Kini Sahira dan Yoshi telah berada di sebuah restoran yang tak jauh dari rumah gadis itu, Sahira tampak bingung karena belum pernah Yoshi membawanya ke restoran yang mahal seperti sekarang ini. Apalagi Yoshi hanya bekerja sebagai karyawan di toko roti.
"Yos, lu beneran nih ngajak gue dinner di restoran ini? Emang lu punya uang banyak? Setahu gue, disini kan makanannya mahal-mahal," tanya Sahira.
"Udah kamu gausah mikirin soal itu, kamu mending fokus makan aja! Nanti sesudah makan, baru aku ada yang mau ucapin ke kamu. Sekarang kita makan aja dulu ya?" ucap Yoshi.
"Ih tapi gue cemas tau, takutnya nanti lu gak bisa bayar dan gue disuruh nombokin," ucap Sahira.
"Hahaha, kamu lucu banget sih Sahira. Gak mungkin lah uang aku kurang, kamu tenang aja deh gausah cemas gitu!" kekeh Yoshi.
"Iya deh, tapi awas ya kalau uang lu gak cukup, jangan minta tambahan dari gue!" ujar Sahira.
"Santai, uang aku pasti cukup kok. Kamu jangan pandang rendah ke aku Sahira!" ucap Yoshi.
"Gak gitu Yos, setahu gue kan lu cuma kerja di toko roti dan gajinya itu rendah. Terus gimana caranya lu bisa bayar makanan ini?" ucap Sahira.
"Itu mah gausah dipikirin, yang penting kita sekarang fokus makan sampe kenyang! Oh ya, kalau kamu nanti mau bungkusin buat ibu kamu juga gapapa kok," ucap Yoshi.
"Hah? Gue emang pengen bungkusin buat ibu sih, tapi kayaknya gue pake uang gue sendiri aja. Gak enak lah gue sama lu Yos," ucap Sahira.
"Gapapa, aku kan emang sengaja mau traktir kamu sama ibu kamu juga. Jarang-jarang tau aku bisa traktir kalian kayak gini," ucap Yoshi.
"Makasih banyak ya Yos, gue jadi ngerepotin lu nih. Mana makanan disini enak-enak banget lagi, gue yakin deh ibu pasti suka sama makanannya!" ucap Sahira.
"Pasti dong, makanya nanti kamu beliin aja buat ibu kamu di rumah. Kasihan lah kalau ibu kamu gak dibeliin juga," ucap Yoshi.
"Iya Yos," singkat Sahira.
Mereka pun fokus memakan makanan yang sangat lezat itu, Sahira bahkan sampai tak bisa berhenti mengunyah sangking enaknya. Setelah selesai, kini Sahira beralih menatap Yoshi di hadapannya dengan tatapan bingung.
"Makanannya kan udah habis, sekarang lu bisa omongin apa yang mau lu bicarakan ke gue!" ucap Sahira.
"Iya Ra, bentar ya aku mau tunjukin sesuatu ke kamu?" ucap Yoshi tersenyum lebar.
Sahira mengangguk, Yoshi pun mengambil sesuatu dari saku celananya lalu ditunjukkan pada Sahira. Betapa terkejutnya gadis itu, ia melihat sebuah kotak cincin di tangan Yoshi saat ini.
"I-itu apa Yos?" tanya Sahira gugup.
Perlahan Yoshi membuka kotak tersebut dan terlihat lah sebuah cincin emas yang berkilau, "Kamu mau kan jadi pacar aku?" ucapnya.
Deg!
Sahira sungguh terkejut, apakah ia barusan dilamar oleh Yoshi?
•
•
Sementara itu, Alan melipirkan mobilnya sejenak ke pinggir jembatan. Ia turun dari mobil, berjalan mendekati jembatan dan menatap ke bawah dimana aliran sungai yang sangat deras. Ia sangat sedih setelah diputuskan oleh Nawal hanya karena gadis itu hendak pergi lanjut kuliah.
Alan mengepalkan tangannya, mengusap wajah dengan kasar dan berteriak sangat keras untuk meluapkan emosinya. Ia benar-benar tak menyangka hari ini akan terjadi, padahal ia sudah sangat mencintai Nawal dan berniat menikahi gadis itu dalam waktu dekat.
"Huft, kamu kenapa tega putusin aku sih Nawal? Kalau kayak gini, rasanya aku mau mati aja. Buat apa aku hidup kalau tanpa kamu?" gumam Alan.
Tin tin...
Tiba-tiba klakson panjang terdengar, Alan sedikit kaget lalu membalikkan tubuhnya ke arah jalan. Ia melihat sebuah mobil berhenti di dekatnya, dan seorang pria keluar dari sana. Pria itu ialah Saka, sang kakak dari Alan. Sontak saja Saka langsung mendekati adiknya dengan wajah panik.
"Bro, lu ngapain disini ha? Mau bunuh diri lu?" tanya Saka terheran-heran.
"Apaan sih? Kalau gue mau bunuh diri, udah daritadi gue loncat. Gue tuh cuma pengen tenangin diri, gue butuh ketenangan," jawab Alan.
"Lah buat apa? Emangnya lu abis ada masalah apa sih bro? Ceritalah sama gue!" ujar Saka.
"Gue diputusin bang," lirih Alan sambil bersandar pada pegangan jembatan.
"Hah? Diputusin siapa? Cewek lu?" tanya Saka sangat terkejut.
"Iyalah, siapa lagi?" jawab Alan singkat.
"Kok bisa sih? Emangnya kenapa sampe lu diputusin kayak gini?" heran Saka.
"Gue juga gak tahu, alasan dia terlalu sulit buat diterima," ucap Alan.
"Apa yang bikin dia putusin lu?" tanya Saka.
Alan berbalik menghadap langit seraya menghembuskan nafasnya, "Dia bilang udah gak cocok lagi sama gue, terus dia juga harus lanjutin S2 di Inggris. Gak masuk akal kan?" jawabnya.
Saka mendekat dan menepuk pundak adiknya, "Sabar ya bro! Gue yakin lu bisa lewatin masa-masa ini, kayak gue. Sekarang pulang yuk udah malam nih!" ucapnya.
"Gak mau bang, gue pengen disini aja sampai gue bisa merasa tenang. Kalau lu mau pulang, yaudah pulang aja sana!" ujar Alan.
"Jangan gitu lah bro! Ayo pulang, gue gak mungkin bisa tinggalin lu sendiri disini!" paksa Saka.
"Iya iya, gue balik dah. Gue gak punya pilihan lain, nolak lu itu mustahil karena pasti lu bakal terus paksa gue buat balik," ucap Alan.
"Hahaha, baguslah kalo lu paham bro. Yuk sekarang lu ikut gue ke mobil!" ucap Saka.
"Apaan sih? Gue kan bawa mobil sendiri, kita pulangnya naik mobil masing-masing aja!" ucap Alan tegas.
"Enggak, gue gak akan biarin lu nyetir dalam keadaan kayak gini. Ayo lu bareng gue aja biar aman!" paksa Saka.
"Hadeh, batu lu!" kesal Alan.
"Lo yang batu!" Saka langsung menarik kasar lengan Alan menuju mobilnya, mereka pun memasuki mobil yang sama dan segera melaju pergi.
•
•
Awan datang ke rumah Sahira dengan niat ingin memberikan martabak manis pada gadis itu, tanpa menunggu lama ia pun bergegas mengetuk pintu dan memanggil nama Sahira sembari mengucap salam. Awan berharap dirinya bisa bertemu dengan Sahira malam ini dan menyatakan perasaannya.
Akan tetapi, begitu pintu dibuka yang keluar justru Fatimeh dan ini tentunya di luar ekspektasi Awan. Sungguh Awan sangat kecewa, namun ia tetap berusaha tenang berpikir mungkin saja Sahira tengah sibuk di dalam. Lagipun, ia masih bisa memiliki kesempatan bertemu Sahira nantinya.
"Eh nak Awan, ada apa ya datang malam-malam kesini? Mau ketemu sama tante atau Sahira?" tanya Fatimeh.
"Eee selamat malam tante, begini saya itu mau ketemu sama Sahira. Sahira nya ada di dalam kan tante? Soalnya ada yang mau saya bicarakan sama dia," jawab Awan.
"Oh, yah sayang banget Sahira lagi pergi tadi sama temannya ke luar," ucap Fatimeh.
"Pergi tante? Sama siapa ya kalau boleh tahu?" tanya Awan penasaran.
"Eee tadi sih kayaknya sama nak Yoshi ya, soalnya tante agak-agak lupa gitu, maklumlah udah tua. Eh kamu bawa apa tuh di tangan? Kok dipegang aja sih gak dikasih kesini?" ucap Fatimeh.
"Ah iya tante, saya bawain martabak manis buat tante dan Sahira. Diterima ya tante!" ucap Awan sembari memberikan bungkus martabak di tangannya kepada Fatimeh.
"Waw udah lama nih tante gak makan martabak, makasih banyak ya Awan!" ucap Fatimeh tampak antusias.
"Sama-sama tante," ucap Awan singkat.
"Kamu gausah sedih, bentar lagi paling Sahira pulang kok. Dia udah lumayan lama juga perginya, jadi kamu tunggu aja dulu!" ucap Fatimeh.
"Oh gitu ya tante? Yaudah deh, berarti saya boleh numpang nunggu Sahira disini kan tante?" ucap Awan meminta izin.
"Ya boleh dong, kamu duduk aja tuh disitu! Tante mau ke dalam dulu, mau tuang martabaknya ke piring terus dimakan deh," ucap Fatimeh.
"I-i-iya tante, makasih." Awan terlihat gugup saat berjalan menuju kursi di teras.
Sementara Fatimeh sudah masuk kembali ke rumahnya dan menutup pintu, Awan pun ditinggal sendirian disana.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Nur Afwa
lanjut👍
2023-06-27
1
Asyatun 1
lanjut
2023-02-05
1