Di Ujung Penantian
Nadira Putri Padma seorang gadis remaja yang terpakasa hidup dengan kehampaan, dia harus rela terpisah jauh dari kedua orang tuanya yang kini sedang mencari kesembuhan untuk penyakit langka sang mama. Meski semua keperluan Nadira selalu terpenuhi, namun kasih sayang yang nyata dari kedua orang tuanya yang selalu Nadira harapkan.
"Maaf sayang,papa dan mama tidak jadi pulang, kondisi mama tiba-tiba drop lagi." Ucap papanya melalui sambungan telphon di pagi hari. Sontak saja itu membuat Nadira kehilangan moodnya.
Sudah berkali-kali orang tuanya selalu menunda kepulangan mereka, kalimat itu sudah Nadira dengar berulang-ulang kali. dan seharusnya ia sudah terbiasa dengan itu, namun tetap saja ia selalu kecewa setiap mendengarnya.
Mamanya memiliki penyakit yang langka membuatnya hanya tertidur lama di atas kasur, bahakn penyakitnya ini sudah berdampak pada kehidupannya, sehingga semua otot-ototnya lemah karena jarangnya bergerak.
Dia sadar bahwa orang tuanya sedang dalam kesulitan, mereka pasti juga sedih harus meninggalkan anaknya seorang diri, mereka pasti khawatir, dan keputusan ini adalah yang terbaik untuk semuanya.
...****************...
Nadira hanya diam saja di dalam kelas saat bel tanda istirahat berbunyi, yang biasanya dia bersama sahabatnya yang bernama Kayla selalu bergegas menuju kantin, kini hanya Kayla seorang diri menuju kantin.
"Gue titip minuman ya kay." Ucap Nadira yang menidurkan kepalanya di atas meja, Sorot matanya terus memperhatikan ke arah luar jendela, melihat beberapa siswa sedang menghabiskan waktu istirahatnya dengan bermain basket.
"Oke!" Jawab Kayla bergegas berlari keluar kelas.
Kayla adalah sahabat satu-satunya yang Nadira miliki, ia adalah perempuan yang sangat energik, dalam kesehariannya dia selalu saja bisa membuat Nadira tertawa dengan tingkah konyol yang di buatnya. dan itu sangat berbading terbalik dengan Nadira, dia cenderung pendiam, karena sudah terbiasa menyendiri. Hidup jauh dari kedua orang tua membuat kehampaan di hatinya. Bahkan Nadira memaksa Kayla untuk tinggal di rumahnya, menemani dirinya mengisi rumah yang amat besar dan terasa kosong, paska kedua orang tua Nadira pergi.
Nadira memfokuskan pandangananya melihat bola basket yang terus saja beralih dari tangan satu, ke tangan lainnya, begitu sangat di inginkan untuk mencapai kemenangan yang membuat bersorak sorai bahagia. Ia ingin seperti bola basket itu, menjadi perempuan yang di inginkan, namun sayangnya tak pernah ada yang benar-benar menginginkan bahkan membutuhkannya. termasuk kedua orang tuanya.
Tak terasa Nadira beranjak dari tempat duduknya, kakinya melangkah membawanya sampai tepat di bangku pinggir lapangan, kemudian ia mendaratkan tubuhnya duduk di bangku tersebut untuk lebih jelas melihat para siswa yang sedang bermain memperebutkan bola basket tersebut.
"Nadira..." Ucapnya lirih saat melihat Nadira sedang duduk di pinggir lapangan. Entah sejak kapan Nadira berada di sana, Liam tidak menyadarinya.
Liam Alexander siswa kelas XII, yang terkenal Nakal dan hanya bermain-main saja dari pada fokus untuk belajar. Namun tak bisa dipungkiri prestasinya dalam bidang olah raga membuat harum nama sekolahnya.
Kini ia sedang bermain basket bersama teman-temannya, dia sedang berlatih untuk pertandingan terakhirnya sebelum dirinya lulus dari sekolah ini.
"Iam, bukannya itu Nadira?" Tanya Temannya yang juga teralihkan karena melihat Liam yang berdiri mematung.
Temannya sangat tahu bahwa sudah lama Liam menaruh hati untuk Nadira. Bahkan sejak awal Nadira masuk ke sekolah ini. Saat ospek sekolah di adakan.
Dari hari itu Liam selalu saja memperhatikan Nadira dari kejauhan, dia tidak memiliki keberanian untuk mendekati Nadira, dia justru selalu membuat Nadira melirik sinis kearahnya. Entah mengapa Liam selalu bertingkah menyebalkan setiap ada Nadira, alih-alih membuat Nadira kagum akan dirinya, Liam justru membuat Nadira kesal jika melihatnya. Mungkin itu cara Liam menarik perhatian Nadira, Namun caranya itu ia sadari salah.
"Iya, ayo main lagi." Teriak Laim melanjutkan permainannya.
Tak biasanya Nadira datang menonton permainan basket, dan itu membuat Liam cukup terkejut dan juga senang.
"Ternyata lu di sini Nad." Ucap Kayla yang sedari tadi mencari keberadaan Nadira karena hendak memberikan minuman titipannya.
Nadira menoleh dan mengambil minumannya dari tangan kayla. yang masih berdiri karena melihat permainan basket kakak kelasnya yang begitu seru.
"Nad, gue rasa Liam dari tadi liatin lu." Ucap Kayla berbisik.
Refleks Nadira menarik Kayla sampai terduduk, agar tidak terlihat bahwa mereka sedang membicarakan Liam.
"Udah Kay, cuekin aja." Jawab Nadira sedikit memalingkan wajahnya.
"Tu...tuh...Nad dia ngelirik lagi." Gemas Kayla, dengan menepuk nepuk bahu sahabatnya, agar melihat kearah yang sama dengannya.
"Apaan sih Kay, ayo lah balik kelas." Kesal Nadira yang kemudian beranjak dengan menarik tangan kayla untuk segera meninggalkan lapangan basket.
Nadira sangat kesal, karena dia selalu saja di kaitkan dengan Liam. Itu semua berawal saat ada salah seorang kakak kelasnya yang menegur dirinya karena mendengar gosip kedekatannya dengan Liam, itu terjadi saat awal ia masuk sekolah. bahkan ia di tuding lebih dulu mencari perhatian Liam. Mungkin kakak kelasnya cemburu karena kebetulan saat MOS dia lebih sering berinteraksi dengan Liam. Dari situlah ia selalu menghindari Liam dan tidak ingin di sangkut pautkan lagi.
Terlihat sorot mata Liam kecewa dengan kepergian Nadira, dia berharap Nadira akan lebih lama berada di pinggir lapang lebih lama lagi, meskipun bukan untuk memperhatikan permainanya.
Tepukan tepat di pundak liam, menyadarkan Liam yang sedari tadi hanya diam tak meneruskan permainanya.
"Gue istirahat dulu." Ucapn liam berjalan ke pinggir lapang, dan mengambil handuk serta minuman miliknya. Liam duduk tertunduk merasakan deru nafas setelah olahraga.
Ini bukan kali pertama Nadira bersikap acuh kepadanya, dia sudah terbiasa dan semakin itu terjadi semakin dalam rasa penasarannya kepada Nadira.
"Bro, kok ngelamun?" tegur Temannya yang mengikuti Liam untuk beristirahat.
"Lo pasti kepikaran Nadira. Come on bro, mau sampai kapan?, ini tahun terkahir kita disini." Lanjut temannya yang menyemangati Liam untuk melangkah lebih panjang demi mendaptkan pujaan hatinya.
Ini kesempatan Liam, ia sudah menunggu sejak satu tahun yang lalu, dan sebentar lagi dia akan meninggalkan sekolah ini. maka tidak ada waktu lagi untuknya jika tidak segera mengutarakan perasaan yang ia miliki untuk Nadira.
Sebenarnya tanpa sepengetahuan temannya ia pernah mengutarakan perasaannya kepada Nadira, Namun Nadira segera menolaknya tanpa alasan yang jelas. mungkin Nadira tidak meliha keseriusan dalam dirinya atau Karen sikap Nakalnya yang mungkin membuat Nadira tidak nyaman berada di dekatnya.
"Eemm... gue masih nunggu waktu yang pas." Jawab Liam nampak sangat ragu.
"Semoga waktu itu segera datang." Ucap Temannya yang kini beranjak dan kembali melanjutkan permainan.
Liam mencerna kembali apa yang baru saja temannya ucapkan. Semua itu ada benarnya, jika tidak sekarang maka dia tidak memiliki kesempatan lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments