Permainan Manis Bos Yang Pendendam

Permainan Manis Bos Yang Pendendam

Kencan Buta

Suara bel pintu terdengar kencang membuat seorang wanita terburu-buru menuju pintu depan untuk membuka pintu. Wanita itu menyambut security apartemen yang sedang mengantarkan paket dress hitam yang dipesan dari desainer ternama di Jakarta.

Setelah dress hitam pesanannya itu berada di tangannya, dia bergegas memakainya. Dia juga menyelesaikan kegiatan merias wajahnya setelah tadi sempat tertunda. Sambil menyelesaikan dandanannya, dia membuka ponselnya dan membaca beberapa pesan dari kakaknya.

Bola matanya berputar malas saat membaca pesan masuk dari kakaknya. Pesan yang berisi mengingatkan bahwa dia tidak boleh terlambat untuk datang ke acara kencan buta. Dia menghela nafas pelan lalu menutup ponselnya tanpa lanjut membaca sisa pesan atau bahkan membalas pesan dari kakaknya itu.

Dia menatap pantulan dirinya di cermin setelah selesai dia menyelesaikan merias wajahnya. Dia memeriksa kembali penampilannya sebelum benar-benar siap untuk pergi ke acara kencan buta. Bibirnya yang merah menyala membentuk senyum puas. 

“Ini benar-benar sesuai dengan apa yang aku mau.” Ucapnya dengan puas.

Dia memperhatikan penampilannya yang memakai dress yang dia pesan seminggu lalu. Dress yang dia minta untuk didesain ulang sesuai keinginannya. Desain yang dimiliki dress ini sebelumnya panjang hingga melewati tumit, dia minta untuk bagian depannya dipotong sampai sebatas paha dan membuatnya terbuka memperlihatkan pahanya yang putih mulus dengan kaki jenjang yang ramping.

Lalu untuk bagian dadanya melengkung membentuk seperti bra dan dibuat lebih rendah lagi sampai memperlihatkan belahan dadanya lebih jelas. Ditambah bagian punggung dress itu dibuat lebih terbuka lebar seluas punggungnya. Intinya dress ini benar-benar menunjukkan lekuk tubuhnya dan memperlihatkan beberapa bagian tubuhnya dengan jelas.

Untuk sentuhan akhir, dia memakai liontin perak berbentuk bintang kecil dengan goresan nama ‘Estella’ pada bagian belakangnya. Wanita yang memiliki nama lengkap Sabrina Estella Davinian, yang akrab disapa Brina oleh orang-orang terdekatnya ini, memakai blazzer sebelum akhirnya siap untuk pergi kencan buta.

“Aku harap ini akan berhasil membuat pria itu ‘ilfeel’.” Ucap Brina yang terus memperhatikan dirinya sendiri lewat cermin. Dia benar-benar puas dengan penampilannya. “Aku harus berhasil membuat pria itu tidak menyukaiku dan menghancurkan kencan buta nanti.” 

Setelah benar-benar puas dan yakin akan penampilannya,  Brina lalu meninggalkan apartemennya untuk pergi menuju hotel tempat dimana kencan buta yang diatur kakaknya. 

Kebetulan juga hotel tersebut menjadi tempat dimana pesta perayaan ulang tahunnya diadakan. Semoga malam ini akan menjadi malam yang spesial untuknya. Brina tidak boleh gagal untuk menghancurkan kencan buta nanti dan itu akan menjadi hadiah terbaik di hari ulang tahunnya.

***

Pelayan hotel menyambutnya dengan ramah saat Brina tiba. Semua mata memandangnya takjub dan terpesona saat Brina berjalan dengan anggunnya menuju restoran. Sosok Brina memang begitu mempesona. Wajahnya yang cantik dengan tulang hidung yang tinggi, dan tulang pipi yang tinggi dan sedikit berisi. Bibirnya yang sedikit tebal bagian bawahnya dengan suara yang lembut bagi siapa pun yang mendengarnya. 

Tubuhnya tinggi semampai dengan kaki jenjangnya yang indah, membuat Brian terlihat seperti model. Siapapun yang melihatnya pasti akan mengira bahwa dia seorang model. Padahal tinggi badan Brina tidak masuk kriteria minimal untuk menjadi model. Namun tubuhnya memang benar-benar menakjubkan dengan beberapa tonjolan yang pas di beberapa tempat yang tepat juga, membuat pria manapun sulit melepaskan pandangan darinya.

Brina melenggang anggun, tak memedulikan tatapan beberapa pria yang menatapnya takjub. Itu sudah menjadi hal yang biasa bagi Brina. Yah, dia mengakui sendiri bahwa dirinya memang wanita yang mempesona.

Sesampainya di restoran, pelayan restoran segera menyambut kedatangannya dan segera mengarahkannya menuju meja yang sudah di pesan.

Meja terlihat kosong saat Brina sampai. Dia memeriksa waktu pada arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Janji temu yang sudah dijadwalkan kakaknya jam tujuh malam. Dia tiba tujuh menit lebih awal dari waktu janjian.

Brina melepas blazernya dan membuat punggungnya yang terbuka terpangpang jelas. Rambutnya yang bergelombang sengaja dia biarkan tergerai untuk menutupi sebagian punggung yang menjadi tontonan orang-orang. Dia lalu mengeluarkan ponselnya untuk dimainkan sambil dia menunggu pasangan kencan butanya datang.

Waktu berlalu terasa lambat. Brina merasa dia sudah menunggu terlalu lama untuk pasangan kencan butanya ini. Sudah lebih dari lima belas menit dari waktu yang dijanjikan namun pria itu belum muncul juga. Dia mulai menggerutu kesal dalam hatinya, memaki Salsa karena membuat dia harus melakukan kencan buta konyol yang sama sekali tidak diinginkan Brina.

Brina bisa saja menolak kencan buta yang diatur Salsa, tapi kakaknya itu selalu punya cara untuk mengancamnya dan membuat Brina terpaksa melakukan kencan buta. 

Waktu masih berlalu dan pria itu masih belum datang juga. Pelayan restoran bahkan sudah dua kali menanyakan pesanannya dan dua kali juga Brina harus menjawabnya dengan jawaban yang sama bahwa dia masih menunggu pasangan kencannya.

Brina menutup ponselnya dengan kesal. “Ini sudah lebih dari dua puluh menit dan dia belum datang juga! Seharusnya aku santai saja tadi!” Brina berdecak kesal dan menghabiskan air minumnya sampai habis. “Salsa! Ini untuk terakhir kalinya kamu mengatur perjodohan bodoh ini! Buang-buang waktuku saja!” Merasa kesal, akhirnya Brina beranjak dari kursinya, berniat untuk pergi, namun saat berbalik, dia berpapasan dengan seorang pria.

“Apa kamu Brina?” seru pria itu sambil meneliti penampilan Brina yang terbuka.

Mata Brina seketika berbinar. Dirinya bahkan tertegun dan terperangah oleh paras pria di hadapannya ini. Dia sangat tampan dan mempesona. Alisnya tebal dan rapi. Hidung mancung dengan tulang pipi yang tinggi. Garis rahangnya tajam membuat pria ini seperti memiliki figur wajah dewa-dewa Yunani yang dikenal tampan. Bibirnya tebal dengan sedikit jenggot tipis di sekitar dagunya. Pria ini begitu tinggi. Meski Brina sudah memakai sepatu heels, tingginya hanya sebatas dada pria ini saja.

Yang membuat Brina semakin terpesona adalah tatapan matanya yang tajam dan teduh. Brina seolah terhipnotis dan tenggelam oleh iris matanya yang coklat gelap. Namun di saat yang bersamaan, dia merasakan aura dingin dan tatapan yang sedikit mengintimidasi dari pria ini.

Kenapa Salsa tidak mengatakan apa pun mengenai pasangan kencannya? Pria ini benar-benar tampan. 

Brina mengerjapkan matanya dengan cepat. Berusaha membawa kesadarannya kembali. “Ehm.. iya. Saya Brina.”

“Maaf saya terlambat.” Ucap pria itu sambil melirik arloji di tangannya.

Pandangan Brina teralihkan dan ikut memperhatikan tangan pria itu. Kemejanya tergulung rapi hingga siku dan Brina dapat melihat dengan jelas otot-otot dan urat lengan pria itu yang menonjol kuat. Itu terlihat seksi. Pria ini jelas-jelas mempesona dan ‘panas’.

Brina menarik napas kuat dan kembali duduk di kursinya. Dia mengerjap-ngerjapkan kelopak matanya cepat, kembali menyadarkan dirinya. Dia tidak boleh terlalu terlena akan penampilan pria ini.

“Silakan duduk.” Ucap Brina.

Pria itu melangkah untuk mengambil tempat duduk di seberang meja di hadapan Brina. Tatapan pria itu tidak lepas dari Brina. “Saya baru saja kembali dari perjalanan bisnis. Ada beberapa kendala yang membuat saya datang terlambat. Saya minta maaf.”

Sialan. Pria ini terlalu mempesona. Dia bahkan meminta maaf padanya. Kalau begini jadinya, dia akan kesulitan melakukan rencananya. Pesona pria ini terlalu kuat. Dia takut akan menghancurkan rencananya.

“Begitu ya.” Ucap Brina pura-pura tak acuh.

Brina menegakkan posisinya seraya menghirup napas dalam-dalam. Dia mengeluarkan permen karet dari tasnya  dan memakannya perlahan. Dia mencoba memfokuskan diri untuk menjalankan rencananya. Dia harus membuat pria dihadapannya ini membencinya agak kencan buta ini berakhir cepat dan perjodohan tidak akan diteruskan.

Rencananya Brina akan bertingkah seperti wanita nakal. Meski itu semua tidak benar, setidaknya dia bisa membuat imejnya jelek di depan pria ini dan semoga saja imejnya tersebar buruk sehingga tidak akan ada lagi kencan buta untuknya lain kali.

Brina memulai aktingnya. Dia menarik bibirnya yang merah menyala hingga menampilkan senyum lebar yang menggoda. Kelopak matanya yang berat karena bulu mata palsunya yang tebal, menatap sayu pria di hadapannya. Dia benar-benar sengaja memakai make up yang tebal dan menor untuk membuat pasangan kencannya tidak menyukainya.

“Aku sudah lama menunggu mu. Kamu tahu, aku orang yang tidak sabaran.” Brina mencondongkan tubuhnya sedikit hingga belahan dadanya benar-benar terlihat oleh pria itu.

Dia memperhatikan raut wajah pria ini yang terlihat sedikit canggung meskipun pria ini tetap berhasil mempertahankan wajah datarnya. Brina tersenyum dalam diam. Dia berhasil membuat pria ini tidak nyaman karenanya.

“Saya sudah mengatakan alasannya tadi.” Sahut pria itu. Pria itu tetap bersikap tenang.

Brina mendengus kencang. “Padahal aku sangat mengharapkan kehadiranmu tapi sepertinya hanya aku yang tertarik dengan kencan buta ini.” Brina berlagak cemberut sambil memainkan rambutnya dan sesekali dia memainkan permen karetnya membentuk gelembung. “Kamu tahu, aku sudah lelah mengikuti banyak kencan buta. Setidaknya aku ingin ini terakhir kalinya dan aku cukup tertarik padamu.”

“Benarkah?” tanya pria itu.

 “Kamu tampan. Itu cukup bagiku.” 

Brina terus menatap ke depan, memperhatikan raut wajah pria itu. Namun dia sulit mengartikannya. Pria itu terus menampilkan wajah datar bahkan kini dia melihat pria itu menyeringai kecil. Brina merasa heran.

Lalu suara tawa terdengar keras. Brina sengaja tertawa kencang dan hal itu berhasil membuat pria itu kebingungan. “Apa ada yang lucu?" tanya pria itu bingung.

"Kamu itu tampan sekali. Bagaimana bisa orang setampan kamu ikut kencan buta? Seharusnya kamu bisa mendapatkan wanita cantik dengan mudah." Brina lalu berdiri dari duduknya dan mendekati pria itu. Dia berjalan dengan lambat, bertingkah seolah sedang menggodanya. Dia menunduk saat sudah di samping pria itu. "Wanita seperti apa yang kamu cari, Tuan Tampan?"

Bukannya merasa gugup atau bagaimana, pria itu malah mencondongkan tubuhnya ke depan hingga Brina tersentak dan melangkah mundur tanpa sadar. Wajah pria itu begitu dekat, hanya berjarak beberapa senti saja. Dia bahkan sampai menghirup aroma musk yang menguar dari tubuhnya. Brina merasa mabuk oleh aroma kuat pria ini.

Iris coklat pria itu menatap Brina tajam. Matanya menatap lekat-lekat wajah Brina dan berhenti saat menatap bibir Brina. Pria itu menyeringai lalu mendekat lagi, hingga jarak mereka semakin tipis. "Wanita yang kucari ada di sini." Brina mengerut bingung dan merasa malu di saat yang bersamaan. "Aku tahu tujuanmu bertingkah seperti ini."

Brina yang mendengar itu terkejut dan bingung, namun dia berusaha mengendalikan ekspresinya. Tidak mungkin pria ini bisa menebak rencananya. "Tujuan apa maksudmu? Aku hanya memenuhi undangan kencan buta yang diatur seseorang untukku." Brina bergerak ke samping, berbisik lembut pada telinga pria itu. "Aku juga sebenarnya sudah lama tidak merasakan kehangatan seorang pria. Kamu tahu maksudku, bukan?" ucap Brina dengan suara menggoda.

Senyum menyeringai pria itu semakin lebar. Brina tiba-tiba merasa tegang melihat seringaian pria itu. Entah apa yang dipikirkan pria itu. 

"Ayo kita habiskan sisa malam ini dengan sesuatu yang panas. Kamu tahu maksudku, bukan?"

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!