Seorang wanita tergesa gesa keluar dari sebuah ruangan, berlari kebingungan menghampiri beberapa wanita bergaun Dusty pink, yang tengah duduk berbincang, di koridor gedung.
"Semuanya maaf, saya rasa, Nona Kimberly menghilang." lapor nya.
Mendengar nya, seorang wanita menghentikan tawa, wajahnya tampak dingin. Wanita paru baya yang elegan itu mulai melepaskan diri dari beberapa wanita yang ada di sana lalu berjalan pelan menghampiri si wanita MUA.
Plaakkk...
Semua orang melihat tak percaya. Satu tamparan mendarat di pipi wanita MUA.
"Omong kosong!" hardik wanita yang bernama Violeta. Di tariknya tangan MUA tanpa menghiraukan beberapa wanita lain yang mulai bergunjing ria.
"Apa yang kau lakukan? Kau pikir ini lelucon?"
Violeta menyalakan ponsel dan menghubungi seseorang di sana. Wanita 54 tahun itu mulai meremas pelipis nya.
Tak lama, seorang pria bersetelan jas masuk.
"Anda memanggil saya, nyonya?"
"Hubungi anak buah mu, Petra. Kimberly menghilang."
Terkejut, Pria yang di sapa petra itu segera memberi perintah lewat Earpiece. "Tutup semua pintu. Pastikan kalian menemukan Nona Kimberly."
"Petra, suamiku tak boleh tahu hal ini sebelum kita pastikan keberadaan Kimberly. Terutama, pastikan putra ku tak tahu mengenai hal ini."
Petra mengangguk paham, menunduk hormat kemudian pamit keluar dari ruangan. Selesai dengan petra, Violeta kembali mendekati wanita MUA tadi. Diambilnya beberapa lembar uang seratusan, lalu menyerahkan nya kepada wanita MUA.
"Jangan sampai berita ini tersebar ke luar. Paham?"
Wanita MUA itu mengangguk setelah mengambil uang pemberian Violeta.
"Paham, Bu."
Calon pengantin wanita dari putra seorang CEO melarikan diri dari pelaminan. Jika, media mengeluarkan berita ini maka hancurlah reputasi yang di telah di bangun keluarga Kohler, pemilik perusahaan Meet me. Memikirkannya saja berhasil membuat Violetaa ketakutan setengah mati.
***
Para undangan mulai merasa curiga ketika melihat bagaimana para pria berjas hitam berlari menutupi semua gerbang pintu akses gedung.
Mereka mulai menebak-nebak apa yang sedang terjadi. Namun ternyata bukan hanya undangan, sang mempelai pria dengan mata keabuan nya juga ikut menyaksikan apa yang terjadi.
Roberth Mesac Kohler, sang calon mempelai pria dengan latar belakang putra sulung Clodio Alexander Kohler; CEO PT.Meet Me; seorang pria berdarah Jerman dan Violeta Vania, seorang wanita pribumi. Roberth sendiri juga direktur PT. Meet me.
Terlahir dengaan darah campuran membuat Roberth menjadi pria tampan yang banyak di kagumi wanita, walaupun sikapnya kadang datar dan kaku, bagi beberapa wanita hal itulah yang menjadi daya tarik seorang Roberth.
Meskipun begitu tak banyak yang tahu, Roberth adalah tipe pria yang baik, ia adalah tipe pria yang hanya mencintai satu wanita yaitu Kimberly Robeca.
Pertemuannya dengan Kimberly, seorang gadis cantik yang juga seorang blasteran inggris-Indonesia, di mulai saat mereka berusia 17 tahun. Kunjungan bisnis ke inggris antara Clodio, ayah Roberth dengan ayah Kimberly menghasilkan cinta diantara putra dan putri mereka.
Seiring waktu kedekatan itu membuahkan hasil, keduanya mulai dekat dan memutuskan untuk menjalin hubungan saat Kimberly memutuskan untuk ikut ibunya ke Indonesia untuk melanjutkan studi. Sejak saat itu keduanya mulai serius pada hubungan mereka. Dimulai dari Roberth yang ikut pindah ke Indonesia, hingga berkuliah di kampus yang sama dengan Kimberly yang kala itu mengambil jurusan modeling sementara Roberth mengambil kuliah bisnis sampai keputusan untuk menikah di usia mereka yang ke 28 tahun, membuat kehidupan seorang Roberth tampak sempurna, hingga akhirnya hal yang di takutinya terjadi.
Roberth mulai mengerutkan keningnya melihat apa yang terjadi. Entah mengapa tiba-tiba atmosfer disekitar mulai memanas. Tangan kanannya mulai memijat pelipis. Pikiran akan perbedaan pendapat dengan Kimberly beberapa hari lalu mulai menghantui.
Wanita yang Roberth cintai hampir 12 tahun itu sempat berdebat soal melanjutkan hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius. Yang mana Kimberly masih ingin melajang dan melanjutkan karir modelingnya, sementara Roberth ingin segera meresmikan hubungan mereka.
Merasa Frustasi, Roberth memutuskan melangkah keluar, dengan setelan tuksedo ia mulai menarik dasi melonggar, akibat sesak yang dirasakan. Tak lupa ia mengambil ponsel kemudian menutup pintu.
“Tuan muda Roberth.”
Roberth menoleh, Petra baru saja keluar dari Lift dan berjalan ke arahnya dengan wajah tegang. Perasaan Roberth mulai tidak enak. Dengan sedikit gugup Petra yang adalah sekretaris pribadi Roberth, mulai mengutarakan maksudnya.
“Nyonya Violeta melarang tapi, saya rasa anda harus tahu ini.”
Roberth meremas pelipisnya dengan mata terpejam. “Apakah Kimberly menghilang?” tebak Roberth tepat sasaran.
“Bagaimana anda tahu?” Pikir petra seseorang memeberitahu bosnya.
“Aku sudah menduga nya.” Balas Roberth.
Seperti dugaan ia tidak menyangka Kimberly benar-benar melakukan nya. Wanita itu sungguh lebih memilih karir di banding hubungan mereka.
“Ah… harusnya dia katakan saja!” gumam Roberth dengan suara rendah. Ia merasa bersalah karena sudah memaksakan kehendaknya tanpa peduli keputusan sang kekaasih.
Petra menatap Bos nya, sedikit tidak percaya, ia jelas tahu saat ini Roberth benar-benar marah, tapi bagaimana bisa reaksi pria yang di tinggal saat hari pernikahan malah se’kaku ini, walaupun memang kepribadian nya, tapi apakah Roberth tidak punya ekpsresi lain selain bersikap datar-datar saja?
“Jadi apa yang harus kita lakukan Tuan muda,”
Roberth tampak berpikir dengan mata terpejam, hingga matanya terbuka. “Batalkan saja.”
“What? No, Honey!”
Baik Roberth maupun petra sama-sama menoleh. Itu Violeta yang baru saja keluar dari lift.
Wanita cantik dengan tubuh proporsional yang agak lebih berisi dari biasanya , berjalan tergesa-gesa menghampiri putranya, kemudian menatap Petra yang saat ini berusaha menghindari kontak mata, seolah berkata, ‘Apa kata ku soal, jangan memberi tahu Roberth?’
“Apa yang kau lakukan di sini, mom?”
“Ayolah putraku, kau tidak bersungguh-sungguh soal ‘Membatalkan pernikahan kan?” cemas Violeta tak menghiraukan pertanyaan Roberth.
“Aku serius, Mom.” Tak ada sedikitpun keraguan. Roberth sudah memutuskan, dan keputusan itu mmbuat Violeta hampir jatuh pingsan.
“Kau tak memikirkan nasib keluarga kita, Roberth? Apa bagimu yang terpenting hanyalah Kimberly? Oh, yang benar saja!” ujar Violeta, membuang wajah nya tak habis pikir.
Mendengar komentar sang ibu, Roberth jadi ingin tertawa, sedikit gila pikirnya jika ia harus benar-benar berdiri di altar tanpa seorang pengantin wanita.
“Lalu apakah aku harus mencari seorang wanita dengan nama Kimberly kemudian berpura-pura bahagia dan membawanya ke altar? Yang benar saja!.” Sarkas nya tak percaya. Namun, seperti nya Violeta memang sungguh memikirkan ide itu.
“Kenapa tidak?Lagi pula hubungan mu dan Kimberly kan rahasia, tidak ada yang tahu seperti apa wajah Kim, mereka hanya tahu nama nya saja, Rob.” Jawaban Violeta spontan membuat Roberth maupun Petra tersedak.
“Are you kidding, mom?”
Mata Roberth membesar, kali ini ibunya memang sudah kelewat konyol. Bagaiman mungkin ia menikahi seorang wanita tanpa mengenal nya?
“Ya, mommy rasa kita harus mencobanya, Roberth.”
Kali ini suasana telah berubah. Tampaknya percakapan ini memang serius. Lagi-lagi Roberth melonggarkan dasi nya. Wajahnya kembali kaku dan serius, nafasnya pun tidak senormal saat ia mengetahui Kimberly menghilang.
“Berhenti membuat lelucon, mom! Petra, sebaiknya kau pergi dan batalkan pernikahan ini sebelum aku sendiri yang melakukan nya.”
Mendengar perintah bos nya, mau tak mau petra harus mengambil langkah pergi. Namun mendengar kalimat menakutkan itu, Violeta semakin menguras pikiran nya. Nasib perusahaan benar-bnar brada di ujung tanduk. Ia pikir harus membujuk Roberth agar mau menerima saran nya.
“Petra,wait.” Violeta menahan petra agar sekretaris putranya itu tidak melangkah ke mana pun. “Apa kau tak akan berubah pikiran?” sambung Violeta untuk Roberth.
“Pikirkan tentang nasib prusahaan, Roberth. Apa kau bahkan tidak memikirkan Daddy mu di jerman sana? Bagaimana jika ia tahu hal ini. Sakitnya akan semakin bertambah parah. Dan bagaiman dengan mommy mu ini? Pikirmu teman-teman mommy akan_”
“What about me, mom?” Tanya Roberth dengan sangsi. Terlihat edikit kekecewaan di mata keabuannya.
Violeta tampak berpikir. Ia harus mengeluarkan jurus andalan yang sering ia gunakan untuk embujuk sang putra.
“Dengarkan Mommy, Roberth. Masalah ini bukan lagi mengenai dirimu. Masalah ini mengenai kita. Pikirkan ini, jika pernikahan mu batal, pengaruhnya akan sangat besar untuk perusahan. Meskipun posisimu saat ini adalah seorang direktur, dan daddy sangat menyayangi mu melebihi putra istri pertama nya, tidak menutup kemungkinan daddy mu akan memberikan perusahan padanya. Dan jika itu terjadi, bagaimana nasib mommy nanti, semua orang akan menghina mommy seperti saat dudlu, apa kau bahkan tak memikirkan hal ini?“ tutur Violeta sudah biasa.
Memang Violeta adalah Istri kedua dari Clodio. Pria itu sebenarnya memiliki istri saat dirinya dan Violeta dekat hingga akhirnya menceraikan Helena istri pertamanya, dan menikahi Violeta. Semakin serakah, Violeta bahkan ingin mendapatkan semuanya termasuk perusahaan sang suami. Oleh sebab itu Violeta berusaha lebih unggul, dimulai dari menyekolahkan sang putra di sekolah Internasional, bahkan mendekati Ibu Kimberly dan sengaja menyuruh Roberth untuk menemani sang ayah saat kunjungan ke inggris agar Roberth dapat bertemu dengan Kimberly, salah satu aset berharga yang kini telah hilang.
“Kau tahu seperti apa Mommy dulu.” Ujar Violeta lagi mengiba.
Mendengar penuturan Violeta, Roberth mulai melunak. Kini ia sadar bahwa semua orang memang egois. Walaupun mencintai Kimberly dengan tulus, tidak dapat di pungkiri, Roberth pun menginginkan perusahaan untuk mewujudkan impian Violeta, sang ibu. Apalagi Roberth tahu betul apa yang dahulu di lalui Violeta saat harus menjaga dirinya yang berusia 7 tahun tanpa sang suami yang mana kala itu belum mau menceraikan istri pertamanya. Walau dengan sadar tahu apa yang di lakukan ibunya itu salah, Roberth masih ingin berdiri di sisi wanita itu dan mendukungnya.
“Baiklah.” Keputusan Roberth berhasil memunculkan binar di mata Violeta. Wanita itu menatap sang putra penuh harap.
“Jadi kau akan tetap melanjutkan pernikahan nya?”
Roberth merengut, bukan maksudnya untuk menyetujui permintaan sang ibu dengan menikahi wanita mana saja. Maksudnya adalah mencari solusi lain.
“Bukan itu maksud ku, mom. Renacana itu tak masuk akal. Siapa wanita gila yang akan menerima lamaran di hari pertama kami bertemu? Aku tak akan menikahi wanita gila, mom. Maksud ku kita harus mencari cara lain.”
Violeta tampak berpikir. Ia kira putranya ini cerdas, tak di sangka ia masih saja kolot. Tentu saja tidak akan ada wanita normal yang mau menikah hanya dalam rentang beberapa jam setelah pertemuan. Tapi bagi wanita gila, terutama wanita yang gila uang, bukan tidak mungkin.
“Tak ada cara lain, Roberth. Pernikahan ini harus tetap terjadi. Lagi pula orang-orang tidak akan percaya jika kita memberi alasan. Mereka sudah curiga, terutama karena wanita MUA tadi.”
“Tapi, mom bagaimana_”
“Berjanjilah satu hal, Roberth,” potong Violeta. Diangkatnya tangan sang putra kemudian ia letakan di atas kepala nya sendiri.
“Berjanjilah Kau akan melanjutkan pernikahan ini.”
Tampak ragu-ragu, Roberth masih belum bisa menyetujui keputusan konyol yang di buat sang ibu. Ia masih belum bisa membayangkan menikah dengan wanita selain Kimberly. Seumur hidupnya ia tak pernah terpikirkan akan kekonyolan ini.
“Berjanjilah padaku, Roberth!” tekan Violeta.
Wanita itu mulai kewalahan dan kelelahan. Namun tinggal sedikit lagi, dan ia harus meyakinkan Roberth seperti keahlian nya.
“Dengarkan! Pernikahan mu ini hanya akan berjalan selama setahun untuk menghindari kecurigaan. Setelah itu, kau bebas melakukan apa pun, bahkan kau bisa kembali mengejar Kimberly.”
Walaupun Kimberly lah penyebab semua kekacauan ini, Violeta masih tetap ingin agar suatu hari Roberth benar-benar menikahinya, lagi pula satu tahun bukanlah waktu yang lama.
“Tapi bagaimana dengan wanita yang akan ku nikahi ini?” Kira-kira pertanyaan ini juga yang saat ini terbesit di benak Petra yang dari tadi berdiri menyaksikan perdebatan konyol antara sang bos dan nyonya Violeta.
“Untuk wanita itu, serahkan saja pada Mommy. Mommy dan petra yang akan mengurusnya. Kau tinggal menyusun syarat-syarat, dan bertemu dengan nya.” Tutur Violeta jelas.
Tak ada pilihan lain, Roberth hanya bisa mengurut pelipisnya seraya mangut-mangut setuju. Lagi-lagi karena Violet lah ia melakukan hal ini.
Kemudian sekali lagi Violeta mengangkat tangan Roberth untuk bersumpah padanya.
“Baiklah aku berjanji.”
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments