Bab 15

"Entahlah Tuan. Mungkin ibunya sudah meninggal. Karena aku pernah mendengar dia cerita jika orang yang sangat dia sayangi pergi meninggalkannya," kata Kevin. Kini bola matanya nampak kosong menatap Guren.

"Apa kamu bisa membawaku untuk menemuinya? Aku sangat ingin menemuinya. Aku akan merawatnya dan memberikan kasih sayang layaknya seorang Ayah!" kata Guren sambil menyeka air mata di sudut netra.

"Sudah terlambat Tuan," kata Kevin dengan senyum seringainya.

"Terlambat?" Guren tersentak. Kembali tangan keriputnya menyentuh dada bidang itu yang merasakan detak jantung tak beraturan.

"Ada orang baik yang mau mengadopsinya. Mungkin sebelum mereka mengadopsinya. Dia benar-benar sendirian," kata Kevin sambil membuang muka. Tanpa diinginkan tiba-tiba saja bola mata itu sedikit bergetar. Kevin menghela nafas berat, lantas kembali menoleh.

"Siapa orang baik yang sudah mengadopsinya? Biarkan aku bertemu dengan mereka!"

Kevin menghela nafas pelan, lantas matanya nampak tajam menatap Guren. "Lebih baik Anda lupakan dia. Dia sepertinya sudah tidak membutuhkan Anda lagi.

Lagipula saya datang ke sini bukan untuk membuat Anda kembali pada putra Anda. Tapi saya hanya ingin Anda tahu tentang putra yang sudah Anda tinggalkan."

"Dan aku sebagai orang yang paling dekat dengannya hanya ingin membantunya," kata Kevin lagi.

"Aku mohon! Bantu aku untuk menemuinya! Aku ingin menemui putraku Kevin kembali!" seru Guren sambil terisak.

"Sudahlah Tuan. Saya tahu air mata Anda hanya air mata buaya," kata Kevin sambil melipat kedua tangannya di depan dada bidang itu.

Kevin berbalik badan, membiarkan Guren yang mish terisak. Sebelum kaki itu melangkah pergi, Kevin sedikit melirik arah Guren.

"Kevin sudah tidak membutuhkan Anda lagi. Dan dia ingin melupakan dunia masa lalunya yang sangat gelap.

Bahkan dia juga akan melupakan orang-orang yang dulu dianggapnya sebagai orang-orang tersayang."

Kata-kata terakhir yang keluar dari mulut Kevin sebelum akhirnya dia berlalu pergi membuat Guren menahan nafas. Seketika tubuh sedikit renta itu ambruk ke lantai. Bulir-bulir air kembali keluar dari sudut netra.

Tapi Guren sedikit melirik arah Kevin pergi kala punggung pemuda itu sudah tidak terlihat. Lantas tangan setengah keriput itu terangkat, menyeka air mata di sudut netra dengan sedikit kasar.

Seulas senyum seringai tersungging di bibir Guren kala punggung Kevin sudah benar-benar pergi. "Siapa dia. Silakan saja jika Kevin ingin melupakanku. Dari dulu aku memang tidak menganggapnya ada.

Anakku hanya satu! Alicia! Tapi, siapa laki-laki itu? Kenapa dia bisa mengenal Kevin? Aku sampai harus berakting untuk ini," gumam Guren sambil menepuk-nepuk pakaiannya yang sedikit berdebu.

"Tapi bagaimanapun caranya aku harus bertemu kembali dengan Kevin. Dia tidak boleh memberitahu masa laluku pada Hana," kata Kevin sambil mengepal erat kedua tangannya.

* * *

Kevin menghela nafas berat sambil menyenderkan punggungnya pada kursi empuk beroda itu. Sesekali tubuhnya bergerak, membuat kursi itu pun ikut bergerak mengikuti gerakan tubuh Kevin.

"Sial! Kini aku paham kenapa Ibu Alicia percaya padanya begitu saja," gumam Kevin sambil mengusap pelan pelipisnya yang sedikit berdenyut.

Dia memutar kursi beroda itu hingga matanya berhadapan dengan ranjang. Kevin beranjak berdiri, lantas merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Matanya belum terpejam, masih memandag langit-langit atap dengan seksama.

"Dia benar-benar aktris yang handal. Aku sampai hampir mempercayai aktingnya yang luar biasa." Kevin kembali mengusap pelipisnya pelan.

"Aku harap Alicia tidak kabur setelah aku tidak datang malam ini," gumam Kevin sambil perlahan memejamkan kedua matanya.

Sepasang mata yang sudah terpejam rapat itu kembali terbuka kala suara teriakan menganggu tidur malamnya. Kevin beranjak bangun, lantas mengedarkan pandangannya pada depan pintu kamar.

"Suara apa itu?"

"Aaa!" Kembali suara itu terdengar. Kevin tersentak, lantas beranjak berdiri dari atas ranjang.

Kakinya dengan cepat melangkah menuju pintu kamar sang Ibu. Tangannya dengan kasar mengetok pintu.

"Ibu! Ada apa Bu? Ibu baik-baik saja kan?" tanya Kevin sambil terus mengetok pintu.

Hening, tak ada jawaban kecuali suara teriakan yang masih muncul. Kini Kevin mulai gusar, dia dengan kuat mendaratkan punggungnya pada pintu, hingga membuat pintu terbuka.

Nafasnya terengah-engah sambil memegangi punggung yang terasa berdenyut. Kini mata yang sebelumnya tidak terlalu fokus mulai dapat melihat dengan jelas.

"Ibu!"

Tubuh setengah renta itu terkulai lemas di lantai dekat ranjang. Kedua matanya terpejam rapat, wajahnya nampak pucat pasi.

Kevin berlari menghampiri sang Ibu. Tangan kanannya menggoyah pelan punggung sang Ibu, namun tak ada reaksi dari wanita paruh baya itu. Gigi-gigi itu nampak gemeretak, tangan yang menggoyah pelan punggung sang Ibu mulai gemetar.

"Ibu, kumohon bertahanlah!" Kevin mengulurkan kedua tangannya, meraih tubuh sang Ibu, menggendongnya sambil beranjak berdiri.

Setengah berlari Kevin melangkahkan kakinya yang sedikit gemetar kala tubuh sang Ibu sudah berada di gendongannya menuruni anak tangga.

Carlos yang nampak asik berbincang dengan salah satu pelayan rumah itu tersentak ketika Kevin tiba. Kevin berjalan tertatih-tatih karena tubuh sang Ibu yang cukup berat.

"Carlos, cepat siapkan mobil! Kita akan ke rumah sakit!" seru Kevin sambil terus berjalan menuju pintu keluar rumah.

Carlos sempat diam mematung sebelum pada akhirnya dengan cekatan dia bergerak menuruti kemauan dari majikannya itu. Dia langsung melajukan mobil sedan hitam menuju rumah sakit kala Kevin bersama Kirana sudah masuk mobil.

Tiba di rumah sakit, Dokter dan para perawat dengan sigap membawa Kirana kala Kevin dan Carlos tiba dengan raut wajah gusar. Dan kini sudah hampir setengah jam berlalu, namun sang Dokter tak kunjung keluar dari kamar sang Ibu dirawat.

Kevin berdiri dekat pintu sambil menyenderkan punggungnya pada dinding. "Ada apa dengan Nyonya Kirana Tuan Muda?" tanya Carlos sambil menjulurkan satu botol air mineral pada Kevin.

"Entahlah. Aku tidak tahu. Aku sempat mendengar Ibu berteriak. Saat aku ke kamarnya, Ibu sudah terjatuh pingsan," kata Kevin dengan wajah datar, namun bibirnya sedikit bergetar saat berbicara.

"Jangan khawatir, Tuan Muda. Nyonya pasti akan baik-baik saja," kata Carlos dengan paras sendu.

Kevin langsung berdiri tegap dan meletakkan botol minuman di atas kursi panjang besi kala sosok lelaki berjas putih keluar dari kamar sang Ibu.

"Bagaimana Dokter. Apa Ibu baik-baik saja?" tanya Kevin masih dengan wajah datar, namun bola matanya sedikit bergetar.

"Ibu Anda terkena serangan jantung. Juga Ibu Anda sempat mengalami kepanikan yang membuat jantungnya membengkak.

Kami harus memberikan alat pacu jantung pada Ibu Anda. Untuk saat ini belum ada tanda-tanda Ibu Anda akan tersadar," kata sang Dokter sebelum berlalu pergi bersama dengan perawat yang selalu mengekor di belakangnya.

"Sudah cukup! Semua ini berawal darinya! Dia penyebab semua ini terjadi!" Kevin mengepal erat kedua tangannya.

"Siapa yang Anda maksud Tuan Muda?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!