"Halo Keira cantik! Kamu udah nunggu disini aja, aku kira kamu masih di dalam loh," sapanya.
"Ari? Kamu ngapain disini?" tanya Keira terheran-heran.
"Pake nanya lagi, ya aku mau jemput kamu lah sayangku," jawab pria bernama Ari itu sembari mencolek pipi gadisnya.
Mendengarnya, membuat Sahira tersentak.
"Eee kamu mau jemput aku kok gak bilang-bilang dulu sih? Kan kasihan teman aku, aku udah ajak dia buat pulang bareng tau," ucap Keira.
"Namanya juga surprise, nih aku bawain es krim buat kamu!" ucap Ari.
"Makasih sayang, tapi gimana ya sama teman aku?" ucap Keira menatap wajah Sahira.
"Aku gapapa kok, udah kamu pulang aja sama pacar kamu!" ucap Sahira.
"Oh iya, kamu kenalan dulu dong sama pacar aku! Dia namanya Ari, dulu kita pacaran sewaktu masih kuliah," ucap Keira mengenalkan Sahira pada Ari.
"Hai, aku Sahira!" ucap Sahira seraya mengulurkan tangan ke arah lelaki itu.
"Aku Ari, salam kenal ya?" balas Ari.
Mereka bersalaman sejenak, kemudian Keira terpaksa meninggalkan Sahira untuk pergi bersama Ari. Lagi dan lagi Sahira harus pulang sendiri, meski kecewa namun Sahira berusaha tetap tenang saat ini.
"Huft, sendiri lagi deh. Tapi, pacar si Keira ganteng juga. Kapan ya gue bisa punya pacar kayak dia?" gumam Sahira sambil senyum-senyum sendiri.
Disaat Sahira hendak beranjak dari tempatnya, terdengar klakson mobil yang mengagetkan dirinya. Sahira pun terkejut lalu spontan menoleh ke belakang, ia menemukan sebuah mobil merah yang diduga milik Saka.
Tin tin...
Sahira terperangah lebar, benar saja dugaannya bahwa mobil itu adalah milik Saka. Ia mengetahuinya setelah Saka keluar dari mobilnya, lalu berjalan ke arahnya.
"Sahira, kamu belum pulang? Mau bareng saya aja apa enggak?" ucap Saka menawarkan tumpangan.
"Hah? Ba-bapak serius? Kayaknya gausah deh pak, saya gak enak ngerepotin bapak terus. Saya nanti naik angkot aja," tolak Sahira.
"Gapapa Sahira, kamu bareng saya aja biar irit. Daripada harus keluar ongkos, ya kan?" bujuk Saka.
"Iya sih pak, tapi saya gak mau ngerepotin bapak. Selama ini kan bapak udah sering bantuin saya, jadi kali ini saya mending naik bus aja," ucap Sahira.
"Ayolah, kamu gak perlu ngerasa gak enak gitu kalau sama saya! Yuk ah pulangnya saya yang antar!" ucap Saka sedikit memaksa.
Sahira sempat terdiam sesaat ketika tangannya digenggam oleh Saka, sungguh rasanya ia ingin pingsan saat ini juga. Pada akhirnya Sahira menerima tawaran Saka dan mau pulang bersama pria itu, meski ia harus mati-matian menahan detak jantungnya yang tak karuan itu.
Setelahnya, mereka masuk ke mobil dan melaju pergi dari sana. Tapi tanpa disadari, Alan memperhatikan keduanya sedari tadi dari jarak jauh. Alan menggeleng pelan saat melihat Saka dan Sahira yang tampak sangat akrab, entah mengapa ia tak suka melihat itu.
"Jadi ini alasan bang Saka selalu belain Sahira? Dia suka sama gadis itu, ini gak bisa dibiarin!" gumam Alan yang juga langsung menancap gas.
•
•
Singkat cerita, Sahira tiba di rumahnya bersama Saka yang mengantarnya. Ia sungguh merasa tidak enak pada lelaki itu, pasalnya ia sudah cukup banyak merepotkan Saka selama ini. Namun, tentunya Saka tidak merasa demikian sebab ia ikhlas mengantar Sahira pulang ke rumah.
"Eee stop disini aja pak, itu di depan sana rumah kontrakan saya kok. Kalau terus maju, nanti bapak susah keluarnya," ucap Sahira.
"Oh okay, jadi kamu tinggal disini Sahira? Terus rumah kamu itu masih ngontrak?" tanya Saka.
"Iya pak, ini tempat tinggal saya. Kumuh ya pak? Pasti bapak belum pernah kan injakan kaki di tempat kayak gini?" ujar Sahira.
"Sembarangan kamu, disini gak terlalu kumuh kok. Gausah merendah begitu lah Sahira," ucap Saka.
"Hahaha, gak merendah juga emang hidup saya udah rendah pak. Tapi saya lagi berusaha buat merubah nasib saya ini," ucap Sahira tersenyum.
"Benar itu, memang kita sebagai manusia juga harus berusaha untuk merubah nasib kita. Semangat ya Sahira, saya yakin kamu pasti bisa melakukan itu karena kamu adalah wanita yang luar biasa!" ujar Saka.
"Bapak bisa aja, saya cuma perempuan biasa kok pak. Yaudah, kalo gitu saya turun ya pak? Sekali lagi makasih udah antar saya pulang ke rumah," ucap Sahira pamit.
"Kamu gak tawarin saya buat mampir ke rumah kamu dulu gitu?" sarkas Saka.
"Eh eee emangnya bapak mau? Saya takut aja kalau bapak gak suka ada di tempat kayak gini, secara bapak kan kelas elit gitu," ucap Sahira.
"Saya gak perduli Sahira, mau tempat kayak gini juga gak masalah buat saya. Memangnya kamu pikir saya ini Alan?" ujar Saka.
Sahira pun tersenyum lebar mendengarnya, ia kemudian menawarkan Saka untuk mampir sejenak ke rumahnya dan diangguki oleh pria itu. Mereka lalu turun dari mobil bersama-sama, meski canggung namun Sahira juga merasa senang sebab Saka mau mampir ke rumahnya.
"Lain kali gausah canggung kayak tadi, tawarin aja saya mampir ke rumah kamu. Justru kalau kamu gak tawarin, saya jadi ngerasa kamu gak senang sama saya," ucap Saka.
"Ah iya pak, saya minta maaf ya?" ucap Sahira.
"Gapapa, asalkan jangan diulang lagi. Saya jadinya boleh main ke rumah kamu kan?" ucap Saka memastikan.
Sahira mengangguk pelan, "Iya pak, boleh kok." Saka tersenyum mendengarnya, tangannya reflek bergerak membelai rambut Sahira hingga gadis itu terbelalak.
Lalu, mereka kembali melangkah menuju rumah Sahira yang hanya beberapa meter di depan sana.
•
•
Sementara itu, Alan yang masih mengikuti abangnya dan juga Sahira itu hanya bisa memantau dari jauh. Alan menggeleng pelan, ia tak menyangka Saka bisa secepat itu akrab dengan Sahira dan bahkan sampai mau mampir ke rumah gadis itu yang terlihat sederhana.
"Bang Saka jangan-jangan udah dipelet sama tuh cewek, gak mungkin dia mau mampir ke rumah jelek kayak gini. Masa iya seleranya bang Saka turun jauh banget?" gumamnya.
Karena merasa ada yang janggal, Alan pun memutuskan untuk turun dari mobilnya. Ia memasang kembali kacamata di wajahnya dan terus mengamati pergerakan Saka serta Sahira dari jauh.
"Huh, gue harus ngobrol sih ini sama bang Saka. Dia gak boleh terus-terusan dekat sama Sahira, bisa makin parah tuh cewek!" ujar Alan.
Pria itu mengeluarkan ponselnya, ia hendak menghubungi Saka dan meminta agar Saka tidak masuk ke rumah Sahira. Akan tetapi, nasib sial menimpanya. Ya handphone yang sedang ia pegang tanpa sengaja terjatuh ke jalan saat seorang wanita bersepeda tak sengaja menyenggolnya.
Bruuukkk
"Yah aduh!" pekik si wanita yang menyadari ia telah melakukan kesalahan, sedangkan Alan sudah menggeram kesal dengan tangan terkepal.
"Heh orang miskin! Lo bisa bawa sepeda gak sih? Ngapain lu senggol gue? Tuh lihat, hp gue jadi jatuh dan masuk ke air comberan! Pokoknya lu harus ganti rugi!" omel Alan.
"Hah? Ma-mas, saya minta maaf ya mas! Saya beneran gak sengaja deh, tadi saya oleng karena ngindarin becekan sama motor dari arah depan," ucap wanita itu.
"Ah gue gak perduli! Semua ini gara-gara lu, jadi lu harus ganti rugi!" sentak Alan.
Wanita itu terlihat panik, bagaimanapun ia tak memiliki cukup uang untuk bisa mengganti ponsel milik Alan. Namun, tampaknya Alan tak perduli dengan alasan wanita itu sebab ia terus saja meminta ganti rugi dari si wanita.
"Kenapa diam? Buruan lu ganti rugi, ini hp mahal lu tau gak?! Gue yakin, seluruh harta lu aja gak bakal cukup buat gantiin hp gue!" ujar Alan.
"Iya mas, saya emang gak punya harta yang banyak dan saya gak bisa ganti rugi hp kamu. Tapi, saya mohon maafin saya dan saya janji saya akan bertanggung jawab!" ucap si wanita.
"Gimana caranya lu mau tanggung jawab? Buat ganti rugi aja lu gak bisa," tanya Alan.
"Eee saya akan berusaha mas, apapun deh saya bakal lakukan. Kalau perlu, mungkin saya bisa bekerja buat mas," jawabnya.
Alan terdiam sesaat, menimang apakah ia harus menerima tawaran gadis itu atau tidak.
"Tunggu deh, nama lu siapa?" tanya Alan.
"Sa-saya Mirawati mas, biasa dipanggil Mira atau Wati," jawab gadis itu menunduk.
Alan mengangguk pelan, lalu menyuruh Wati untuk mengambil ponselnya dari dalam kubangan air di bawah sana. Wati menurut, ia mengambil ponsel itu dan membersihkannya dengan baju sesuai perintah Alan.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments