NostalGia

Malam datang menyambut Tere dengan suhu musim seminya yang hangat. Melelehkan salju yang telah lama menutupi kota. Tere hanya penasaran dengan ketidak-mungkinan sebuah kisah. Telah berlalu banyak kemungkinan yang ternyata memang tidak masuk akal. Itu hanya candaan kosong yang awalnya tampak berharga.

“Aku selalu terobsesi menjadi peran utama dalam setiap kisah seseorang. Termasuk siapapun yang hadir meski hanya sesaat berjumpa. Kamu ingin membuka kesempatan atau tidak, itu pilihan yang pernah ku buat untukmu”.

Tere kembali memandang malam yang terasa berbeda.

“Tidak mungkin. Kertas putih yang sudah terisi dengan pena memang tak bisa lagi dibersihkan selain hanya dirobek. Jika telah usang dan tak bermakna, paling juga sudah tak ingin dibaca. Sama sekali tidak mementingkan isi jika bukan soal hal yang pasti” tukas Tere mengomentari buku yang semalaman ia baca selama perjalanan.

Ia tak bisa tidur karena ruang waktu terasa cepat berlalu, rotasi bumi yang jauh dari ruang tempatnya juga hanya memainkan waktu kehidupannya sendiri.

Tere kini berada di negeri yang dulu pernah ia singgahi. Saat ini sudah hampir menjadi 10 tahun sejak pertukaran pelajar saat SMA. Tere memang tidak pernah berkunjung kembali dan tak pernah memiliki alasan untuk datang sebelum ini.

Sepertinya rencana takdir mulai mencoba mengambil perannya. Sungguh tak pernah ia duga sebelumnya bahwa keluarga yang pernah menjadi tuan rumahnya dulu mengundang Tere datang.

Cucu perempuan keluarga itu menikah.

Seorang wanita tersenyum lebar, dan baru saja senyuman itu memaksa senyuman lain dari ruang ilusi menyeruak masuk membongkar masa singkat yang pernah terjadi.

Tere tersenyum lebar, lalu melotot

"Seenaknya!!" tukas Tere dengan heran melihat wanita pirang yang sedang mengangkat tinggi papan nama dengan foto Tere.

"Ajang pencarian Jodoh" singkat wanita di hadapan Tere dengan serius.

"Foto 10 tahun yang lalu?! haha yang benar saja" ucap Tere mulai terkekeh..

"Kalau cocok dengan yang lalu, boleh juga" singkat wanita pirang itu.

"Syukurlah masih terdengar gila" singkat Tere.

"Gila karena cinta" singkat wanita itu.

Tere menggeleng.

Wanita itu terkekeh.

"Ngomong-ngomong.. Berapa lama kamu mengambil cuti?" ucap wanita pirang itu saat ia mulai menyalakan mesin mobilnya.

"Hanya bisa satu pekan" jawab Tere dengan lemas.

"Sangat sebentar untuk uang yang telah di keluarkan" tanggap wanita disisinya seraya tersenyum lebar.

"Terima kasih sudah membuatku menyesal datang" singkat Tere.

"Kamu tidak akan menyesal, karena aku juga mengundang Darryl untuk datang" singkat wanita itu dengan tenang.

"Lelucon!" tukas Tere spontan.

"Tidak" tanggap wanita itu.

"Biarlah. Lagipula aku yakin dia juga sudah lupa" ucap Tere.

"Memang. Pria lokal biasanya tidak terlalu suka membuka lagi drama cinta yang sudah berlalu. Percintaan saat remaja mana ada yang bisa dianggap serius?" ucap wanita itu dengan senyum lebarnya.

"Yah. Baguslah" tukas Tere seraya tersenyum getir.

"Lagipula dia juga masih tetap suka bermain-main dengan wanita. Aku mulai penasaran dengan karma yang akan terjadi padanya" timpal wanita itu lagi.

"Itu doa yang jahat, Cecile!" singkat Tere.

Cecile terkekeh.

"Bagaiamana hubunganmu dengan Revan?" tanya Cecile mengalihkan pembicaraan.

Tere tak banyak berucap hal yang menyenangkan. Namun jika ada yang menyebut nama "Revan", semua itu dengan sekejap memembuat sudut pandang harapan pelaubuhan hatinya berubah lagi menjadi abu-abu.

"Peluang besar untuk kembali pada Darrylku" singkat Cecile setelah terkekeh.

"Darrylmu atau Harryku?" singkat Tere sengaja mengalihkan topik menjadi hal yang lain

"Yang benar?! Kau mau menikahinya dan bergantian denganku?!" tanya Cecile spontan.

"Apa kau sehat? Ucapan gila" ucap Tere.

"Mau bertaruh kau akan tergila-gila?" tanya Cecile lagi.

Cecile terkekeh.

Setelah tiga puluh menit mengemudi dari bandara, akhirnya Tere sampai pada kenangan masa lalu. Tak pernah menyangka saat ini bisa terjadi lagi seperti sedang mengedipkan pandang mata saja.

Suasananya masih sama.

"Wah lihatlah siapa yang lebih dulu sampai" tukas Cecile seraya tersenyum lebar setelah melihat mobil yang terparkir di halaman depan rumahnya.

Maksudmu? tanggap Tere

"Darrylku" tukas Cecile tersenyum lebar.

"Kamu mengatakan padanya kalau aku datang hari ini?!" tukas Tere terkejut.

"Iya" tanggap Cecile.

"Kenapa?!" tukas Tere lagi.

"Sebagai pembalasan masa lalu untukmu dan Darryl. Si brengsek Darryl juga yang membuatku menikah dengan Harrymu" tukas Cecile serius.

"Dia itu memang licik dan dulu aku sangat bodoh." ucap Tere dengan serius.

Cecile sontak tertawa.

"Kamu juga masih bodoh. Contohnya urusanmu dengan Revan" tukas Cecile lagi.

"Kenapa jadi membahasnya?!" tukas Tere dengan spontan.

"Sudah lihat saja nanti. Ayo masuk" ucap Cecile seraya membuka sabuk pengaman yang sedang digunakannya.

Tere masuk dengan perasaan paling membingungkan dalam hidupnya. Seketika mengingat akhir dari masa lalu yang ternyata memang.. ah entahlah...

Darryl spontan melotot melihat wajah yang tak asing.

Tere melirik kearah Cecile yang tersenyum kecil. Ternyata Cecile telah membuat permainan kecil untuk Tere dan Darryl.

Kakek Cecile yang masih terlihat bugar menyambut Tere dengan senyuman yang hangat. Tere menoleh saat pria berambut coklat yang kini duduk disisi kakek mulai menoleh menyapa seenaknya.

"Apa kabar kekasih?" tanya Darryl spontan seraya tersenyum lebar.

"Jauh lebih baik setelah melupakanmu!" tukas Tere spontan.

Darryl terkekeh dan dia mulai berdiri. Tere mulai tidak habis fikir dengan ucapan santai Darryl yang tak memiliki beban.

"Kakek, sepertinya tujuan Cecile mengundangku sudah terpenuhi. Aku izin pulang" tukas Darryl seraya tersenyum lebar.

"Penuhi juga undanganku untuk besok!" tukas Cecile seraya tersenyum lebar.

"Memangnya ada apa?" ucap Darryl spontan.

Cecile tersenyum getir, seraya melirik sinis saat Darryl berniat melangkah pergi.

Ternyata, Bel rumah justru berbunyi sesaat sebelum Darryl keluar.

Tere menoleh.

"Halo sayang. Selamat datang" ucap Darryl dengan senyum memikat.

Waktu bahkan sudah berganti, namun sifatnya masih tetap sama. Lima gadis di hadapannya terdiam sesaat.

Cecile justru segera berlari menuju Darryl.

"Harusnya suamiku yang ini. Aku yakin jiwa mereka tertukar" tukas Cecile spontan seraya menyambut kelima tamu istimewanya.

"Masih ada kesempatan memutar haluan kan?" tukas salah satu dari mereka.

Darryl melirik kearah Cecile.

"Bukan dengannya, maksudnya salah satu dari kami sayaang" tukas salah satu, yang lain mulai tersenyum merona.

Darryl terkekeh.

"Tentu saja. Kita lihat bagaiamana caraku memilih salah satu dari kalian" singkat Darryl lagi menggoda.

Cecile menatap sebal dan Tere hanya mengerutkan dahi.

"Ayo para wanita, masuk! Jangan biarkan dua orang itu menghalangi kalian masuk ke rumah ini" tegas Kakek Cecile.

Kakek Cecile mulai memandang Tere seraya tersenyum seperti melihat dua anak nakal yang sedang berulah.

Malam ini, Cecile memang mengundang teman-temannya untuk datang sebelum acara pernikahan besok pagi. Tak sulit bagi Tere untuk cepat akrab dengan lima wanita yang baru datang. Setidaknya ada topik khusus yang mulai menarik untuk kembali dibicarakan.

"Kalian berlima sudah tahu banyak soal hubunganku. Bagaimana jika kita mendengar kisah sang pemain ulung seperti Darryl dengan mantan kekasih aslinya yang berasal dari negeri dongeng?!" tukas Cecile spontan.

"Tidak. Itu masa lalu terbodoh yang pernah ada" tanggap Tere spontan.

"Ayolah Tere!!!" tukas yang lain.

Tere menggeleng.

“Masa lalu bahkan sudah menuliskan untukmu Darryl yang hidup dalam ruang waktu yang sangat berbeda! Itulah yang dinamakan sebuah keajaiban!" tukas salah satu dari yang lain.

"Mantan kekasih seperti Darryl. Yah,. Aku bahkan mulai berharap bisa di lahirkan dari belahan bumi yang berbeda untuk memiliki kesempatan yang sama denganmu" tukas wanita yang lain.

"Jika bisa, akal sehatku akan ku abaikan jika semua soal Darryl. Aku akan memberikan segalanya selagi masih memiliki kesempatan" sambung gadis yang lain.

"Koreksi soal mantan kekasih. Saat bertemu lagi, aku justru baru ingat, kalau kami masih memiliki hubungan itu" tukas Tere seraya mengoleskan masker di wajahnya.

"Itu lebih tidak masuk akal!" tukas Cecile lagi.

"Itu benar. Suatu waktu ketika aku terbangun, tiba-tiba aku sadar bahwa saat itu kami merasa mulai bosan dengan balasan pesan yang semakin tidak jelas. Perbedaan ruang waktu adalah penyebab lupa. Percakapan berakhir dan tidak pernah berkomunikasi lagi. Jika kembali di pikirkan, ternyata hubungan seperti itu memang hanya untuk permainan anak-anak saja." tukas Tere lagi.

Tere terdiam dan tidak melanjutkan ucapan apapun. Tere memang tidak terlalu ingat detail kisah yang sudah usang itu.

"Setelah lama tidak bertemu, apa tadi kamu merasa terpesona dengannya??!" tukas Cecile lagi.

Ponsel Tere spontan berdering.

"Hmm. Ku akui ya.. Tentu" singkat Tere.

"sudah ku duga" singkat Cecile.

"Yap, sesuai dugaanku dia jauh lebih tampan dan masih super terampil memikat wanita, bahkan lebih profesionala. Aku mulai menyesali masa laluku" sambung Tere.

Cecile melotot lalu terkekeh.

Ponsel Tere berdering, Revan mengirimkan pesan akan menelpon.

"Ups." singkat Tere mulai berdiri dan berjalan keluar.

"Ku beri tahu ya, Tere itu mudah buta karena cinta. Ada pria lokal yang Intinya jangan coba-coba membandingkannya dengan Darrylku" tukas Cecile spontan.

Tere justru kembali membuka pintu kamar Cecile lagi.

"Yap. Itulah kenyataannya sekarang" tanggap Tere seraya tersenyum lebar.

"Sedangkan perbandingannya seperti berlian dengan batu di pinggir sungai. Kalian sudah tau bagaimana bersinarnya Darrylku itu" tukas Cecile terkekeh.

Tere menyipitkan kedua matanya. "Justru lihatlah mana yang lebih berguna" protes Tere.

"Batu pinggiran sungai ada banyak, sedangkan berlian..." celetuk Cecile lagi

"Bukankah dia bisa dimiliki semua orang sekarang? Apa esensi berlian dengan dirinya?" tanya Tere, mulai tersenyum lebar.

"Tau darimana dia bisa dimiliki sembarang orang?" celetuk Cecil, Tere mengerutkan keningnya.

Cecile justru terkekeh setelah Tere menutup pintu kamar Cecile dari luar. Tere menatap langit kamar dan mulai tersenyum lebar memikirkan sikap Cecile yang ternyata masih sama.

Cecile memang selalu seperti itu. Ia tak pernah sekalipun membiarkan siapapun mengalahkan Darrylnya dari setiap kompetisi hati.

Ponsel Tere berdering lagi dan Tere spontan terkekeh mendengar suara Revan yang merasa sepi. Tere menutup matanya seraya tersenyum sendirian. Semoga doa lekas terkabul serta memberinya peluang besar untuk bersama dengan pujaan hatinya setelah ini.

Hari yang terasa melelahkan memang tak sulit membuat kedua matanya cepat terlelap.

Terpopuler

Comments

Queen Bee✨️🪐👑

Queen Bee✨️🪐👑

kan dia mudah memikat wanitaa

2023-01-23

0

Queen Bee✨️🪐👑

Queen Bee✨️🪐👑

uuuuu to the point sekaliiii

2023-01-23

0

Queen Bee✨️🪐👑

Queen Bee✨️🪐👑

kenapa dengan revan :)

2023-01-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!