TOK TOK TOK...
"Masuk!" Alan mengucap pelan menyuruh seseorang di luar sana untuk masuk ke ruangannya, tanpa beralih dari berkas yang sedang ia periksa saat ini.
Pintu pun dibuka, Alan langsung mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Ia dapat melihat Sahira masuk dan berjalan mendekatinya dengan perlahan, sontak Alan pun menyingkirkan sejenak berkasnya untuk fokus menatap wajah wanita yang ada di hadapannya.
"Duduk!" perintah Alan yang langsung dituruti oleh Sahira, gadis itu kini duduk di depannya.
"Ada apa ya bapak panggil saya? Saya tadi lagi sibuk tau pak," tanya Sahira bingung.
"Saya cuma mau tanya, kenapa kamu harus suruh Keira buat serahkan berkas ini? Padahal kan ini tugas kamu, harusnya kamu dong yang serahin sendiri ke saya!" ucap Alan.
Sahira menunduk, ia sudah tahu pasti itu yang akan dibahas Alan kali ini. Ia pun berpikir sejenak mencoba mencari alasan yang tepat untuk ia katakan pada Alan, tentunya agar Alan juga tidak sakit hati mendengarnya.
"Dengan kamu menyuruh orang lain untuk menyerahkan berkas ini, itu artinya kamu tidak bertanggung jawab dalam pekerjaan kamu Sahira!" sambung Alan dengan tegas.
"Pak, jangan salah paham dulu pak! Saya bukan gak bertanggung jawab, tapi saya—"
"Tapi apa? Kamu jelasin dong yang jelas sama saya!" potong Alan.
"Ini saya mau jelasin pak, makanya jangan dipotong dulu!" ujar Sahira.
"Yaudah, cepat kamu jelasin apa alasan kamu nyuruh Keira buat serahin berkas ini ke saya!" pinta Alan.
"Jadi begini pak, sebenarnya saya tuh mau kasih sendiri tadi ke bapak. Tapi, saya khawatir bikin bapak tambah emosi kalau lihat saya. Soalnya kan tadi aja bapak saya sapa malah marah-marah, jadi saya takut deh," jelas Sahira.
Alan terkekeh seraya menggelengkan kepalanya, "Hadeh, cuma gara-gara itu kamu sampai suruh Keira serahin berkas ini ke saya? Ya ampun, mental kamu lembek banget sih Sahira!" ujarnya.
"Bukan gitu pak, saya kan cuma menghindari perdebatan," ucap Sahira mengelak.
"Halah alasan aja kamu, pokoknya saya gak mau tau apapun itu kamu tetap salah! Gak seharusnya kamu suruh orang lain untuk melakukan kerjaan kamu, itu pelanggaran namanya!" ucap Alan.
"Ya pak, lalu saya harus gimana dong pak biar bapak mau maafin saya?" tanya Sahira.
"Simpel, kamu harus jalani hukuman kamu yaitu bersihkan toilet lantai bawah!" jawab Alan.
"Apa??" Sahira tersentak kaget.
Sedangkan Alan hanya tersenyum dan kembali fokus memeriksa berkasnya, Sahira pun semakin kesal dengan apa yang dilakukan Alan padanya, ia merasa pria itu memang sengaja ingin mengerjainya.
•
•
Saka yang baru datang ke kantor, merasakan ingin buang air kecil. Dengan cepat ia melangkah menuju toilet di lantai bawah kantor tersebut, dan tanpa sengaja Saka bertemu dengan Sahira yang kebetulan sedang membersihkan toilet disana sesuai perintah Alan.
Sontak Saka terkejut, begitupun dengan Saka yang sampai terperangah lebar melihat keberadaan Sahira di toilet itu. Saka tak percaya jika Sahira tengah membersihkan toilet, ia pun mendekati gadis itu dan seketika rasa kebeletnya hilang saat ia melihat Sahira disana.
"Sahira, kamu lagi ngapain disini? Kamu gak kerja?" tanya Saka kebingungan.
"Ini saya lagi jalanin hukuman pak," jawab Sahira.
"Hukuman? Memangnya kamu ngelakuin kesalahan apa Sahira? Kok bisa kamu sampai dihukum kayak gini? Terus, siapa yang hukum kamu?" tanya Saka penasaran.
"Ya siapa lagi pak, kalau bukan pak Alan? Atasan saya kan dia," jawab Sahira.
"Alan? Jadi dia yang hukum kamu? Ya ampun, itu anak kok makin kelewatan sih ya! Kamu tenang aja, nanti biar saya bicara sama dia!" ucap Saka.
"Gausah pak, nanti malah dikiranya saya ngadu ke bapak lagi. Saya gak mau urusannya jadi makin ribet dan rumit," tolak Sahira.
"Gapapa Sahira, saya memang niat buat bantu kamu kok. Lagian yang dilakukan Alan ini salah, dia gak seharusnya hukum kamu!" ucap Saka.
"Saya gak masalah kok dihukum pak, yang penting saya masih bisa kerja disini. Ya walau saya harus kena tekanan batin terus tiap hari," ucap Sahira.
"Itu dia yang harus diluruskan Sahira, sudah ya saya akan temui Alan nanti?" ucap Saka.
"Terserah bapak deh, oh ya bapak mau ke toilet kan? Silahkan masuk aja pak, yang itu udah saya bersihkan kok tadi!" ucap Sahira memberi jalan.
"Ya, permisi ya!" singkat Saka.
Sahira mengangguk pelan, sedangkan Saka langsung berjalan melewati gadis itu dan masuk ke bilik kamar mandi. Sahira pun melanjutkan hukumannya untuk membersihkan area toilet, meski dengan raut kesal dan jengkel.
"Huft, pak Saka sama pak Alan emang beda jauh banget sikapnya. Tapi kok bisa ya yang jadi bos malah si pak Alan yang nyebelin itu?" gumamnya.
•
•
Cat menghampiri Yoshi yang tengah membersihkan meja di toko roti sambil termenung, Cat tentu penasaran sebab tak biasanya Yoshi bersikap seperti ini saat bekerja. Itu sebabnya ia memilih mendekat dan bertanya langsung pada Yoshi, ia sangat penasaran apalagi sebelumnya Yoshi pernah bilang akan menyatakan cintanya pada Sahira.
"Yos, lu kenapa jadi sering ngelamun sih? Lu ditolak ya sama Sahira?" tanya Cat.
"Enak aja, enggak lah yakali gue ditolak. Gue ganteng gini masa ditolak?" ujar Yoshi.
"Terus lu kenapa dong ngelamun terus? Gue perhatiin soalnya lu kayak gak semangat gitu, biasanya kan itu tanda-tanda kalo abis ditolak cintanya," kekeh Cat.
"Gue mah beda Cat, gue ngelamun karena mikirin jawaban Sahira. Semalam itu dia belum jawab dia mau apa enggak sama gue," ucap Yoshi.
"Oh, ya pantes aja lu ngelamun mulu," cibir Cat.
"Iya Cat, gue berharap banget jawabannya nanti bakal sesuai sama yang gue mau. Ya walau kecil kemungkinan sih gue bakal diterima," ucap Yoshi.
"Lah kok lu mendadak jadi pesimis gini sih? Tadi aja lu pede banget diterima sama Sahira," heran Cat.
"Entahlah, soalnya gue lihat dari ekspresi Sahira semalam pas gue nyatain perasaan gue ke dia tuh dia kayak gak senang gitu," ucap Yoshi.
"Serius lu? Yaudah sih, itu pertanda kalau Sahira emang gak suka sama lu Yos. Buat apa juga coba lu masih berharap sama dia?" ucap Cat.
"Lu kenapa sih Cat? Kayaknya lu gak suka banget gue jadian sama Sahira," heran Yoshi.
"Gak gitu, gue kan cuma kasih tau lu Yos. Sebagai sahabat yang baik, ya jelas gue gak pengen lah ada sohib gue yang tersakiti gitu," ucap Cat.
"Si Sahira kan sohib lu juga," ucap Yoshi.
"Ya iya, makanya gue gak mau Sahira tersakiti kalau dia pacaran sama lu. Itu alasan gue minta lu buat enggak berharap lagi sama dia," ujar Cat sambil tertawa kecil.
Yoshi yang mendengar itu pun merasa jengkel, ia langsung pergi begitu saja meninggalkan Cat yang masih tertawa disana.
"Sorry Yos, gue belum bisa jujur sama lu kalau gue itu sebenarnya suka sama lu," batin Cat.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Nur Afwa
sialan ktrlaluan banget sama sahira
2023-06-27
1
Asyatun 1
lanjut
2023-02-06
2
Sum Arni
lanjut up thor
2023-02-06
1