12. Perhatian Darma

Kata orang-orang, anak perempuan pertama itu harus mandiri, bahunya harus sekuat baja, tangannya harus sekuat laki-laki agar bisa membanggakan keluarga, hatinya harus setegar karang, dan matanya tidak boleh menampakkan kesedihan.

Dan semua itu begitu melekat pada diri Hani. Walau hatinya berulang kali disakiti suaminya, ia masih tetap kuat dalam melangkah. Dua hari kemarin sudah cukup bagi Hani untuk memulihkan hati dan tenaganya. Ia akan kembali masuk kerja. Walaupun ditambah dengan kondisi perutnya yang semakin besar dan berat tidak menyurutkan langkah Hani. Sudah tiga hari, suaminya Alfian masih belum menampakkan batang hidungnya. Hani tak tahu bahwa ternyata ada seseorang yang telah menghalangi dan mengancam suaminya itu agar tak kembali kerumahnya.

"Kak, selama Darma cuti kak Hani Darma yang antar jemput ya." Ucap Darma saat mereka sarapan pagi bersama di meja makan.

"Iya Han, biar Adikmu saja yang antar jemput." Sahut Buk Mala dan diikuti anggukan oleh Pak Martias yang sedang mengunyah sarapannya.

"Tapi dek."

"Tapi apa kak? Kakak jangan khawatir, Darma sudah punya SIM sekarang jadi aman bawa mobil ke Ibukota." Ucap Darma meyakinkan Hani sambil mengacungkan jempolnya. Ia seolah tahu kekhawatiran kakaknya. Sebelum Darma menjalankan pendidikan Bintara kepolisian, ia memang sudah pandai mengendarai mobil namun belum berani bawa jauh dari rumah, karena belum bisa mengurus SIM saat itu efek belum cukup umur.

"Ooh ya, sejak kapan kamu mengurusnya?" Tanya Hani penasaran.

"Kemarin dong kak.."

"Wah, kamu tu luar biasa dek, walau sudah jadi polisi namun tetap taat dan patuh pada aturan. Karena kakak sering dengar banyak yang menyalahartikan kekuasaan, mentang mentang udah jadi anggota polisi aturan di jalanan udah seperti bukan sebuah aturan yang harus dipatuhi lagi, termasuk itu tu banyak yang tidak memiliki SIM bahkan istri anggota, atau sanak keluarganya seperti mendapatkan perlindungan dari jabatan tersebut walau mereka tak menaati aturan saat berkendara."

"Iya harus kakak... Taat dan patuh pada aturan berlaku buat siapa saja. Agar terciptanya kedamaian kita bersama hingga terhindar dari saling hujat."

"Betul nak, Menjadi polisi bukan berarti terbebas dari Hukum yang berlaku. Malah merekalah yang seharusnya memberikan contoh teladan pertama yang bisa ditiru oleh Masyarakat dalam menaati aturan." Sela Pak Martias yang telah selesai menghabiskan sarapannya, lalu mengelap mulutnya dengan tisu.

"Ok lah dek, kakak ambil tas dulu dikamar, habis itu kita langsung berangkat." Ucap Hani bangkit dari tempat duduknya. Darma pun mengikuti. Ia mengambil kunci mobil merek sejuta umat itu ditempat gantungan kunci. Surat-surat mobil pun sudah dikantongi Darma semenjak kemarin. Mobil itu memang jarang terpakai, mengingat Pak Martias dan Buk Mala lebih sering berangkat kerja dengan mengendarai motor sendiri-sendiri.

***

"Bisakah kamu menjaga anak perempuan saya, seperti saya menjaganya dari janin, sebelum secantik sekarang saat kamu pandang."

"Jangan menyakitinya, camkan itu... Saya tidak akan pernah rela sedikitpun jika seseorang menyakitinya. Termasuk kamu nanti telah menjadi suaminya ataupun keluarga mu."

Kata-kata itu kembali terngiang di benak Alfian. Kata-kata yang diamanatkan oleh Pak Martias padanya sebelum ia menikahi Hani.

"Brengsek si tua itu, selalu saja menghalangiku agar bisa bertemu Hani. Mana uangku sudah tak bersisa lagi. Aaaah aku pusing... Si Ibu pun selalu cerewet meminta uang. Aaarghhh." Alfian menjambak rambutnya sendiri berharap sakit kepala yang dirasakannya berkurang. Alfian tak berani pulang ke rumah ibunya. Karena di sana nanti hanya makian dari Ibunya yang akan ia dapat. Sampai sekarang Ibunya belum tahu kalau Alfian sudah tidak tinggal di rumah Hani lagi.

"Al, aku heran deh sama kamu. Kurang apa coba si Hani, udah cantik, baik hati, mandiri, punya penghasilan tetap lagi. Yang pastinya ia ikhlas menerima kamu yang masih belum jelas ini." Ucap Dito sahabat satu-satunya Alfian, yang mau menerima Alfian numpang hidup di kosannya semenjak satu hari yang lalu. Dito seorang anak yatim piatu. Semenjak kuliah, ia sudah terbiasa hidup sendiri di rumah kosan, sampai sekarang ia sudah mendapatkan pekerjaan disebuah perusahaan di Ibukota tak jauh dari kosan nya sekarang. Diusia sekolahnya dulu Dito ditampung di sebuah Panti Asuhan bernuansa pondok pesantren, sehingga ilmu agama sudah melekat kuat dalam diri Dito.

"Apaan sih kamu, bilang aku tak jelas segala, jelas-jelas aku ganteng begini."

"Gimana nggak jelas coba, ganteng sih ganteng... Tapi kau mengaku sebagai seorang muslim namun kewajibanmu sebagai seorang muslim saja tak kau jalankan, bagaimana kau bisa mengerti menjalankan kewajiban sebagai suami."

"Udah deh, jangan berlaku sok jadi ustadz deh. Ah ya aku lupa kau kan lama tinggal di Panti yang aturannya udah seperti pondok pesantren itu."

"Alfian, Alfian... Semoga hidayah menghampiri dirimu kawan. Aku kok jadi kasihan ya sama Hani. Mana ia lagi hamil besar. Jangan-jangan anak kau kembar Al, beruntungnya engkau Al..."

"Beruntung dari mana To, To... Setelah melahirkan nanti tubuh Hani pasti tak bisa balik seperti semula lagi. Ngerusak mata aja."

"Astaghfirullah Al... kalau kau bukan sahabatku udah aku tonjok mukamu itu, biar kau sadar. Dah aku berangkat kerja dulu." Ucap Dito menahan geram pada sahabatnya itu.

"Pergi sana... jangan lupa pintunya ditutup.." Ucap Alfian yang hari ini malas untuk berangkat kerja. Ia berencana pergi menemui Hani ke Rumah Sakit tempat Hani bekerja. Usaha-usaha sebelumnya gagal disaat Alfian ingin menginjakkan kakinya di rumah Pak Martias. Pak Martias sudah terlebih dahulu menghalanginya dan mengancamnya. Pak Martias menyewa seorang pemuda kampung untuk mengintai kedatangan Alfian. Sebelum Pak Martias sampai, Alfian sudah dicegat dulu oleh pemuda kampung yang terkenal dengan orang terkuat di kampung tempat tinggal Hani tersebut.

"Hani sayang... Aku kangen kamu nih... kangen pijitanmu... kangen pelayananmu... Jangan tolak aku ya.." Gumam Alfian sambil tersenyum membayangkan masa-masa ia bersama Hani. Gejolak syahwatnya sudah tak mampu lagi ia bendung. Ia sangat berharap bisa bertemu istrinya hari ini juga.

"Rencana aku harus berhasil kali ini, Kekuasaan Pak Martias tak akan sampai ke Ibukota ini." Ucap Alfian sambil tersenyum sinis.

***

"Makasih lo dek, udah mau capek-capek antar kakak kerja.." Ucap Hani setelah sampai di depan Rumah Sakit.

"Iya kakak, buat kakak apapun akan aku lakukan."

"Kamu hati-hati ya dijalan, jangan ngebut."

"Siap." Ucap Darma seraya memberi hormat seperti kebiasaan ia dilatih menjadi polisi.

Hani tersenyum manis ke arah adiknya, lalu ia turun dari mobil.

"Kak bentar, aku mau nyapa calon keponakan ku dulu." Ujar Darma menarik lembut tangan kakaknya, agar jangan turun dulu dari mobil. Hani mengangguk dan membiarkan Darma mengelus perutnya.

"Baik-baik ya didalam, jangan buat susah ibundanya.." Ucap Darma lembut.

Hani merasakan haru atas perlakuan lembut adiknya itu. Tanpa permisi air mata mengalir dari sudut matanya lalu jatuh menetes ke tangan Darma.

"Kak, kakak nangis..?" Ucap Darma yang kaget merasakan tetesan air yang mengenai tangannya. Ia memegang lengan kakaknya, memberikan kekuatan.

"Nggak dek, nggak apa.. kakak hanya terharu saja, seharusnya bang Alfian yang..." Ucap Hani tertahan dengan nada sedikit gemetar.

"Kakak yang tabah ya... Darma akan lakukan apa saja untuk melindungi kakak." Darma mengelus kepala kakaknya tanda ia sangat menyayangi kakaknya itu. Ia akan melindungi kakaknya sampai kapanpun selagi ia mampu.

Hani mengangguk lalu turun dari mobil setelah memastikan air matanya tidak mengalir lagi.

Darma tak langsung pergi, ia memantau kakaknya terlebih dahulu sampai kakaknya masuk ke dalam Rumah Sakit, Darma memang tak berencana pulang, ia akan menunggu kakaknya sampai tiba waktunya pulang, begitu Papanya mengamanahkan padanya untuk menjaga kakaknya. Tiba-tiba Darma menangkap sosok laki-laki yang ia sangat ia kenal mengikuti langkah kakaknya dari belakang.

"Untuk mu yang tengah bersabar, Allah tahu kamu mampu, tetaplah kuat menghadapi segalanya." (Tausiyah Cinta)

Terpopuler

Comments

Merry Dara santika

Merry Dara santika

Aamiin yarobbal Aallamiin

2023-05-26

0

Krystal Zu

Krystal Zu

emosi ih, Alfian modal ganteng aja bangga

2023-02-06

2

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 51 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!