Kevin diam tak menjawab pertanyaan Carlos. Dia melangkah pergi, membiarkan Carlos terdiam dengan keningnya yang berkerut.
Ketika mulut Carlos hendak berbicara pada Kevin, pemuda tampan itu berhenti dan menoleh. Sorot matanya nampak tajam sambil bergerak aneh pada Carlos. Entah apa arti gerakan mata itu, namun Carlos langsung mengangguk cepat.
Setengah bergetar tangan Carlos merogoh saku celana. Mengambil kunci mobil, lantas melemparnya pada Kevin sebelum pemuda itu berlalu pergi dengan sorot matanya yang masih setajam pisau.
'Sebenarnya apa yang sudah terjadi? Hari ini Tuan Muda terlihat sangat menakutkan,' batin Carlos.
Dengan kecepatan tinggi Kevin melajukan mobil sedan itu menerobos gelapnya malam yang sunyi. Setengah jam, mobil sedan hitam itu berhenti di tepi jalan depan gedung bertuliskan kantor polisi. Kevin membuka pintu mobil, lantas kembali menutupnya dengan kasar usai dirinya keluar.
Selama sepasang kaki itu berjalan pelan. Tak henti-hentinya sorot mata tajam itu menyapu semua yang ada di dalam ruangan. Para anggota kepolisian yang menyadari tatapan tajam Kevin diam tak bergeming. Tangan dan kedua mata mereka lebih fokus pada layar komputer dan setumpuk kertas tebal di atas meja.
Kevin terus berjalan hingga berhenti tepat depan jeruji besi. Bola matanya bergerak ke kanan dan kiri menyapu bersih siapa yang berada dalam balik jeruji besi. Namun tak berselang lama, kedua matanya menyipit.
"Di mana dia? Sial! Apa dugaanku benar terjadi?" gumam Kevin.
Pemuda itu berjalan menemui salah satu anggota kepolisian. Kini sorot mata tajam itu sedikit melunak di depan anggota kepolisian.
"Pak, saya ingin bertanya. Di mana tahanan bernama Guren? Apa dia dipindahkan?" tanya Kevin.
"Dia sudah bebas," kata Pak Polisi singkat, lantas kembali fokus pada layar komputer di depannya.
'Dugaanku benar terjadi. Sialan dia itu!'
Setengah berlari Kevin menuju pintu mobilnya, lantas kembali melajukannya dengan kecepatan tinggi menembus gelapnya malam dan hawa dingin yang menusuk pori-pori kulit.
Setengah jam berlalu, dan kini mobil sedan hitam itu terparkir di tepi jalan depan gedung bertingkat tinggi. Dia masuk ke dalam gedung, berjalan tanpa henti memasuki pintu lift.
Alicia tersentak bangun kala Kevin tiba-tiba saja datang dan langsung menutup pintu dengan sedikit kasar. Alicia sedikit menelan ludahnya kala sorot mata Kevin yang tajam menusuk, hingga membuat detak jantung tak beraturan.
"Ada apa, Kevin? Kamu baik-baik saja?" tanya Alicia sedikit ragu.
Kevin menghela nafas pelan. Seulas senyum manis yang menghangatkan terukir di bibir Kevin kala pemuda itu berjalan pelan dan duduk di samping Alicia.
"Apa aku mengganggu tidurmu?" Kevin mengelus pelan kepala Alicia, membuat gadis itu salah tingkah dengan rona pipinya yang mulai memerah.
"Ti-dak! Aku justru senang kamu datang. Aku pikir kamu akan pulang dan meninggalkan aku di sini malam ini," kata Alicia sambil memegang punggung tangan kanan Kevin.
Dengan wajahnya yang masih merah merona, Alicia mendekatkan wajahnya pada Kevin. Bola matanya menatap lekat-lekat pada pemuda di hadapannya.
"Kevin, bisakah kamu memberiku kesempatan untuk membuatmu menyukaiku?" tanya Alicia setengah berbisik.
Aroma parfum yang begitu wangi memekakkan hidung langsung muncul kala Alicia mendekatkan bibirnya pada telinga Kevin.
"Aku ingin membuatmu senang."
Sontak Kevin langsung beranjak berdiri dengan wajah datar. Alicia beranjak berdiri sambil menyibak kasar selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Kini terlihat dengan jelas penampilan Alicia yang hanya mengenakan baju tidur sepanjang paha, dan cukup ketat, menunjukkan lekuk tubuhnya yang indah.
"Aku tahu kamu pasti akan menyukaiku, Kevin." Alicia mendekatkan tubuhnya pada dada bidang Kevin, wajahnya masih merah merona.
"Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Kevin dengan wajah datar. Namun kedua bola matanya nampak bergerak menatap setiap lekuk tubuh indah Alicia.
"Kamu bisa menikmati tubuhku. Aku akan sangat senang jika kamu menerima tubuh ini," kata Alicia sambil meraih tangan kanan Kevin. Mendekatkan tangan itu pada kedua dada menonjol Alicia.
Seulas senyum seringai tersungging di bibir Kevin kala Alicia yang mulai menatap genit padanya. Kevin meraih pinggang Alicia, menarik tubuhnya ke depan dada bidangnya, membuat Alicia semakin salah tingkah.
"Benarkah? Kamu mau melakukannya denganku?" tanya Kevin masih dengan senyum seringainya. Alicia langsung mengangguk cepat.
"Tapi maaf saja, Alicia." Kevin dengan kasar mendorong tubuh Alicia hingga membuat tubuh gadis itu tersungkur ke lantai beralaskan karpet merah maroon.
"Aku membawamu ke sini karena aku punya tujuan lain. Dan itu bukan tentang apa yang selama ini kamu bayangkan."
Alicia tersentak, dia memegang dadanya yang terasa berdetak cepat tak beraturan. "Apa yang kamu bicarakan, Kevin?"
Seulas senyum seringai yang melebar tersungging di bibir Kevin kala raut wajah Alicia yang nampak panik. Kedua tangannya bergetar, jantungnya seakan berdetak sangat cepat.
Kevin merogoh saku jaketnya, lantas meraih sebuah pistol. Pistol yang kini berada di genggaman tangan Kevin ia angkat tepat depan wajah Alicia.
"Kevin, apa yang akan kamu lakukan padaku? Apa salahku padamu?" Alicia mulai terisak, bulir-bulir air bening keluar dari sudut netranya.
"Jika aku melakukan ini jangan salahkan aku, Alicia. Salahkan ayahmu yang tidak memiliki perasaan itu," kata Kevin setengah berteriak.
Kevin beranjak berdiri, lantas berdiri memunggungi Alicia. "Apa kamu tahu, Alicia. Guren, bukan saja hanya ayahmu. Tapi juga ayahku!"
Kembali Alicia tersentak kala ucapan yang tidak seharusnya ia dengar keluar dari mulut Kevin. Alicia beranjak berdiri, lantas berjalan gontai mendekati Kevin. Memeluk tubuhnya dari belakang.
"Tolong, Kevin. Aku sangat mencintaimu. Tidak peduli apakah kita suadara atau bukan. Tapi aku hanya akan mencintaimu!"
"Kamu sama seperti ayahmu, Alicia." Kevin berbalik badan, kini tubuh Alicia berada di depan dada bidang Kevin. "Kamu egois!"
Kembali tangan itu mendorong tubuh Alicia dengan kasar, hingga membuat gadis itu terjatuh ke atas ranjang. Seulas senyum seringai tersungging di bibir Kevin.
"Maaf, Alicia. Tapi aku bukanlah manusia yang memiliki perasaan. Sepertinya perlahan aku akan mengikuti jejak ayahku," kata Kevin.
Tangan yang memegang pistol ia angkat tepat di depan Alicia. Alicia beranjak bangun, hendak mendekati Kevin. Namun dengan cepat Kevin menarik pelatuk, melontarkan satu butir peluru bersama dengan percikan api yang keluar dari ujung pistol tepat mengenai kepala Alicia.
Cairan merah kental langsung memuncrat ke mana-mana bersamaan dengan tubuh Alicia yang ambruk ke atas ranjang. Seulas senyum seringai tersungging di bibir Kevin, lantas dia mengusap bersih badan pistol, lantas meletakkan pistol itu di genggaman tangan Alicia.
Tak berselang lama, sirine hotel mulai berbunyi. Sekitar tiga petugas keamanan masuk ke kamar hotel Kevin dengan menggunakan kunci cadangan.
"Tuan, apa yang sudah terjadi di sini?" tanya salah satu petugas keamanan kala dia memasuki kamar.
Ketiga petugas keamanan tersentak kala mendapati Kevin yang terduduk di sudut ruangan sambil memeluk kedua lututnya, wajahnya nampak pucat pasi dengan bulir-bulir air bening yang terus membasahi pipinya.
"Pak, tolong pacar saya Pak!" seru Kevin sambil setengah berlari mendekat petugas keamanan hotel.
"Apa yang baru saja terjadi?"
"Pak, pacar saya melakukan bunuh diri di depan saya! Dia menembak kepalanya sendiri Pak!" seru Kevin disela nafasnya yang nampak tersengal.
"Panggil Polisi!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments