
21 Bab 21. Perubahan Alan
22 Bab 22. Diperebutkan
23 Bab 23. Membeli perhiasan
24 Bab 24. Yoshi penasaran
25 Bab 25. Yoshi melabrak
26 Bab 26. Banyak banget
27 Bab 27. Wati kenapa?
28 Bab 28. Minta balikan
29 Bab 29. Selingkuh?
30 Bab 30. Gapapa kok
31 Bab 31. Alan berubah lagi?
32 Bab 32. Ari dan Wati
33 Bab 33. Yoshi patah hati
34 Bab 34. Mau digendong
35 Bab 35. Pengakuan Cat
36 Bab 36. Fatimeh ternyata
37 Bab 37. Sahira curiga
38 Bab 38. Keira dan pacarnya
39 Bab 39. Berdebar-debar
40 Bab 40. Hampir
41 Bab 41. Nama Anggun
42 Bab 42. Permohonan Nawal
43 Bab 43. Gausah diperpanjang
44 Bab 44. Belum sarapan
45 Bab 45. Berkelahi
46 Bab 46. Ditembak Yoshi
47 Bab 47. Mendekatinya
48 Bab 48. Terjebak di lift
49 Bab 49. Lembur
50 Bab 50. Bertemu preman
51 Bab 51. Tidak mau ada pertikaian
52 Bab 52. Fatimeh kemana?
53 Bab 53. Romantis banget
54 Bab 54. Kaget
55 Bab 55. Balikan aja
56 Bab 56. Ivan tanya
57 Bab 57. Cerita aja
58 Bab 58. Fatimeh terkejut
59 Bab 59. Lamar kamu
60 Bab 60. Dicium kekasih
61 Bab 61. Papa datang
62 Bab 62. Kecemburuan
63 Bab 63. Lunch bareng
64 Bab 64. Belum kembali
65 Bab 65. Harus janji
66 Bab 66. Rencana dinner
67 Bab 67. Dibuat grogi
68 Bab 68. Kepergok
69 Bab 69. Pelakor?
70 Bab 70. Ada apa?
71 Bab 71. Pertanyaan mendadak
72 Bab 72. First date (1)
73 Bab 73. Panggil mas
74 Bab 74. Kebenarannya
75 Bab 75. Kembali membahas itu
76 Bab 76. Cewek gue
77 Bab 77. Akui saja
78 Bab 78. Dilabrak
79 Bab 79. Salah terus
80 Bab 80. Sudah punya pacar
81 Bab 81. Siasat Ari
82 Bab 82. Jangan ngebut-ngebut
83 Bab 83. Gak mau
84 Bab 84. Mau pergi aja
85 Bab 85. Lapar kan?
86 Bab 86. Sahur pertama
87 Bab 87. Nyaris ketahuan
88 Bab 88. Ajakan bukber
89 Bab 89. Heboh sendiri
90 Bab 90. Kekacauan
91 Bab 91. Belum mau
92 Bab 92. Minggu pagi
93 Bab 93. Jahat banget
94 Bab 94. Mau datang
95 Bab 95. Hal mudah
96 Bab 96. Kejebak hujan
97 Bab 97. Cerita Sahira
98 Bab 98. Kedatangan mama
99 Bab 99. Sempat debat
100 Bab 100. Patah rahang
101 Bab 101. Nawal sadar
102 Bab 102. Menyadarkan Fatimeh
103 Bab 103. Sahira kecewa
104 Bab 104. Ngamuk sendiri
105 Bab 105. Lingkungan baru
106 Bab 106. Gak ada masalah
107 Bab 107. Dikenalkan ke orang tua
108 Bab 108. Kejujuran Alan
109 Bab 109. Sudah malas
110 Bab 110. Kenalan baru
111 Bab 111. Mulai dekat
112 Bab 112. Berhasil dibujuk
113 Bab 113. Beda agama
114 Bab 114. Salah paham
115 Bab 115. Makin dekat
116 Bab 116. Pertemuan calon besan
117 Bab 117. Sungguh tak menyangka
118 Bab 118. Sayang sama ibu
119 Bab 119. Tiba-tiba marah
120 Bab 120. Jauhi mereka semua
121 Bab 121. Selamat hari raya
122 Bab 122. Malah datang
123 Bab 123. Liburan dong
124 Bab 124. Mulai tenang
125 Bab 125. Jadian aja
126 Bab 126. Sekretaris baru
127 Bab 127. Permainan manager
128 Bab 128. Nawal tahu
129 Bab 129. Dibuat tersipu
130 Bab 130. Sempat panik
131 Bab 131. Playboy?
132 Bab 132. Teriakan pengganggu
133 Bab 133. Kegaduhan
134 Bab 134. Keributan di rumah Alan
135 Bab 135. Bukan anak mama?
136 Bab 136. Tenangin diri
137 Bab 137. Tinggal bareng?
138 Bab 138. Mencari Alan
139 Bab 139. Marah
140 Bab 140. Pertikaian adik-kakak
141 Bab 141. Pindah?
142 Bab 142. Memikirkan pekerjaan
143 Bab 143. Selingkuh?
144 Bab 144. Jujur
145 Bab 145. Alan gila?
146 Bab 146. Cinta atau tidak?
147 Bab 147. Marah
148 Bab 148. Tidak jadi
149 Bab 149. Minum susu
150 Bab 150. Melihat sesuatu
151 Bab 151. Lamaran
152 Bab 152. Wawancara
153 Bab 153. Bertemu mama
154 Bab 154. Melihatnya
155 Bab 155. Tak pantas lagi
156 Bab 156. Saling sayang (end)
Episodes

Updated 156 Episodes

1
Bab 1. Ibu tiri
2
Bab 2. Trauma
3
Bab 3. Ditolak
4
Bab 4. Kamu diterima
5
Bab 5. Kerja
6
Bab 6. Pingsan
7
Bab 7. Gara-gara lift
8
Bab 8. Duduk di depan
9
Bab 9. Masih ada baiknya
10
Bab 10. Ibu ke kantor
11
Bab 11. Mau tembak dia
12
Bab 12. Masih galak
13
Bab 13. Ke rumah Sahira
14
Bab 14. Wati tak sengaja
15
Bab 15. Putus
16
Bab 16. Bunuh diri?
17
Bab 17. Takut
18
Bab 18. Dihukum
19
Bab 19. Ketahuan
20
Bab 20. Belain terus
21
Bab 21. Perubahan Alan
22
Bab 22. Diperebutkan
23
Bab 23. Membeli perhiasan
24
Bab 24. Yoshi penasaran
25
Bab 25. Yoshi melabrak
26
Bab 26. Banyak banget
27
Bab 27. Wati kenapa?
28
Bab 28. Minta balikan
29
Bab 29. Selingkuh?
30
Bab 30. Gapapa kok
31
Bab 31. Alan berubah lagi?
32
Bab 32. Ari dan Wati
33
Bab 33. Yoshi patah hati
34
Bab 34. Mau digendong
35
Bab 35. Pengakuan Cat
36
Bab 36. Fatimeh ternyata
37
Bab 37. Sahira curiga
38
Bab 38. Keira dan pacarnya
39
Bab 39. Berdebar-debar
40
Bab 40. Hampir
41
Bab 41. Nama Anggun
42
Bab 42. Permohonan Nawal
43
Bab 43. Gausah diperpanjang
44
Bab 44. Belum sarapan
45
Bab 45. Berkelahi
46
Bab 46. Ditembak Yoshi
47
Bab 47. Mendekatinya
48
Bab 48. Terjebak di lift
49
Bab 49. Lembur
50
Bab 50. Bertemu preman
51
Bab 51. Tidak mau ada pertikaian
52
Bab 52. Fatimeh kemana?
53
Bab 53. Romantis banget
54
Bab 54. Kaget
55
Bab 55. Balikan aja
56
Bab 56. Ivan tanya
57
Bab 57. Cerita aja
58
Bab 58. Fatimeh terkejut
59
Bab 59. Lamar kamu
60
Bab 60. Dicium kekasih
61
Bab 61. Papa datang
62
Bab 62. Kecemburuan
63
Bab 63. Lunch bareng
64
Bab 64. Belum kembali
65
Bab 65. Harus janji
66
Bab 66. Rencana dinner
67
Bab 67. Dibuat grogi
68
Bab 68. Kepergok
69
Bab 69. Pelakor?
70
Bab 70. Ada apa?
71
Bab 71. Pertanyaan mendadak
72
Bab 72. First date (1)
73
Bab 73. Panggil mas
74
Bab 74. Kebenarannya
75
Bab 75. Kembali membahas itu
76
Bab 76. Cewek gue
77
Bab 77. Akui saja
78
Bab 78. Dilabrak
79
Bab 79. Salah terus
80
Bab 80. Sudah punya pacar
81
Bab 81. Siasat Ari
82
Bab 82. Jangan ngebut-ngebut
83
Bab 83. Gak mau
84
Bab 84. Mau pergi aja
85
Bab 85. Lapar kan?
86
Bab 86. Sahur pertama
87
Bab 87. Nyaris ketahuan
88
Bab 88. Ajakan bukber
89
Bab 89. Heboh sendiri
90
Bab 90. Kekacauan
91
Bab 91. Belum mau
92
Bab 92. Minggu pagi
93
Bab 93. Jahat banget
94
Bab 94. Mau datang
95
Bab 95. Hal mudah
96
Bab 96. Kejebak hujan
97
Bab 97. Cerita Sahira
98
Bab 98. Kedatangan mama
99
Bab 99. Sempat debat
100
Bab 100. Patah rahang
101
Bab 101. Nawal sadar
102
Bab 102. Menyadarkan Fatimeh
103
Bab 103. Sahira kecewa
104
Bab 104. Ngamuk sendiri
105
Bab 105. Lingkungan baru
106
Bab 106. Gak ada masalah
107
Bab 107. Dikenalkan ke orang tua
108
Bab 108. Kejujuran Alan
109
Bab 109. Sudah malas
110
Bab 110. Kenalan baru
111
Bab 111. Mulai dekat
112
Bab 112. Berhasil dibujuk
113
Bab 113. Beda agama
114
Bab 114. Salah paham
115
Bab 115. Makin dekat
116
Bab 116. Pertemuan calon besan
117
Bab 117. Sungguh tak menyangka
118
Bab 118. Sayang sama ibu
119
Bab 119. Tiba-tiba marah
120
Bab 120. Jauhi mereka semua
121
Bab 121. Selamat hari raya
122
Bab 122. Malah datang
123
Bab 123. Liburan dong
124
Bab 124. Mulai tenang
125
Bab 125. Jadian aja
126
Bab 126. Sekretaris baru
127
Bab 127. Permainan manager
128
Bab 128. Nawal tahu
129
Bab 129. Dibuat tersipu
130
Bab 130. Sempat panik
131
Bab 131. Playboy?
132
Bab 132. Teriakan pengganggu
133
Bab 133. Kegaduhan
134
Bab 134. Keributan di rumah Alan
135
Bab 135. Bukan anak mama?
136
Bab 136. Tenangin diri
137
Bab 137. Tinggal bareng?
138
Bab 138. Mencari Alan
139
Bab 139. Marah
140
Bab 140. Pertikaian adik-kakak
141
Bab 141. Pindah?
142
Bab 142. Memikirkan pekerjaan
143
Bab 143. Selingkuh?
144
Bab 144. Jujur
145
Bab 145. Alan gila?
146
Bab 146. Cinta atau tidak?
147
Bab 147. Marah
148
Bab 148. Tidak jadi
149
Bab 149. Minum susu
150
Bab 150. Melihat sesuatu
151
Bab 151. Lamaran
152
Bab 152. Wawancara
153
Bab 153. Bertemu mama
154
Bab 154. Melihatnya
155
Bab 155. Tak pantas lagi
156
Bab 156. Saling sayang (end)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!