Sahira tengah menikmati makan malam bersama ibunya, ia terlihat kecewa pada sang ibu yang telah berbuat seenaknya dengan datang ke tempat ia bekerja siang tadi. Padahal Sahira sudah mewanti-wanti ibunya untuk tidak ikut campur, tapi nyatanya Fatimeh justru melakukan itu.
Ada rasa kesal memang di dalam dirinya, namun entah mengapa Sahira tak berani jika harus memarahi Fatimeh. Mungkin karena Sahira sudah menganggap wanita itu seperti ibu kandungnya sendiri, walaupun seringkali juga Fatimeh memarahinya hanya karena hal sepele.
"Kamu kenapa ngeliatin ibu aja kayak gitu? Masih kesel gara-gara ibu datang ke kantor kamu?" tanya Fatimeh dengan ketus.
"Bukan gitu Bu, aku cuma gak mau aja kalau ibu ikut campur urusan pekerjaan aku. Nanti aku bisa dikatain sama seisi kantor tau Bu, emang ibu mau itu terjadi?" jawab Sahira.
"Kenapa sih Sahira? Ibu kan cuma mau mastiin aja kalau ucapan kamu gak bohong," ucap Fatimeh.
"Ohh, jadi ibu ngira aku bohong? Bu ayolah, mana pernah aku bohongin ibu sih? Kalau aku bilang begini, ya pasti bener begini," ujar Sahira.
"Iya iya, ibu kan takut aja kamu ternyata cuma bohong. Bisa aja kan itu terjadi? Kamu risih karena ditanyain terus soal pekerjaan baru sama ibu, jadi kamu milih buat bohongin ibu," ucap Fatimeh.
"Aku mana tega sih Bu bohongin ibu? Aku kan udah anggap ibu seperti ibu kandung aku sendiri," ucap Sahira.
"Bagus deh, semoga kamu juga ingat semua jasa yang ibu lakukan ke kamu! Supaya kamu bisa balas semuanya dengan bekerja keras," ucap Fatimeh.
"Tenang aja Bu, aku ingat kok. Ibu itu kan orang baik, ya walau terkadang ibu juga suka bikin aku kesel sih," ucap Sahira.
Fatimeh langsung melotot ke arah putrinya, "Maksud kamu apa? Kamu ngatain ibu gitu?" tanyanya penuh emosi.
"Eee gak gitu Bu, ibu jangan marah-marah dong! Abisin ya makanannya?" ucap Sahira menenangkan.
"Iya, nanti kamu cuci semua piringnya ya kayak biasa? Jangan mentang-mentang kamu udah kerja di perusahaan bagus, terus kamu gak mau kerjain pekerjaan rumah!" ucap Fatimeh.
"Iya Bu, soal itu aku ingat kok," ucap Sahira.
"Oh ya, kamu kenapa gak kerjanya sama pak Saka aja sih? Kenapa malah sama bos kamu yang galak dan ketus itu?" tanya Fatimeh.
"Maksud ibu pak Alan?" ucap Sahira memastikan.
"Iyalah, siapa lagi emang yang ibu maksud? Ya cuma dia," ucap Fatimeh.
"Pak Alan gak galak bu, dia cuma bersikap profesional sebagai seorang bos disana," ucap Sahira.
"Alah tetap aja yang namanya galak ya galak, lihat aja pak Saka kan kalem," ujar Fatimeh.
Sahira menunduk dan fokus pada makanannya, ia tidak lagi meladeni ucapan Fatimeh sebab terlalu mengada-ada. Setelah selesai, Sahira langsung pergi ke dapur untuk mencuci piring dan lalu masuk ke kamarnya.
•
•
Hari berganti, Cat masih setia bekerja di toko roti meskipun sahabatnya yakni Sahira sudah tidak lagi berada disana. Ia memang terpaksa sebab tak ada pilihan lain untuknya, apalagi ia juga membutuhkan uang demi bisa membiayai keluarganya. Ya Cat adalah tulang punggung saat ini setelah ayahnya meninggal beberapa waktu lalu.
Ia tiba di toko roti dan bertemu dengan Ivan yang kebetulan juga baru sampai, mereka saling menyapa lalu tersenyum satu sama lain. Keduanya sudah lumayan akrab, tentu saja karena sudah dua tahun lebih mereka bertemu dan bekerja bersama di toko roti itu.
"Eh Cat, akhirnya datang juga lu. Kalo bawa kunci toko itu datang lebih awal dong Cat, jadi gue gak perlu nunggu lama kayak gini," ujar Ivan.
"Sorry Van, lagian ini gue udah datang lebih awal kali. Lu nya aja yang terlalu semangat, masih pagi buta udah nongkrong disini," ucap Cat.
"Hehe, gue kan karyawan rajin Cat. Siapa tahu gaji gue bisa dinaikin," ucap Ivan.
"Yeh lu kayak gak tahu aja bos kita gimana, dia kan pelit mentang-mentang orang cina. Boro-boro dinaikin gaji kita, yang ada malah mau dipotong sama dia," ucap Cat.
"Jir yang bener lu Cat? Kata siapa gaji kita mau dipotong? Keterlaluan sih, udah ngepas banget terus pengen dipotong lagi!" ujar Ivan.
"Masih isu sih, semoga aja gak bener!" ucap Cat.
"Iya deh, rugi gue kalo dipotong gaji. Mending gue ikut resign aja kayak si Sahira," ucap Ivan.
"Terus lu mau kerja dimana? Si Sahira mah enak lulusan S1, lah kita? Masuk SMP aja ngos-ngosan," ucap Cat.
"Iya sih, bener juga apa yang lu bilang barusan Cat. Tapi tetap aja, daripada kerja disini gaji kecil ya mending gue resign aja," ucap Ivan.
"Terserah lu deh, udah yuk masuk!" ucap Cat setelah membuka pintu toko.
Keduanya pun masuk ke dalam toko itu, dan tak lama Yoshi datang dengan motor merahnya disertai senyum yang menggambarkan kebahagiaan. Sontak Cat dan Ivan langsung menghampiri Yoshi dengan wajah penasaran.
"Eh Yos, ngapa lu senyum-senyum begitu? Kurang minum obat ya?" tanya Ivan keheranan.
"Tau ih, biasanya lu juga murung terus sejak Sahira gak kerja disini lagi. Sekarang kenapa tiba-tiba lu dateng terus sambil senyum?" sahut Cat.
"Yeh gue murung salah, gue senyum salah. Kalian itu maunya apa sih?" kesal Yoshi.
"Hehe, kita cuma heran Yos. Jawab aja ngapa jangan malah sewot!" kekeh Ivan.
"Iye iye, jadi gue itu senang karena sebentar lagi gue mau ajak Sahira jadian. Gue udah rencanain semuanya dan gue pengen tembak dia," ujar Yoshi.
Seketika Cat serta Ivan pun terkejut bukan main mendengar penuturan Yoshi.
•
•
Sahira kembali ke kantor di pagi hari ini, ia mendatangi meja kerja Keira sejenak sebelum naik ke lantai atas menuju ruangannya. Sahira mungkin ingin menguatkan diri sebab ia akan menaiki lift yang kemungkinan bisa membuat trauma masa kecilnya kumat.
"Sahira, kamu kenapa? Kok kelihatan lemas kayak gitu? Kamu gak semangat lagi buat kerja disini? Ini baru hari kedua loh Ra," tanya Keira keheranan.
"Bukan gitu, aku cuma mau kuatin diri dulu sebelum naik lift. Kamu kan tau aku punya trauma, jadi ya siapa tahu kalau begini nanti di lift aku gak akan ketakutan lagi," jawab Sahira.
"Ohh, yaudah nih kamu minum aja dulu biar seger!" ucap Keira menawarkan air minum.
"Ah iya iya, kebetulan nih aku haus. Makasih ya Kei!" ucap Sahira.
"Sama-sama," singkat Keira.
Sahira pun meminum air yang diberikan Keira dengan sangat cepat, tampaknya Sahira begitu kehausan setelah menempuh perjalanan dari rumah menuju kantornya. Keira saja sampai geleng-geleng kepala melihat Sahira yang begitu cepat menghabiskan botol minum itu.
"Kamu haus banget ya Sahira? Itu airnya sampai netes ke baju kamu tau," kekeh Keira.
"Duh iya nih, gara-gara kehausan baju aku jadi basah deh," ucap Sahira panik.
"Ehem ehem.." keduanya terkejut mendengar deheman berat dari arah belakang, mereka kompak menoleh dan menemukan Alan berdiri disana.
"Enak banget ya masih pagi udah istirahat minum-minum sambil ngobrol disini? Ingat ya Sahira, kamu itu karyawan baru loh! Harusnya kamu bisa lebih rajin dari yang lainnya!" ujar Alan.
Sahira terdiam bingung, pastinya Alan akan memanfaatkan ini untuk memarahinya. Padahal Sahira hanya beristirahat sebentar sebelum ia menaiki lift.
"Pak, saya—"
"Eh itu baju kamu kenapa basah? Kena tumpahan air ya? Gak sopan banget sih, masa sekretaris saya bajunya basah kayak gitu?!" sela Alan.
"Eee ini.."
"Sudah cepat bersihkan! Saya gak mau ya nanti lihat baju kamu masih basah!" potong Alan.
Sahira mengangguk, "Baik pak! Abis ini langsung saya lap kok pakai tisu, bapak gak perlu cemas lah," ucapnya sambil tersenyum.
"Gausah senyum-senyum, ayo buruan kita ke atas! Kamu harus kerja dengan baik dan buktikan ke saya kalau kamu mampu!" ujar Alan.
"Siap pak! Tapi, ini baju saya gimana? Tadi katanya saya disuruh bersihin," bingung Sahira.
"Kan bisa bersihin di atas, udah ayo jangan lama-lama!" ucap Alan.
Akhirnya Sahira menurut dengan ucapan Alan, ia pun melangkah menuju lift bersama pria itu dan meninggalkan Keira di meja resepsionis.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments