Hari sudah pagi, Sahira pun telah rapih bersiap untuk pergi ke kantor melakukan interview sesuai informasi yang ia dapatkan melalui email.
Ia menemui ibunya yang tengah membersihkan meja di ruang tamu, ia pamit lalu mencium tangan Fatimeh dengan lembut.
"Bu, aku berangkat dulu ya?" pamit Sahira.
"Loh loh, lu tumben berangkatnya jam segini. Bukannya toko roti buka jam sepuluh?" heran Fatimeh.
"Aku kan udah izin libur Bu, jadi hari ini aku gak kerja dulu," ucap Sahira.
"Apa? Terus lu mau ngapain kalo gak kerja? Eh inget ya, hidup itu keras dan butuh duit, jadi lu jangan males jadi orang!" ujar Fatimeh.
"Sabar dulu Bu, aku emang libur dari toko roti, tapi hari ini aku ada interview di perusahaan buat kerjaan baru," ucap Sahira.
Fatimeh langsung berubah ekspresi, ia tampak kaget mendengar ucapan putrinya barusan.
"Wah serius lu?" tanya Fatimeh memastikan.
"Iya Bu, Alhamdulillah kemarin ada email masuk terus bilang kalau aku lolos tahap pertama. Makanya hari ini aku diminta datang ke kantor buat interview," jawab Sahira.
"Ohh, yaudah bagus deh kalo gitu. Sana lu cepetan berangkat sebelum telat! Gue doain semoga lu keterima!" ucap Fatimeh dengan semangat.
"Aamiin, makasih banyak ya Bu doanya! Kalo gitu aku pamit dulu?" ucap Sahira sambil mencium tangan sang ibu.
"Iya iya, hati-hati lu!" ucap Fatimeh.
Sahira tersenyum mendengarnya, ia senang saat Fatimeh bersikap lembut padanya seperti sekarang.
"Assalamualaikum," ucap Sahira sembari melangkah menuju pintu.
"Waalaikumsallam," jawab Fatimeh sambil tersenyum.
Sahira pun pergi ke kantor tempat ia akan interview dengan motornya.
•
•
Sesampainya di kantor itu, Sahira cukup terbelalak melihat bagaimana besarnya kantor tersebut yang membuatnya agak pesimis.
"Wah besar banget nih kantor! Aku mungkin bisa jadi kaya setelah kerja disini," ucap Sahira.
Tin tin tin...
Sahira dibuat kaget saat tiba-tiba suara klakson mobil terdengar dari belakangnya, ia menoleh dan terlihat sebuah mobil ada disana.
"Eh eh, neng awas neng!" teriak seorang satpam menghampirinya.
"I-i-iya pak," Sahira menurut dan menyingkir dari jalan membiarkan mobil itu lewat.
Tapi tanpa diduga, mobil itu malah berhenti tepat di dekatnya dan kacanya terbuka memperlihatkan sosok lelaki berkacamata di dalam sana.
"Pak, gimana sih? Kok bisa ada orang berdiri di tengah jalan dibiarin gitu aja?" tegur nya.
"Maaf pak, saya tadi gak lihat. Lain kali saya akan lebih waspada lagi pak," ucap satpam itu.
Si pemilik mobil menggeleng pelan dan melajukan mobilnya menuju tempat parkir, sedangkan si satpam kini menatap Sahira dengan kesal.
"Neng, jangan berdiri di tengah jalan dong! Lihat kan saya jadi ditegur sama pak bos!" ujar si satpam.
"Ma-maaf pak, saya tadi gak lihat kalau mau ada mobil lewat!" gugup Sahira.
"Emangnya kamu ngapain kesini? Ada keperluan apa?" tanya si satpam.
"Eee saya dipanggil buat interview, katanya harus datang jam delapan pagi," jawab Sahira.
"Oalah, yasudah kamu masuk aja! Motornya diparkir di tempat parkir khusus motor, di sebelah sana tuh!" ucap si satpam.
"Oh iya iya, makasih ya pak!" ucap Sahira.
"Sama-sama neng," ucap satpam itu.
Sahira pun pergi memarkir motornya sesuai arahan sang satpam dan lalu masuk ke lobi kantor yang terlihat mewah itu.
•
•
Kini gadis itu berada di dalam gedung kantor yang sangat megah dan luas, ia sampai terperangah melihat seisi ruangan di sekitarnya.
Lalu, seorang wanita datang menghampirinya dan bertanya mengenai keperluan Sahira datang ke kantor tersebut.
"Misi mbak," tegur wanita itu.
"Eh iya," Sahira terkejut dan reflek menoleh.
"Mbaknya ada keperluan apa ya?" tanya si wanita.
"Eee saya kesini mau interview, saya harus kemana ya?" ucap Sahira.
"Ohh, pasti mbak calon sekretaris baru yang dicari pak Alan ya?" ucap si wanita.
"Ah iya, betul mbak itu saya," jawab Sahira.
"Yasudah, mbaknya bisa langsung naik ke lantai enam. Disana ruangan pribadi pak Alan," ucap si wanita menunjuk ke lift.
Seketika Sahira merasa gugup melihat lift di depan sana yang cukup mengganggu pikirannya.
"Harus pake lift ya mbak? Gak ada tangga gitu?" tanya Sahira dengan tubuh gemetar.
"Untuk umum kebetulan tidak ada mbak, kecuali jika ada keperluan darurat, maka bisa menggunakan tangga darurat di sebelah sana," jawab wanita itu.
"Tapi, itu juga gak bisa sembarangan digunakan. Memangnya kenapa ya mbak?" sambungnya.
"Gapapa kok, yaudah terimakasih ya mbak! Kalo gitu saya mau ke atas dulu ketemu sama pak Alan," ucap Sahira pamit.
"Iya silahkan mbak, tapi pak Alan nya belum datang. Mungkin mbak bisa menunggu dulu di ruangannya," ucap wanita itu.
"Oh iya iya, permisi mbak!" Sahira pun melangkah mendekati lift dengan sedikit gugup.
Perlahan ia menekan tombol lift menunggu pintu terbuka sambil berharap-harap cemas.
•
•
Ting
Lift terbuka, seorang lelaki di sampingnya tadi langsung melangkah begitu saja memasuki lift tersebut.
Namun, Sahira hanya diam menatap pintu lift dan tak berani masuk ke dalam karena trauma masa kecil yang pernah ia alami.
"Hey! Kamu mau masuk atau disitu aja? Saya tekan nih tombolnya," tegur si pria.
"Eh iya, saya masuk kok," ucap Sahira.
Akhirnya gadis itu melangkah maju dan masuk ke dalam lift dengan perlahan-lahan, tingkahnya berhasil membuat pria di sebelahnya geleng-geleng heran.
Saat pintu tertutup dan lift itu mulai berjalan naik, Sahira sontak kaget lalu berteriak panik dan reflek memeluk pria di sampingnya dengan erat.
"Aaaaa aaaaaa..." teriak Sahira sambil menutupi telinganya.
"Ish, kamu apa-apaan sih? Lepasin saya gak? Jangan kurang ajar ya kamu!" ujar si pria berusaha melepaskan pelukan itu, tetapi gagal.
Sahira yang ketakutan sudah tak bisa berpikir jernih, ia mengeratkan pelukannya seolah tidak mau melepasnya.
"Lepasin saya! Kamu benar-benar keterlaluan!" ucap si pria makin emosi.
Tak lama, akhirnya pintu lift terbuka dan Sahira bisa merasa sedikit tenang karena tidak ada lagi goyangan dari lift.
"Kamu masih mau peluk saya kayak gini?" tanya si pria agak emosi.
Sahira sontak melepaskan tangannya dari tubuh pria tersebut dan menjauh.
"Maaf pak, saya gak sengaja!" ucap Sahira.
Pria itu menggeleng, lalu pergi meninggalkan Sahira begitu saja sembari mengusap bagian tubuhnya yang dipegang Sahira.
Sementara Sahira juga melangkah perlahan keluar dari lift tersebut, ia masih terus menetralkan nafasnya setelah kejadian tadi.
"Huh aku benar-benar gak nyangka semuanya bisa jadi kayak gini, malu banget sumpah!" ujar Sahira.
Ia bersandar sejenak pada dinding sambil mengusap dada dan memejamkan mata, trauma yang ia alami beberapa tahun lalu memang sangat sulit dihilangkan sampai sekarang.
"Ayo Sahira, you can do it!" ucapnya penuh yakin.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Fara Mitha
next
2023-05-19
1
Nidtya
Baguuus
2023-05-17
1
Radit peraseptia Radit
bagus sekali
2023-03-07
1