"Selama ini saya sudah berusaha melakukan yang terbaik ya pak untuk perusahaan ini, tapi bapak aja yang gak pernah anggap kinerja saya!" tegas Sahira.
"Oh ya? Kalo gitu ngapain kamu malah disini saat jam kerja berlangsung? Ingat ya Sahira, waktu istirahat itu sudah ada sendiri dan kamu gak bisa mampir ke kantin disaat jam kerja!" ucap Alan.
"Lah terus bapak ngapain kesini? Ini kan bukan jam istirahat," ucap Sahira.
"Saya kan bos disini, jadi suka-suka saya lah!" ucap Alan dengan pede.
"Dih, dimana-mana bos itu harus memberikan contoh yang baik sama karyawannya. Gimana karyawannya mau pada disiplin coba kalau bosnya aja kayak gini?" cibir Sahira.
Alan memandang kesal ke arah Sahira, "Kamu benar-benar kurang ajar ya Sahira! Lihat saja, saya akan tambah hukuman kamu!" ucapnya.
"Yah jangan dong pak! Saya baru aja selesai jalanin hukuman dari bapak, masa saya harus kena hukuman lagi?" ucap Sahira memelas.
"Saya gak perduli!" ujar Alan.
Pria itu berbalik dan hendak pergi meninggalkan Sahira yang masih cemberut disana, namun tanpa diduga Saka justru hadir mencegahnya sehingga Alan terpaksa berhenti sejenak.
"Gue mau bicara sama lu, jangan semena-mena sama karyawan lu Alan!" ucap Saka.
Alan mendengus kesal, ia melirik sekilas ke arah Sahira dan kembali menatap wajah kakaknya. Sedangkan Saka sedari tadi hanya fokus menatap Alan tanpa perduli dengan keberadaan Sahira disana, fokusnya kali ini hanya untuk menegur Alan yang selalu berbuat semena-mena di kantor itu.
Saka tentu mendengar semua yang dibicarakan Alan dengan Sahira tadi, sebab ia memang terus memantau Sahira agar gadis itu bisa aman bekerja disana tanpa gangguan apapun. Sontak saat ia merasa ada yang tidak beres, langsung saja ia menegur Alan dan menasehati pria itu.
"Apa sih lu? Lu gausah ikut campur deh, biar urusan kantor jadi urusan gue!" sentak Alan.
"Emang lu itu belum pantas buat jadi pemimpin ya Alan? Sikap lu masih kekanak-kanakan, harusnya lu profesional dong!" ucap Saka.
"Gue profesional kok, justru lu yang gak profesional!" ucap Alan membalikkan kata-kata kakaknya.
"Hahaha, kenapa jadi gue?" tanya Saka heran.
"Harusnya lu sendiri juga udah tau bang, lu itu kan terlalu memihak Sahira dan selalu belain dia. Bahkan walau dia melakukan kesalahan, lu tetap aja bela dia. Lo sadar diri dong bang!" jawab Alan.
"Gue bukan cuma bela Sahira, tapi gue bela siapapun yang benar. Termasuk disini, Sahira itu gak salah karena dia emang baru datang ke kantin kok. Dia melewati waktu istirahatnya tadi gara-gara hukuman dari lu, dan sekarang dia cuma mau minum sebentar setelah lelah bekerja. Apa itu salah bro? Sahira juga bisa lelah kali," ucap Saka.
Alan terdiam kaku, ia merasa bersalah meskipun tentunya ia terlalu gengsi untuk mengakui kesalahannya di depan Sahira dan meminta maaf.
"Benar yang dibilang pak Saka, tadi waktu istirahat itu saya kan lagi dihukum sama bapak," ucap Sahira.
"Diam kamu Sahira! Yasudah, kamu istirahat aja sana!" ujar Alan ketus.
Setelahnya, Alan langsung pergi dengan keadaan emosi. Ia merasa telah dipermalukan oleh kakaknya sendiri di hadapan para karyawannya, sedangkan Saka kini menghampiri Sahira sambil tersenyum dan mencoba menenangkan gadis itu.
•
•
Sore harinya, Awan datang ke rumah Sahira dengan membawa sekotak pizza yang baru ia pesan, ia berdiam sejenak di depan teras rumah sembari merapihkan rambutnya. Ia berharap Sahira sudah pulang bekerja dan dirinya bisa bertemu dengan gadis itu disana.
Namun, baru saja Awan hendak melangkah sudah ada seseorang yang muncul dari arah lain dan memanggilnya. Awan pun mengurungkan niatnya, lalu menoleh ke belakang. Ia menemukan Yoshi berada disana dengan tampilan modisnya, melihat itu sontak membuat Awan emosi.
"Mau ngapain lu ke rumah Sahira sore-sore gini?" tanya Yoshi dengan dingin.
Awan berjalan menghampiri Yoshi disertai senyum tipis menghiasi wajahnya, pria itu menatap Yoshi sembari menaruh satu tangan di saku celana dan satu lagi seolah menunjukkan kotak pizza kepada Yoshi. Ia ingin membuat Yoshi iri karena saat ini ia membawakan pizza untuk Sahira.
"Jelas dong, gue mau kasih ini ke Sahira. Nah lu sendiri ngapain kesini? Tangan kosong lagi, gak punya modal ya buat deketin cewek? Mending mundur deh bro!" kekeh Awan.
"Lo jangan anggap remeh gue! Gini-gini gue punya keistimewaan yang bisa membuat Sahira terpikat, kita lihat aja nanti!" ucap Yoshi.
"Okay, terserah lu aja," singkat Awan.
Setelahnya, Awan pun berniat kembali ke dekat pintu. Akan tetapi, dengan cekatan Yoshi mencekal lengannya dan menarik Awan sampai pria itu hampir terjatuh. Yoshi memanfaatkan kesempatan itu untuk bergerak lebih dulu ke depan pintu rumah Sahira, Awan yang tak mau kalah juga langsung bergerak sehingga mereka terlibat saling dorong.
"Haish, sana lu ah jangan ikut-ikut deh! Lu itu gak berhak deketin Sahira, cuma gue yang boleh!" ucap Awan.
"Ah apaan sih lu? Justru gue yang paling berhak ada disini, karena semalam gue udah nyatain cinta ke Sahira!" ucap Yoshi pede.
"Yah elah baru juga nyatain, belum tentu bakal diterima!" cibir Awan.
"Udah pasti lah, gue yakin banget Sahira itu cinta sama gue dan dia bakal terima gue buat jadi pacarnya!" ucap Yoshi.
"Heh! Lu mending pulang, terus cuci muka deh sana! Kebanyakan halu nya lu!" ujar Awan.
"Lo yang halu!"
"Lo!"
Mereka terus berdebat, sampai sebuah klakson mobil menghentikan aksi mereka. Kedua pria itu terperangah ketika melihat Sahira keluar dari dalam mobil bersama pria tampan di sampingnya, seketika hati Awan maupun Yoshi hancur dalam sekejap setelah melihat itu.
•
•
"Pak, makasih ya udah anterin saya pulang lagi. Saya jadi gak enak ngerepotin bapak terus," ucap Sahira pada Saka.
Ya pria yang barusan dilihat oleh Awan dan Yoshi adalah Saka, kakak dari bos dimana tempat Sahira bekerja. Tentunya jika dibandingkan dengan mereka, Saka jauh lebih unggul dari segalanya. Meski Awan memiliki warung kopi, tapi dirinya juga belum mampu membeli mobil seperti milik Saka.
Hari ini Sahira memang kembali diantar pulang oleh Saka, awalnya ia menolak tetapi Saka memaksa sehingga akhirnya Sahira pun mau pulang bersama pria itu. Lagipun, Keira tadi juga dijemput oleh kekasihnya dan membuat Sahira tak ada pilihan lain.
"Sama-sama Sahira, saya senang kok anterin kamu pulang. Saya jadi bisa mampir ke desa ini lagi, soalnya suasana disini masih asri banget. Kamu gak masalah kan kalau saya sering kesini?" ucap Saka dengan senyum lebarnya.
Sahira menggeleng, "Jelas enggak dong pak, saya justru makasih banget karena bapak udah mau sering antar saya pulang," ucapnya.
"Syukur deh, saya soalnya jarang banget main ke tempat kayak gini. Paling seringnya saya mah jalan-jalan di kota, yang tentunya udaranya udah tercemar banget," ucap Saka.
"Ya betul pak, disini juga untungnya masih banyak warga yang mau tanam pohon-pohon," ujar Sahira.
"Yaudah, yuk saya antar sampai depan rumah kamu!" ajak Saka.
"Eee gausah deh pak, nanti ibu saya malah ngomong yang enggak-enggak lagi. Saya takut bapak jadi gak nyaman gitu," ujar Sahira.
"Gak masalah, saya senang kok ngobrol sama ibu kamu. Lagian masa saya cuma antar sampai sini? Antar itu sampe depan rumah dong Sahira," ucap Saka memaksa.
Lagi-lagi Sahira tak bisa menolak, ia pun menganggukkan kepalanya memberi izin pada Saka untuk mengantarnya sampai depan rumah. Namun, mereka justru dibuat kaget saat melihat keberadaan Awan serta Yoshi disana. Sahira bahkan sampai mengernyit heran, ia tak menyangka dua pria itu sudah ada di depan rumahnya.
"Sahira, mereka siapa? Kamu punya fans ya? Wajar sih, pasti kamu bunga desa disini," ujar Saka.
"Sembarangan aja ih pak Saka, saya mah bukan bunga desa kali pak, tapi bunga pasir. Mereka itu juga bukan fans saya, lebih ke teman aja sih," ucap Sahira sedikit bercanda.
"Hahaha, kamu lucu ya? Teman-teman kamu itu sering datang ke rumah kamu?" tanya Saka.
"Gak sering sih pak, saya juga heran kenapa mereka sekarang ada di depan rumah saya," jawab Sahira.
"Kita samperin aja yuk!" usul Saka.
Sahira mengangguk, mereka pun lanjut berjalan menghampiri Awan dan juga Yoshi disana. Saat sudah dekat, terlihat kedua pria yang sedari tadi hanya diam itu kini mulai melancarkan aksinya di depan Sahira serta Saka. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka juga pantas memiliki gadis seperti Sahira.
"Halo Sahira, selamat sore! Pulang kerja gini enaknya makan pizza loh, nih aku udah beliin khusus buat kamu!" ucap Awan menyapa Sahira seraya menyerahkan kotak pizza nya.
"Eits, gak boleh kebanyakan makan pizza tau nanti kolesterol. Mending ikut sama aku aja jalan ke luar!" ujar Yoshi.
Sedangkan Sahira hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah aneh kedua pria itu, Saka yang berada di sampingnya pun ikut terkekeh, kini Saka tau apa alasan Yoshi dan Awan ada di depan rumah Sahira.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Nur Afwa
awas lhoh pak Alan marah2 nanti ktuh nya ke hati
2023-06-27
1