...... ......

Setelah panjang waktu yang tersita sia-sia dalam wilayah belantara tak berpenghuni yang begitu suram akan kehidupan sarat akan bahaya, Lanmei berjalan mencari arah pulang. Rasanya, tak sabar mencakar selir serta anak kesayangan mereka. Dalam dunia nya orang yang selalu di hormati serta di sanjung harus berakhir pada tubuh lemah lagi terinjak. Seakan berdenyut nyeri dengan hinaan atau perlakuan buruk yang di lakukan secara sembunyi ini. Di sini Lanmei mendapatkan perlakuan kasar secara terang-terangan. Namun tetap saja Lanmei merasa iba lagi prihatin dengan kehidupan Yong Lanmei yang di tindas tanpa rasa kemanusiaan. Fitnah menjadi peran utama dalam persaingan. Objek lemah di tindas peran pendamping. Fitrah nya kehidupan. Sungguh miris memang miris. Mengesampingkan rasa sakit hati serta fisik, Lanmei melangkah hingga di perbatasan menuju kota. Dengan mengandalkan sedikit ingatan Yong Lanmei, ia berusaha mencari jalan pulang. Lanmei seakan merasa lupa arah tujuan padahal kenyataannya ia asing, sangat-sangat asing dengan tempat ini.

Lama sekali ia mencari alamat kediaman Yong Lanmei hingga kaki rasanya tepar seakan uratnya hampir putus. Lelah, penat itu semua dirasakan nya kini. Tak sengaja Lanmei melihat kereta kuda lewat di mana gerbong nya ada pertanda khusus kediaman tertentu. " Ini dia kereta kediaman Yong" monolog nya dalam hati.

Lanmei " help me, please. ( bahasa gado-gado nya kumat) "

kusir " hei nona, menyingkirlah dari jalan kami "

Lanmei " apakah tidak kenal aku. seorang putri yang cantik jelita lagi baik hati ini "

kusir " anda terlalu percaya diri nona, saya tidak mengenal anda ( nada mencibir ) "

Lanmei " sialan padahal menarik gini di bilang memuji diri sendiri setinggi langit. hati sakit bang dengernya ( mulai menangis buaya)"

Yong Shu " Yoo siapa ini, dekil, Kumal, dan tunggu rasanya familiar "

Lanmei " wah sungguh terhura eh terharu bertemu Mak codet disini "

Yong Shu" a-aappaakah kamu Yong Lanmei. tapi kenapa berubah seperti gelandang. memalukan "

Lanmei " sungguh bijak ternyata "

Yong Shu " apa maksudmu ??" menahan geram yang mulai berkobar siap kapan saja meledak amarah

Lanmei " sungguh ironi Yong Shu yang terkenal anggun bahkan kini menunjukkan taring nya dasar muka dua, muka tembok !"

Yong Yan " kenapa berhenti. "

Lanmei " yoo, pahlawan di medan perang yang gagah berani lagi adil tapi nyatanya buruk dalam menjalankan tugas sebagai kepala keluarga"

Yong Yan " siapa kamu? tunggu Yong Lanmei. Pulang. Cepat naik !!! " muncul sudah tanduk nya siap menerkam serta mengoyak mangsanya.

Tidak hanya para pelayan ketakutan, namun warga sekitar yang tidak sengaja menyaksikan pertunjukan keluarga yang dimana dapat dikatakan aib. Ketakutan jelas terlihat dari sorot mata mereka, namun diam-diam mulai berghibah ria. Berbisik-bisik tetangga menyebar rumor yang tak enak di dengar. Yong Yan yang mengetahui watak mereka merasa geram bukan main, alang kepalang tanggung rasanya ingin menenggelamkan Yong Lanmei ke dasar samudra agar tak berbicara sembarangan lagi.

Lanmei yang mengerti akan tabiat Yong Yan yang menjunjung tinggi reputasi tersenyum licik. seringai nya bahkan lebih menakutkan daripada rubah. Ku hancurkan perlahan saja daripada harus tergesa-gesa rasanya tidak asik. Bermain sebentar rasanya tidak masalah.

Yong Yan sepanjang perjalanan memasang wajah dingin lagi datar di tambah muram. Tidak di sangka pulang dari perjalanannya dari kuil malah mendapati kejutan yang membuat jedag jedug jeder rasanya mendongkol abis perasaan nya.