TOK TOK TOK...
Sahira langsung mengetuk pintu begitu sampai di depan ruangan calon bosnya.
Ia masih berharap-harap cemas, ia sangat ingin mendapatkan pekerjaan itu dan tidak mau jika sampai terlewatkan begitu saja.
"Ya masuk!"
Mendengar suara itu, Sahira pun semakin gugup dan deg-degan. Ia menyentuh gagang pintu perlahan sembari memejamkan mata.
Ceklek
Sahira membuka pintu dengan hati-hati, jantungnya berdegup cukup kencang saat melihat sosok lelaki tengah duduk di kursi sambil memainkan laptop.
"Ngapain disitu aja? Ayo sini masuk!" ucap si pria tanpa beralih dari layar laptopnya.
"I-i-iya pak," gugup Sahira.
Akhirnya gadis itu mulai melangkah masuk secara perlahan-lahan, ia menutup pintu dengan hati-hati dan menghampiri calon bosnya disana.
"Permisi pak, saya Sahira dan saya datang kesini untuk melakukan interview. Sebelumnya saya menaruh lamaran ke email perusahaan, terus saya dapat balasan kalau saya bisa lanjut ke wawancara," ucap Sahira pelan.
"Duduk!" perintah pria itu dengan suara lirih dan dingin.
Jantung Sahira makin berdetak tak karuan, ia menarik kursi dan duduk di hadapan pria tersebut sembari menelan ludahnya.
"Tadi nama kamu siapa?" tanya pria itu lagi.
"Nih orang budeg apa gimana sih?" batin Sahira.
"Eee saya Sahira pak," jawab Sahira pada si pria.
Pria itu menutup layar laptopnya, beralih menatap Sahira dan langsung terkejut saat mengetahui wajah gadis yang duduk di depannya itu.
Begitupun dengan Sahira, ia tak menyangka bahwa pria yang tadi ia temui di lift sekarang ini berada di hadapannya.
"Kamu yang tadi di lift kan?" tanya pria itu.
"I-i-iya betul pak," jawab Sahira menunduk.
"Terus kamu mau apa lagi disini? Untuk apa kamu masih tetap duduk disitu?" ujar si pria.
"Ma-maksud bapak?" Sahira benar-benar tak mengerti dengan ucapan pria itu.
"Hadeh, kamu pikir saya akan mempekerjakan kamu setelah sikap kurang ajar kamu ke saya tadi? Sana kamu keluar, saya gak mungkin terima kamu sebagai sekretaris saya!" tegas pria itu.
Sahira melotot tak percaya, belum dimulai sesi wawancara tetapi ia sudah dianggap gagal hanya karena tragedi lift tadi.
"Ta-tapi pak, saya kan belum mulai wawancara. Masa saya udah dipecat?" protes Sahira.
"Saya gak perlu wawancara kamu lagi, karena saya paling malas dengan wanita yang bersikap kurang ajar seperti kamu," ketus si pria.
Ekspresi Sahira langsung berubah kesal, seolah tak suka dengan sikap pria tersebut.
"Bapak jangan gitu dong! Saya—"
"Jangan membantah! Kamu keluar atau saya telpon security sekarang!" sela pria itu.
"Tapi pak, saya butuh pekerjaan ini pak. Saya mohon kasih saya kesempatan ya!" rengek Sahira.
"Kamu paham bahasa Indonesia kan? Sekali tidak bisa ya tidak bisa Sahira," ucap pria itu.
Sahira pun bangkit dari tempat duduknya dengan ekspresi marah, ia langsung berbalik dan melangkah keluar dari ruangan itu.
•
•
Sahira berjalan dengan kesal akibat gagal mengikuti tes wawancara untuk menjadi sekretaris di perusahaan tersebut.
Ia pun keluar dari kantor itu dan terus menggerutu sendiri sambil membayangkan kalau ia akan memukul wajah mengesalkan pria tadi.
"Ish, awas aja ya tuh cowok! Kalo gue dah sukses jadi bos nanti, gue bakal bikin dia bertekuk lutut di hadapan gue! Gue yakin dia pasti nyesel karena udah tolak gue cuma karena alasan gak jelas!" geram Sahira memukul angin.
Saat di depan gedung tersebut, Sahira kembali bertemu sang security yang sebelumnya pernah ia temui dan menegurnya.
"Eh neng, udah keluar lagi aja. Gimana hasilnya neng? Diterima?" tegur si satpam.
"Ya seperti yang bapak lihat, wajah aku murung kan? Pasti bapak udah tau jawabannya," ucap Sahira.
"Ohh, ditolak ya neng? Yang sabar aja neng, kerjaan masih banyak kok," ucap satpam itu.
Sahira memutar bola matanya, kemudian lanjut berjalan tanpa melihat-lihat ke kanan ataupun kiri sehingga tak sadar ada mobil yang melintas.
Tiiinnn
"Neng, awas neng!" teriak satpam memperingati.
"Aaaaaa.." Sahira berteriak keras dan reflek menutupi kepalanya, ia lalu terjatuh karena kehilangan keseimbangan.
Bruuukkk
Mobil yang nyaris menabraknya itu berhenti, sang pemilik turun dari mobilnya dan menghampiri Sahira yang masih terduduk di aspal.
"Hey, kamu gapapa?" tanya pria itu khawatir.
Sahira mendongak, mengarahkan pandangan ke wajah si pria yang terlihat sangat tampan.
"I-i-iya, saya gapapa. Maaf ya tadi saya gak lihat-lihat jalannya!" ucap Sahira.
"Bukan kok, saya yang salah tadi gak fokus nyetirnya. Kamu beneran gapapa? Gak ada yang lecet?" ucap pria itu.
"Gak ada kok pak, saya baik-baik aja. Makasih ya udah mau bantu!" ucap Sahira.
"Sama-sama, yaudah saya bantu berdiri!" ucap pria itu sembari mengulurkan tangan ke arah Sahira.
Sahira meraih tangan pria itu, lalu bangkit dan berdiri tegak sembari membersihkan pakaiannya yang sedikit kotor.
"Sekali lagi makasih ya pak!" ucap Sahira.
"No problem, kamu beneran gak mau diperiksa dulu ke klinik gitu? Kali aja ada yang luka atau kerasa nyeri kan?" ucap pria itu.
"Gausah, saya mau pulang aja. Saya beneran kok gak ada masalah," tolak Sahira.
"Ohh, terus kamu ini abis ngapain disini? Kamu bukan karyawan sini ya?" tanya pria itu.
"Eee bukan pak, saya justru baru mau kerja disini. Eh tapi ternyata saya malah langsung ditolak gitu aja sama pak Alan tanpa alasan jelas," jawab Sahira.
"Hah? Kenapa bisa begitu?" tanya pria itu terkejut bukan.
"Ya jadi gini pak, saya—"
"Kamu ceritanya di cafe aja, yuk kita ke cafe di dekat sini sekalian minum-minum!" sela pria itu.
"Ta-tapi pak—"
"Udah gapapa, saya Saka dan kamu gak perlu panggil saya pak kayak gitu, saya ini masih muda loh!" ucap pria itu memotong ucapan Sahira.
"Saka?" Sahira mengernyit heran.
"Ya, itu nama saya. Kalau kamu siapa?" ujar Saka.
"Saya Sahira pak," ucap Sahira spontan.
"Hadeh, pak lagi. Yaudah gapapa, yuk kita kesana!" ucap Saka mengajak Sahira.
Saka langsung menggandeng tangan Sahira dan membawa gadis itu ke mobil, mereka lalu pergi menuju cafe terdekat dari kantor tersebut.
•
•
Sesampainya di cafe, Sahira langsung menceritakan semua yang ia alami tadi kepada Saka.
Gadis itu bercerita dengan detail dengan ekspresi marah serta kesalnya.
"Nah, jadi gitu pak ceritanya. Kesel banget kan? Coba deh bayangin kamu jadi saya, pasti kamu juga bakal kesel juga kayak saya!" ujar Sahira.
Saka tersenyum, matanya tak bisa lepas dari wajah Sahira yang terlihat menggemaskan saat ini.
"Aneh ya pak? Rambutan kok dicampur sama teh," ujar Sahira sembari mengangkat gelas berisi minuman lychee tea yang ia pesan tadi.
Saka sampai harus menahan tawanya melihat tindakan aneh Sahira.
"Itu leci bukan rambutan, namanya aja lychee tea. Emang kamu belum pernah minum itu sebelumnya?" kekeh Saka.
"Hehe, jokes pak biar saya gak tegang," elak Sahira.
Saka menggeleng disertai tawa kecilnya, baru kali ini ia seperti itu saat berhadapan dengan wanita.
"Kamu tenang aja ya! Saya usahakan bantu kamu supaya bisa keterima kerja disana, karena saya tahu kamu berbakat. Biar saya coba bicara sama si Alan nanti," ucap Saka.
Sahira sontak terkejut ketika Saka menyebut bosnya hanya dengan nama tanpa tambahan pak.
"Kenapa kamu kaget gitu? Saya ini Saka Alfian, saya kakak dari Alan Dwinanda alias orang yang bertanggung jawab pada perusahaan ini," ucap Saka.
"Apa??" Sahira terbelalak lebar.
Perasaan Sahira kini semakin tidak enak, ia merasa bersalah karena sudah menjelek-jelekkan Alan di depan kakaknya sendiri.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Nidtya
Duh sahira
2023-05-17
1
khey
thor, aku udah mampir,, sesuai janjiku tadi,, ✌️👍
2023-02-04
3
khey
saya juga ngak tau minuman apa itu, membacanya aja baru kali ini 😁😁
2023-02-04
2