Sahira tiba di rumahnya bersama Yoshi yang mengantar, ia turun dari motor pria itu lalu terkejut saat melihat keberadaan Awan di depan rumahnya. Sahira sama sekali tak menyangka Awan akan ada disana malam-malam begini, begitu juga dengan Yoshi yang tampak tak suka dengan kehadiran Awan di rumah calon kekasihnya.
"Bang Yos, makasih ya udah anterin gue pulang ke rumah. Makasih juga atas makan malamnya, ibu pasti suka deh sama makanan yang dibungkus ini!" ucap Sahira sambil tersenyum.
"Sama-sama Sahira, oh ya untuk jawaban yang tadi aku tunggu ya? Semoga kamu mikirnya gak kelamaan!" ucap Yoshi.
"Iya bang, gue bakal usahain secepatnya," ucap Sahira singkat.
"Yaudah, aku pamit ya? Sorry aku gak bisa temenin kamu sampe ke dalam, soalnya aku udah ditunggu sama keluarga aku," pamit Yoshi.
"Gapapa bang, hati-hati di jalan ya!" ucap Sahira.
"Iya." Yoshi mengangguk dan melaju pergi dari rumah itu dengan perasaan jengkel.
Sahira kini beralih menatap Awan yang terlihat sudah bangkit dari duduknya, mereka bertatapan sejenak dengan senyum merekah di wajah masing-masing. Awan mencoba untuk tenang dan tidak gugup, walaupun saat ini perasaannya sungguh sulit dijabarkan.
"Sahira, kamu abis darimana sama Yoshi? Kok jam segini baru pulang sih?" tanya Awan gugup.
"Iya bang, gue baru selesai dinner. Kebetulan tadi bang Yoshi datang dan ajak gue makan malam di restoran gitu," jawab Sahira.
Awan melongok lebar, "Serius dinner di restoran berdua? Punya duit darimana tuh si jongos?" heran Awan.
"Gak tahu bang, nanti coba aja bang Awan tanya langsung ke bang Yoshi!" ucap Sahira.
"Dih ogah, aku mah gak mau berurusan sama dia. Nih dengar ya Sahira, Yoshi itu bukan cowok yang baik tau, dia suka mainin perempuan!" ucap Awan.
"Masa sih bang? Yang gue tau bang Yoshi tuh masih jomblo sampe sekarang, dia belum pernah pacaran sama sekali," ucap Sahira.
"Kamu salah Sahira, dia sengaja tutupin semuanya dari kamu supaya kamu gak tahu!" ucap Awan.
Sahira hanya menunduk sambil tersenyum.
"Kamu percaya aja sama aku Sahira, aku ini kan lebih berpengalaman daripada kamu. Aku tahu betul gimana sikap si jongos satu itu," ucap Awan.
"Iya bang, terus bang Awan kesini mau apa? Ketemu gue atau ibu?" tanya Sahira.
"Ya pasti ketemu kamu lah Sahira, niatnya tadi aku kesini itu bawain kamu martabak dan ngobrol bareng kamu gitu," jawab Awan.
"Ohh, terus martabaknya mana? Kok tangan bang Awan kosong sih?" tanya Sahira bingung.
"Ah iya, tadi udah dibawa masuk sama ibu kamu. Kalau kamu gak percaya, masuk aja biar bisa cek sendiri!" jawab Awan.
"Percaya kok bang, makasih ya martabaknya! Kalo gitu ayo kita bicara deh biar cepet!" ujar Sahira.
"I-i-iya Sahira," Awan yang gugup kembali duduk disana bersama Sahira di sebelahnya, mereka lalu mulai mengobrol ringan sampai larut malam.
•
•
Besoknya, Sahira sangat heran melihat sikap Alan yang begitu dingin padanya. Ia sengaja menyapa pria itu saat baru datang ke kantor, tapi yang terjadi justru Alan memarahinya dan meminta ia untuk tidak mengganggunya. Sahira sungguh bingung, apa mungkin Alan saat ini tengah pms?
Sahira mencoba tetap tenang, meski rasanya ia sangat ingin memukul wajah bosnya yang sombong dan galak itu. Entah apa penyebabnya, hari ini Alan jadi lebih sering emosi dan banyak memarahinya tanpa alasan yang jelas. Jika terus begini, mungkin Sahira akan lepas kontrol.
Gadis itu pun memilih meninggalkan Alan seorang diri di ruangannya, ia berjalan sambil mengoceh tentang sikap Alan yang semakin menyebalkan. Bahkan, Sahira sampai tidak mau datang lagi ke ruangan pria itu untuk saat ini sebab ia malas berdebat dengannya.
"Hih, tuh orang kok bisa nyebelin banget kayak gitu ya? Dia lagi kenapa coba? Padahal gue cuma pengen nyapa dia loh sama kasih laporan, eh dia malah ngomel gak jelas!" gumam Sahira.
"Sahira!" suara Keira yang menyapanya membuat gadis itu berhenti melangkah, ia menoleh dan menatap Keira sambil tersenyum.
"Eh Keira, ada apa?" tanya Sahira bingung.
"Gapapa sih, aku cuma bingung aja ngeliat kamu jalan sambil marah-marah begitu. Kamu lagi ada masalah ya Sahira?" ucap Keira.
"Ohh, gak ada kok. Kamu tau gak kenapa pak Alan itu jadi jutek banget kayak gitu?" ucap Sahira.
"Aduh, aku mana tau Ra. Tapi, biasanya sih pak Alan kalo suka marah-marah berarti dia lagi ada masalah gitu deh," ucap Keira.
"Oh gitu ya? Berarti dia gak profesional banget dong, masa masalah pribadi dibawa-bawa ke kantor?!" ucap Sahira.
"Aku gak mau ikut campur deh, aku mah cuma bisa diam aja," ucap Keira sambil nyengir.
"Yaudah, aku mau ke ruangan aku dulu ya? Masih banyak yang harus aku kerjain, eh ya aku boleh minta tolong gak sama kamu?" ucap Sahira.
"Tolong apa tuh Sahira?" tanya Keira penasaran.
"Iya, jadi aku kan harus ngerjain laporan nih. Nanti tolong kamu ya yang kasih ke pak Alan?" jawab Sahira.
"Lah kenapa harus aku?" heran Keira.
"Aku males ketemu sama pak Alan sekarang, nanti yang ada aku dimarahin lagi," ucap Sahira.
"Ahaha, okay santai aja nanti aku yang kasih laporannya ke pak Alan," ucap Keira.
"Thanks ya Kei," ucap Sahira singkat.
Keira mengangguk pelan, lalu kedua gadis itu sama-sama pergi untuk melaksanakan pekerjaan mereka masing-masing.
•
•
Singkat cerita, Keira kini datang ke ruang Alan sesuai janjinya pada Sahira tadi untuk menyerahkan berkas laporan yang baru selesai dikerjakan wanita itu. Keira pun mengambil nafas panjang sebelum membuka pintu dan melangkah masuk ke dalam sana, tampaklah sosok Alan si pria galak yang sedang duduk di kursinya.
"Permisi pak, saya mau menyerahkan berkas laporan yang bapak minta!" ucap Keira pelan.
Alan mengalihkan pandangan ke wajah Keira, ia heran melihat wanita itulah yang datang kesana dan bukan Sahira. Padahal itu seharusnya dikerjakan oleh Sahira, akhirnya Alan pun duduk tegak lalu bertanya pada Keira mengapa wanita itu yang datang kesana.
"Kenapa kamu yang serahin berkas ini? Kemana si Sahira? Ini kan kerjaan dia, jadi seharusnya dia yang datang dan serahkan berkas ini ke saya, bukan kamu!" heran Alan.
"Iya pak, tadi Sahira minta ke saya untuk serahkan berkas ini ke bapak. Katanya dia masih ada kerjaan lain yang harus diurus, gak masalah kan pak?" jawab Keira berbohong.
"Baiklah, tapi kamu bilang ke Sahira kalau saya panggil dia! Suruh dia datang kesini temui saya, karena saya mau bicara sama dia!" ujar Alan.
"Oh baik pak," ucap Keira patuh.
"Yasudah, kamu bisa pergi sekarang! Saya nantikan Sahira untuk datang kesini," ucap Alan.
"Iya pak," singkat Keira.
Setelahnya, Keira pun berbalik dan pergi dari ruangan itu. Sedangkan Alan mengambil berkas yang diberikan Keira tadi, lalu membacanya. Namun, entah mengapa pikiran Alan mendadak sulit fokus memikirkan Nawal yang semalam baru saja meminta putus darinya.
"Aaarrgghh!! Sampai kapan saya begini terus? Rasanya susah sekali buat saya melupakan Nawal, dia itu berarti banget di hidup saya," gumam Alan.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments