Keesokan paginya, Sahira sangat bersemangat karena ini adalah hari pertama ia bekerja. Tentunya ia tidak mau mengecewakan Alan selaku bosnya dan ingin membuat pria itu bangga serta terkesan atas kinerjanya di perusahaan itu, sebabnya Sahira pun datang cukup awal daripada jam kerjanya.
Ia bergegas menaiki tangga yang kini sudah dibuka untuk umum, ya Saka yang melakukan semua itu sebab dia tidak ingin Sahira terbebani dengan lift dan pekerjaannya akan terhambat. Meski sempat bertentangan dengan Alan, tapi pada akhirnya Alan juga setuju dengan usulan Saka.
Sahira terus berjalan menuju ruangan Alan untuk mendapat instruksi dari pria itu, langkahnya tampak tergesa-gesa meskipun jam masih menunjukkan pukul setengah enam pagi dan suasana kantor juga masih cukup sepi, hanya ada beberapa karyawan disana.
"Haaahhh haaahhh... gila gue capek banget anjir! Huh kalo tiap hari gue harus naik turun tangga dari lantai satu ke lantai enam, bisa gede nih betis gue!" gumam Sahira di depan pintu ruangan Alan.
Ia memilih mengambil nafas sejenak dan beristirahat di kursi yang tersedia, menurutnya mungkin saja Alan belum tiba di kantor karena memang jam masih sangat awal. Sehingga ia pun memberanikan diri untuk beristirahat sementara waktu disana sambil meminum air mineral yang ia bawa dari rumah.
"Uhh lega deh, seenggaknya masih jam setengah enam lewat. Gue masih punya waktu sekitar satu jam kurang lebih sampai pak Alan datang, jadi gue bisa leha-leha dulu deh," ujar Sahira.
Ceklek
Baru saja Sahira hendak berbaring di kursi panjang itu, tiba-tiba suara pintu terbuka terdengar di telinganya. Sontak Sahira beranjak dari kursi lalu menoleh ke arah pintu ruangan tersebut, dan disana lah ia menemukan sosok Alan yang baru keluar dan menatapnya sambil tersenyum tipis.
"Baguslah kamu sudah datang, padahal ini masih sangat awal. Mungkin ini bisa dimasukan ke nilai disiplin kamu Sahira," ucap Alan.
Sahira sangat kaget, ternyata Alan sudah datang lebih dulu daripada dirinya. Bahkan, pria itu malah sudah berada di dalam ruangannya. Sahira sungguh tak percaya, rupanya Alan benar-benar sangat rajin dan itu bisa saja membahayakan dirinya.
"I-i-iya pak, ini kan hari pertama saya kerja jadi saya mau tunjukin ke bapak kalau saya tuh bisa diandalkan. Makanya pagi-pagi sekali saya sudah datang kesini," ucap Sahira gugup.
"Yasudah, kalau gitu ayo masuk! Saya akan sampaikan beberapa hal sebelum kamu mulai bekerja, mengerti?" ucap Alan memberi perintah.
"Duh, gue kan mau istirahat dulu tadinya. Eh malah udah disuruh kerja aja," batin Sahira.
Alan mengernyit heran, "Kamu kenapa diam aja? Gak siap buat mulai kerja? Kalau kamu mau istirahat dulu, silahkan aja!" ucapnya sambil mengipaskan tangan di depan wajah Sahira.
"Eh eee sa-saya gapapa kok, saya siap buat langsung kerja pak. Ayo dah kita masuk aja ke dalam ruangan bapak!" ucap Sahira.
"Okay, yuk!" singkat Alan.
Sahira pun masuk ke dalam ruangan kerja Alan untuk mendengarkan ucapan pria itu.
•
•
Kini mereka tengah duduk berhadapan di dalam ruangan itu, Alan tersenyum lebar menatap wajah Sahira yang terlihat mengantuk akibat bangun lebih awal hari ini. Alan berpikir bisa menjadikan hal itu kesempatan untuknya memecat Sahira.
Mati-matian Sahira berusaha menahan rasa kantuknya saat ini, tapi cukup sulit karena ia belum terbiasa bangun pagi seperti tadi. Apalagi ia juga kelelahan karena sebelum berangkat sempat menyiapkan sarapan untuk ibunya dan juga beberes rumah.
"Sahira, kamu tuh niat gak sih kerja sama saya? Masih pagi kok udah ngantuk aja? Kalau kamu masih ngantuk, tidur aja sana!" tegur Alan.
"Eee ma-maaf pak, saya beneran gak sengaja. Saya emang ngantuk pak, tapi saya janji bisa kerja dengan benar kok," ucap Sahira.
"Yakin kamu? Saya gak mau ya ada salah-salah nantinya hanya karena kamu ngantuk," ujar Alan.
"Saya janji pak akan usahakan semuanya dengan baik, sekarang bapak kasih tau aja apa yang harus saya lakuin!" ucap Sahira.
"Baiklah, saya percaya kali ini. Yang pertama harus kamu lakuin adalah siapin semua berkas untuk keperluan rapat kita hari ini," ucap Alan.
"Eee baik pak, nanti saya akan siapkan semuanya. Lalu, apa lagi yang harus saya lakukan pak?" ucap Sahira pelan.
"Itu saja belum tentu kamu bisa lakukan dengan tepat waktu, jangan gaya minta tugas yang lainnya!" ujar Alan.
"Iya pak iya, yaudah berarti saya sekarang bisa pergi nih ke ruangan saya?" tanya Sahira memastikan.
"Belum, masih ada yang mau saya bicarakan ke kamu terkait aturan bekerja disini. Tentunya kamu harus tau sebelum mulai bekerja nanti," ucap Alan.
"Aturan apa ya pak? Jam kerja? Kan saya udah tau semuanya lewat surat kontrak, saya harus datang jam setengah tujuh, boleh kurang tapi gak boleh lebih. Iya kan pak?" ucap Sahira.
"Bukan cuma itu Sahira, masih ada lagi yang harus saya kasih tau ke kamu. Dan kamu harus dengarkan semua yang saya bilang," ucap Alan.
"Iya pak, terus apa aturannya?" tanya Sahira.
"Kamu harus bekerja dengan baik dan disiplin, kamu juga gak boleh pakai fasilitas kantor untuk keperluan pribadi. Kalau saya butuh kamu, kamu harus selalu siap dan gak boleh banyak protes. Ya intinya kamu harus nurut sama saya karena saya atasan kamu," jawab Alan panjang lebar.
"Ribet amat sih pak, tinggal bilang aja saya harus nurut sama bapak. Kalau soal fasilitas kantor, saya juga pasti gak akan gunain buat kepentingan pribadi kok pak," ucap Sahira.
"Ya saya kan tetap harus mengingatkan kamu sebagai atasan disini, yasudah sana kamu bisa keluar dan lakuin tugas kamu!" suruh Alan.
"Tapi pak—"
"Tapi apa lagi? Cepat kamu laksanakan tugas, meeting nya kan jam sembilan pagi ini! Jadi, jam delapan nanti kamu harus sudah selesai!" sela Alan.
"Iya iya pak, saya tadi tuh cuma bilang kalau saya belum tahu ruangan saya dimana. Bisa bapak antar saya atau minimal kasih tau?" ucap Sahira.
"Kamu nyuruh saya? Enak aja, sana kamu tanya aja sama karyawan lain di luar! Saya sibuk dan banyak urusan disini!" sentak Alan.
"Ih biasa aja kali pak, gausah ngegas. Saya kan cuma minta tolong bukan nyuruh," ketus Sahira.
"Sama aja, aturannya disini tuh kayak gitu. Mana bisa bawahan minta tolong sama atasan? Udah sana kamu keluar deh!" ucap Alan.
"Iya iya pak, ini saya keluar kok. Permisi ya pak?" ucap Sahira sembari bangkit dari duduknya.
Alan menganggukkan kepalanya, memberi izin bagi Sahira untuk keluar dari ruangannya. Sahira pun bergegas pergi, namun tanpa sengaja ia mendengar Alan berbicara dengan seseorang di telpon dengan nada yang cukup manja.
"Ya halo sayang, kamu apa kabar? Mau ketemu?"
Itulah yang Sahira dengar, ia langsung mencebik kesal. Barusan pria itu menyuruhnya untuk tidak menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi, tetapi saat ini Alan sendiri justru menghubungi pacarnya menggunakan fasilitas di kantornya.
"Cih, gak pake fasilitas kantor buat keperluan pribadi katanya!" cibir Sahira pelan sembari melangkah ke luar ruangan.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Imelda Mell Lele
bagus ceritanya mohon di lanjutkan
2023-01-26
4
Wawan Iway
menarik ceritanya lanjutkan thor
2023-01-26
1