Bab 3. Ditolak

TOK TOK TOK...

Sahira langsung mengetuk pintu begitu sampai di depan ruangan calon bosnya.

Ia masih berharap-harap cemas, ia sangat ingin mendapatkan pekerjaan itu dan tidak mau jika sampai terlewatkan begitu saja.

"Ya masuk!"

Mendengar suara itu, Sahira pun semakin gugup dan deg-degan. Ia menyentuh gagang pintu perlahan sembari memejamkan mata.

Ceklek

Sahira membuka pintu dengan hati-hati, jantungnya berdegup cukup kencang saat melihat sosok lelaki tengah duduk di kursi sambil memainkan laptop.

"Ngapain disitu aja? Ayo sini masuk!" ucap si pria tanpa beralih dari layar laptopnya.

"I-i-iya pak," gugup Sahira.

Akhirnya gadis itu mulai melangkah masuk secara perlahan-lahan, ia menutup pintu dengan hati-hati dan menghampiri calon bosnya disana.

"Permisi pak, saya Sahira dan saya datang kesini untuk melakukan interview. Sebelumnya saya menaruh lamaran ke email perusahaan, terus saya dapat balasan kalau saya bisa lanjut ke wawancara," ucap Sahira pelan.

"Duduk!" perintah pria itu dengan suara lirih dan dingin.

Jantung Sahira makin berdetak tak karuan, ia menarik kursi dan duduk di hadapan pria tersebut sembari menelan ludahnya.

"Tadi nama kamu siapa?" tanya pria itu lagi.

"Nih orang budeg apa gimana sih?" batin Sahira.

"Eee saya Sahira pak," jawab Sahira pada si pria.

Pria itu menutup layar laptopnya, beralih menatap Sahira dan langsung terkejut saat mengetahui wajah gadis yang duduk di depannya itu.

Begitupun dengan Sahira, ia tak menyangka bahwa pria yang tadi ia temui di lift sekarang ini berada di hadapannya.

"Kamu yang tadi di lift kan?" tanya pria itu.

"I-i-iya betul pak," jawab Sahira menunduk.

"Terus kamu mau apa lagi disini? Untuk apa kamu masih tetap duduk disitu?" ujar si pria.

"Ma-maksud bapak?" Sahira benar-benar tak mengerti dengan ucapan pria itu.

"Hadeh, kamu pikir saya akan mempekerjakan kamu setelah sikap kurang ajar kamu ke saya tadi? Sana kamu keluar, saya gak mungkin terima kamu sebagai sekretaris saya!" tegas pria itu.

Sahira melotot tak percaya, belum dimulai sesi wawancara tetapi ia sudah dianggap gagal hanya karena tragedi lift tadi.

"Ta-tapi pak, saya kan belum mulai wawancara. Masa saya udah dipecat?" protes Sahira.

"Saya gak perlu wawancara kamu lagi, karena saya paling malas dengan wanita yang bersikap kurang ajar seperti kamu," ketus si pria.

Ekspresi Sahira langsung berubah kesal, seolah tak suka dengan sikap pria tersebut.

"Bapak jangan gitu dong! Saya—"

"Jangan membantah! Kamu keluar atau saya telpon security sekarang!" sela pria itu.

"Tapi pak, saya butuh pekerjaan ini pak. Saya mohon kasih saya kesempatan ya!" rengek Sahira.

"Kamu paham bahasa Indonesia kan? Sekali tidak bisa ya tidak bisa Sahira," ucap pria itu.

Sahira pun bangkit dari tempat duduknya dengan ekspresi marah, ia langsung berbalik dan melangkah keluar dari ruangan itu.

Sahira berjalan dengan kesal akibat gagal mengikuti tes wawancara untuk menjadi sekretaris di perusahaan tersebut.

Ia pun keluar dari kantor itu dan terus menggerutu sendiri sambil membayangkan kalau ia akan memukul wajah mengesalkan pria tadi.

"Ish, awas aja ya tuh cowok! Kalo gue dah sukses jadi bos nanti, gue bakal bikin dia bertekuk lutut di hadapan gue! Gue yakin dia pasti nyesel karena udah tolak gue cuma karena alasan gak jelas!" geram Sahira memukul angin.

Saat di depan gedung tersebut, Sahira kembali bertemu sang security yang sebelumnya pernah ia temui dan menegurnya.

"Eh neng, udah keluar lagi aja. Gimana hasilnya neng? Diterima?" tegur si satpam.

"Ya seperti yang bapak lihat, wajah aku murung kan? Pasti bapak udah tau jawabannya," ucap Sahira.

"Ohh, ditolak ya neng? Yang sabar aja neng, kerjaan masih banyak kok," ucap satpam itu.

Sahira memutar bola matanya, kemudian lanjut berjalan tanpa melihat-lihat ke kanan ataupun kiri sehingga tak sadar ada mobil yang melintas.

Tiiinnn

"Neng, awas neng!" teriak satpam memperingati.

"Aaaaaa.." Sahira berteriak keras dan reflek menutupi kepalanya, ia lalu terjatuh karena kehilangan keseimbangan.

Bruuukkk

Mobil yang nyaris menabraknya itu berhenti, sang pemilik turun dari mobilnya dan menghampiri Sahira yang masih terduduk di aspal.

"Hey, kamu gapapa?" tanya pria itu khawatir.

Sahira mendongak, mengarahkan pandangan ke wajah si pria yang terlihat sangat tampan.

"I-i-iya, saya gapapa. Maaf ya tadi saya gak lihat-lihat jalannya!" ucap Sahira.

"Bukan kok, saya yang salah tadi gak fokus nyetirnya. Kamu beneran gapapa? Gak ada yang lecet?" ucap pria itu.

"Gak ada kok pak, saya baik-baik aja. Makasih ya udah mau bantu!" ucap Sahira.

"Sama-sama, yaudah saya bantu berdiri!" ucap pria itu sembari mengulurkan tangan ke arah Sahira.

Sahira meraih tangan pria itu, lalu bangkit dan berdiri tegak sembari membersihkan pakaiannya yang sedikit kotor.

"Sekali lagi makasih ya pak!" ucap Sahira.

"No problem, kamu beneran gak mau diperiksa dulu ke klinik gitu? Kali aja ada yang luka atau kerasa nyeri kan?" ucap pria itu.

"Gausah, saya mau pulang aja. Saya beneran kok gak ada masalah," tolak Sahira.

"Ohh, terus kamu ini abis ngapain disini? Kamu bukan karyawan sini ya?" tanya pria itu.

"Eee bukan pak, saya justru baru mau kerja disini. Eh tapi ternyata saya malah langsung ditolak gitu aja sama pak Alan tanpa alasan jelas," jawab Sahira.

"Hah? Kenapa bisa begitu?" tanya pria itu terkejut bukan.

"Ya jadi gini pak, saya—"

"Kamu ceritanya di cafe aja, yuk kita ke cafe di dekat sini sekalian minum-minum!" sela pria itu.

"Ta-tapi pak—"

"Udah gapapa, saya Saka dan kamu gak perlu panggil saya pak kayak gitu, saya ini masih muda loh!" ucap pria itu memotong ucapan Sahira.

"Saka?" Sahira mengernyit heran.

"Ya, itu nama saya. Kalau kamu siapa?" ujar Saka.

"Saya Sahira pak," ucap Sahira spontan.

"Hadeh, pak lagi. Yaudah gapapa, yuk kita kesana!" ucap Saka mengajak Sahira.

Saka langsung menggandeng tangan Sahira dan membawa gadis itu ke mobil, mereka lalu pergi menuju cafe terdekat dari kantor tersebut.

Sesampainya di cafe, Sahira langsung menceritakan semua yang ia alami tadi kepada Saka.

Gadis itu bercerita dengan detail dengan ekspresi marah serta kesalnya.

"Nah, jadi gitu pak ceritanya. Kesel banget kan? Coba deh bayangin kamu jadi saya, pasti kamu juga bakal kesel juga kayak saya!" ujar Sahira.

Saka tersenyum, matanya tak bisa lepas dari wajah Sahira yang terlihat menggemaskan saat ini.

"Aneh ya pak? Rambutan kok dicampur sama teh," ujar Sahira sembari mengangkat gelas berisi minuman lychee tea yang ia pesan tadi.

Saka sampai harus menahan tawanya melihat tindakan aneh Sahira.

"Itu leci bukan rambutan, namanya aja lychee tea. Emang kamu belum pernah minum itu sebelumnya?" kekeh Saka.

"Hehe, jokes pak biar saya gak tegang," elak Sahira.

Saka menggeleng disertai tawa kecilnya, baru kali ini ia seperti itu saat berhadapan dengan wanita.

"Kamu tenang aja ya! Saya usahakan bantu kamu supaya bisa keterima kerja disana, karena saya tahu kamu berbakat. Biar saya coba bicara sama si Alan nanti," ucap Saka.

Sahira sontak terkejut ketika Saka menyebut bosnya hanya dengan nama tanpa tambahan pak.

"Kenapa kamu kaget gitu? Saya ini Saka Alfian, saya kakak dari Alan Dwinanda alias orang yang bertanggung jawab pada perusahaan ini," ucap Saka.

"Apa??" Sahira terbelalak lebar.

Perasaan Sahira kini semakin tidak enak, ia merasa bersalah karena sudah menjelek-jelekkan Alan di depan kakaknya sendiri.

...~Bersambung~...

...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...

Terpopuler

Comments

Nidtya

Nidtya

Duh sahira

2023-05-17

1

khey

khey

thor, aku udah mampir,, sesuai janjiku tadi,, ✌️👍

2023-02-04

3

khey

khey

saya juga ngak tau minuman apa itu, membacanya aja baru kali ini 😁😁

2023-02-04

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Ibu tiri
2 Bab 2. Trauma
3 Bab 3. Ditolak
4 Bab 4. Kamu diterima
5 Bab 5. Kerja
6 Bab 6. Pingsan
7 Bab 7. Gara-gara lift
8 Bab 8. Duduk di depan
9 Bab 9. Masih ada baiknya
10 Bab 10. Ibu ke kantor
11 Bab 11. Mau tembak dia
12 Bab 12. Masih galak
13 Bab 13. Ke rumah Sahira
14 Bab 14. Wati tak sengaja
15 Bab 15. Putus
16 Bab 16. Bunuh diri?
17 Bab 17. Takut
18 Bab 18. Dihukum
19 Bab 19. Ketahuan
20 Bab 20. Belain terus
21 Bab 21. Perubahan Alan
22 Bab 22. Diperebutkan
23 Bab 23. Membeli perhiasan
24 Bab 24. Yoshi penasaran
25 Bab 25. Yoshi melabrak
26 Bab 26. Banyak banget
27 Bab 27. Wati kenapa?
28 Bab 28. Minta balikan
29 Bab 29. Selingkuh?
30 Bab 30. Gapapa kok
31 Bab 31. Alan berubah lagi?
32 Bab 32. Ari dan Wati
33 Bab 33. Yoshi patah hati
34 Bab 34. Mau digendong
35 Bab 35. Pengakuan Cat
36 Bab 36. Fatimeh ternyata
37 Bab 37. Sahira curiga
38 Bab 38. Keira dan pacarnya
39 Bab 39. Berdebar-debar
40 Bab 40. Hampir
41 Bab 41. Nama Anggun
42 Bab 42. Permohonan Nawal
43 Bab 43. Gausah diperpanjang
44 Bab 44. Belum sarapan
45 Bab 45. Berkelahi
46 Bab 46. Ditembak Yoshi
47 Bab 47. Mendekatinya
48 Bab 48. Terjebak di lift
49 Bab 49. Lembur
50 Bab 50. Bertemu preman
51 Bab 51. Tidak mau ada pertikaian
52 Bab 52. Fatimeh kemana?
53 Bab 53. Romantis banget
54 Bab 54. Kaget
55 Bab 55. Balikan aja
56 Bab 56. Ivan tanya
57 Bab 57. Cerita aja
58 Bab 58. Fatimeh terkejut
59 Bab 59. Lamar kamu
60 Bab 60. Dicium kekasih
61 Bab 61. Papa datang
62 Bab 62. Kecemburuan
63 Bab 63. Lunch bareng
64 Bab 64. Belum kembali
65 Bab 65. Harus janji
66 Bab 66. Rencana dinner
67 Bab 67. Dibuat grogi
68 Bab 68. Kepergok
69 Bab 69. Pelakor?
70 Bab 70. Ada apa?
71 Bab 71. Pertanyaan mendadak
72 Bab 72. First date (1)
73 Bab 73. Panggil mas
74 Bab 74. Kebenarannya
75 Bab 75. Kembali membahas itu
76 Bab 76. Cewek gue
77 Bab 77. Akui saja
78 Bab 78. Dilabrak
79 Bab 79. Salah terus
80 Bab 80. Sudah punya pacar
81 Bab 81. Siasat Ari
82 Bab 82. Jangan ngebut-ngebut
83 Bab 83. Gak mau
84 Bab 84. Mau pergi aja
85 Bab 85. Lapar kan?
86 Bab 86. Sahur pertama
87 Bab 87. Nyaris ketahuan
88 Bab 88. Ajakan bukber
89 Bab 89. Heboh sendiri
90 Bab 90. Kekacauan
91 Bab 91. Belum mau
92 Bab 92. Minggu pagi
93 Bab 93. Jahat banget
94 Bab 94. Mau datang
95 Bab 95. Hal mudah
96 Bab 96. Kejebak hujan
97 Bab 97. Cerita Sahira
98 Bab 98. Kedatangan mama
99 Bab 99. Sempat debat
100 Bab 100. Patah rahang
101 Bab 101. Nawal sadar
102 Bab 102. Menyadarkan Fatimeh
103 Bab 103. Sahira kecewa
104 Bab 104. Ngamuk sendiri
105 Bab 105. Lingkungan baru
106 Bab 106. Gak ada masalah
107 Bab 107. Dikenalkan ke orang tua
108 Bab 108. Kejujuran Alan
109 Bab 109. Sudah malas
110 Bab 110. Kenalan baru
111 Bab 111. Mulai dekat
112 Bab 112. Berhasil dibujuk
113 Bab 113. Beda agama
114 Bab 114. Salah paham
115 Bab 115. Makin dekat
116 Bab 116. Pertemuan calon besan
117 Bab 117. Sungguh tak menyangka
118 Bab 118. Sayang sama ibu
119 Bab 119. Tiba-tiba marah
120 Bab 120. Jauhi mereka semua
121 Bab 121. Selamat hari raya
122 Bab 122. Malah datang
123 Bab 123. Liburan dong
124 Bab 124. Mulai tenang
125 Bab 125. Jadian aja
126 Bab 126. Sekretaris baru
127 Bab 127. Permainan manager
128 Bab 128. Nawal tahu
129 Bab 129. Dibuat tersipu
130 Bab 130. Sempat panik
131 Bab 131. Playboy?
132 Bab 132. Teriakan pengganggu
133 Bab 133. Kegaduhan
134 Bab 134. Keributan di rumah Alan
135 Bab 135. Bukan anak mama?
136 Bab 136. Tenangin diri
137 Bab 137. Tinggal bareng?
138 Bab 138. Mencari Alan
139 Bab 139. Marah
140 Bab 140. Pertikaian adik-kakak
141 Bab 141. Pindah?
142 Bab 142. Memikirkan pekerjaan
143 Bab 143. Selingkuh?
144 Bab 144. Jujur
145 Bab 145. Alan gila?
146 Bab 146. Cinta atau tidak?
147 Bab 147. Marah
148 Bab 148. Tidak jadi
149 Bab 149. Minum susu
150 Bab 150. Melihat sesuatu
151 Bab 151. Lamaran
152 Bab 152. Wawancara
153 Bab 153. Bertemu mama
154 Bab 154. Melihatnya
155 Bab 155. Tak pantas lagi
156 Bab 156. Saling sayang (end)
Episodes

Updated 156 Episodes

1
Bab 1. Ibu tiri
2
Bab 2. Trauma
3
Bab 3. Ditolak
4
Bab 4. Kamu diterima
5
Bab 5. Kerja
6
Bab 6. Pingsan
7
Bab 7. Gara-gara lift
8
Bab 8. Duduk di depan
9
Bab 9. Masih ada baiknya
10
Bab 10. Ibu ke kantor
11
Bab 11. Mau tembak dia
12
Bab 12. Masih galak
13
Bab 13. Ke rumah Sahira
14
Bab 14. Wati tak sengaja
15
Bab 15. Putus
16
Bab 16. Bunuh diri?
17
Bab 17. Takut
18
Bab 18. Dihukum
19
Bab 19. Ketahuan
20
Bab 20. Belain terus
21
Bab 21. Perubahan Alan
22
Bab 22. Diperebutkan
23
Bab 23. Membeli perhiasan
24
Bab 24. Yoshi penasaran
25
Bab 25. Yoshi melabrak
26
Bab 26. Banyak banget
27
Bab 27. Wati kenapa?
28
Bab 28. Minta balikan
29
Bab 29. Selingkuh?
30
Bab 30. Gapapa kok
31
Bab 31. Alan berubah lagi?
32
Bab 32. Ari dan Wati
33
Bab 33. Yoshi patah hati
34
Bab 34. Mau digendong
35
Bab 35. Pengakuan Cat
36
Bab 36. Fatimeh ternyata
37
Bab 37. Sahira curiga
38
Bab 38. Keira dan pacarnya
39
Bab 39. Berdebar-debar
40
Bab 40. Hampir
41
Bab 41. Nama Anggun
42
Bab 42. Permohonan Nawal
43
Bab 43. Gausah diperpanjang
44
Bab 44. Belum sarapan
45
Bab 45. Berkelahi
46
Bab 46. Ditembak Yoshi
47
Bab 47. Mendekatinya
48
Bab 48. Terjebak di lift
49
Bab 49. Lembur
50
Bab 50. Bertemu preman
51
Bab 51. Tidak mau ada pertikaian
52
Bab 52. Fatimeh kemana?
53
Bab 53. Romantis banget
54
Bab 54. Kaget
55
Bab 55. Balikan aja
56
Bab 56. Ivan tanya
57
Bab 57. Cerita aja
58
Bab 58. Fatimeh terkejut
59
Bab 59. Lamar kamu
60
Bab 60. Dicium kekasih
61
Bab 61. Papa datang
62
Bab 62. Kecemburuan
63
Bab 63. Lunch bareng
64
Bab 64. Belum kembali
65
Bab 65. Harus janji
66
Bab 66. Rencana dinner
67
Bab 67. Dibuat grogi
68
Bab 68. Kepergok
69
Bab 69. Pelakor?
70
Bab 70. Ada apa?
71
Bab 71. Pertanyaan mendadak
72
Bab 72. First date (1)
73
Bab 73. Panggil mas
74
Bab 74. Kebenarannya
75
Bab 75. Kembali membahas itu
76
Bab 76. Cewek gue
77
Bab 77. Akui saja
78
Bab 78. Dilabrak
79
Bab 79. Salah terus
80
Bab 80. Sudah punya pacar
81
Bab 81. Siasat Ari
82
Bab 82. Jangan ngebut-ngebut
83
Bab 83. Gak mau
84
Bab 84. Mau pergi aja
85
Bab 85. Lapar kan?
86
Bab 86. Sahur pertama
87
Bab 87. Nyaris ketahuan
88
Bab 88. Ajakan bukber
89
Bab 89. Heboh sendiri
90
Bab 90. Kekacauan
91
Bab 91. Belum mau
92
Bab 92. Minggu pagi
93
Bab 93. Jahat banget
94
Bab 94. Mau datang
95
Bab 95. Hal mudah
96
Bab 96. Kejebak hujan
97
Bab 97. Cerita Sahira
98
Bab 98. Kedatangan mama
99
Bab 99. Sempat debat
100
Bab 100. Patah rahang
101
Bab 101. Nawal sadar
102
Bab 102. Menyadarkan Fatimeh
103
Bab 103. Sahira kecewa
104
Bab 104. Ngamuk sendiri
105
Bab 105. Lingkungan baru
106
Bab 106. Gak ada masalah
107
Bab 107. Dikenalkan ke orang tua
108
Bab 108. Kejujuran Alan
109
Bab 109. Sudah malas
110
Bab 110. Kenalan baru
111
Bab 111. Mulai dekat
112
Bab 112. Berhasil dibujuk
113
Bab 113. Beda agama
114
Bab 114. Salah paham
115
Bab 115. Makin dekat
116
Bab 116. Pertemuan calon besan
117
Bab 117. Sungguh tak menyangka
118
Bab 118. Sayang sama ibu
119
Bab 119. Tiba-tiba marah
120
Bab 120. Jauhi mereka semua
121
Bab 121. Selamat hari raya
122
Bab 122. Malah datang
123
Bab 123. Liburan dong
124
Bab 124. Mulai tenang
125
Bab 125. Jadian aja
126
Bab 126. Sekretaris baru
127
Bab 127. Permainan manager
128
Bab 128. Nawal tahu
129
Bab 129. Dibuat tersipu
130
Bab 130. Sempat panik
131
Bab 131. Playboy?
132
Bab 132. Teriakan pengganggu
133
Bab 133. Kegaduhan
134
Bab 134. Keributan di rumah Alan
135
Bab 135. Bukan anak mama?
136
Bab 136. Tenangin diri
137
Bab 137. Tinggal bareng?
138
Bab 138. Mencari Alan
139
Bab 139. Marah
140
Bab 140. Pertikaian adik-kakak
141
Bab 141. Pindah?
142
Bab 142. Memikirkan pekerjaan
143
Bab 143. Selingkuh?
144
Bab 144. Jujur
145
Bab 145. Alan gila?
146
Bab 146. Cinta atau tidak?
147
Bab 147. Marah
148
Bab 148. Tidak jadi
149
Bab 149. Minum susu
150
Bab 150. Melihat sesuatu
151
Bab 151. Lamaran
152
Bab 152. Wawancara
153
Bab 153. Bertemu mama
154
Bab 154. Melihatnya
155
Bab 155. Tak pantas lagi
156
Bab 156. Saling sayang (end)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!