Bab 11

Lelaki bertubuh kekar duduk di kursi depan meja kayu lusuh dengan sebuah lampu petromax di atasnya. Tangan kekarnya memegang sebuah amplop merah maroon dengan seutas tali kuning dililitkan pada tengah amplop.

Tato kalajengking yang menempel pada lengan kanan terlihat jelas kala dia melepas jaket kulit hitamnya. Tangan kekar itu perlahan-lahan menarik tali kuning di tengah amplop, kini amplop terbuka, menunjukkan secarik kertas dengan tulisan yang terlihat sedikit acak-acakan.

"Surat ini memberitahu kita untuk datang ke menara gedung tempat kita menembak Gravil. Di tulis dalam surat ini jika ada barang bukti yang masih tertinggal di sana.

Tapi aku tak melihat siapa yang mengirim ataupun menulis surat ini," kata lelaki bertato kalajengking setelah cukup lama matanya membaca isi dalam surat.

"Mungkin orang itu ingin membantu kita. Kamu tahu, kita dulu mantan tentara bayaran. Dan mungkin orang itu salah satu dari mereka yang ingin membantu kita," kata lelaki bertubuh kekar yang duduk berhadapan dengan si tato kalajengking.

Ruangan yang lembab membuat hawa panas dan gerah langsung menyerang pori-pori kulit. Hingga membuat lelaki bertubuh kekar juga melepas jaket kulit coklatnya. Kini terlihat jelas terdapat tato kelelawar menempel di lengan kanannya.

"Kalau begitu kita bisa pergi ke sana. Jangan sampai barang bukti itu membawa kita pada jerat hukum," kata si tato kalajengking sembari mengenakan jaket kulit hitam di tubuhnya yang berotot.

Mereka menenggak habis segelas kopi yang sudah tidak mengepulkan asap tipis di udara dengan cepat. Lantas beranjak berdiri sambil mengenakan jaket kulit mereka. Tangan kekar yang masih memegang satu batang rokok ia buang disembarang tempat sambil berjalan menuju mobil Jeep depan gedung tanpa pintu itu.

* * *

Mobil sedan hitam berhenti di tepi jalan. Carlos sedikit melirik pada kaca spion yang menunjukkan belakang kemudi. Kevin duduk sambil menyilangkan kakinya.

"Tuan Muda, boleh saya bertanya?"

"Ada apa, Carlos?" tanya Kevin tanpa menoleh. Matanya fokus pada layar ponsel di depannya.

"Surat yang Anda kirimkan kemarin itu sebenarnya untuk siapa, Tuan?" tanya Carlos.

"Kenapa kamu ingin tahu, Carlos? Aku hanya membutuhkanmu untuk mengantarku kemanapun aku pergi," kata Kevin sambil meletakkan benda pipih itu di kursi.

"Maaf, Tuan Muda." Carlos menundukkan wajahnya.

Seulas senyum dengan seringai lebar terukir di bibir Kevin kala mobil Jeep berhenti di tepi jalan tak jauh dari mobil sedan hitam terparkir. Kevin meraih ponselnya, memasukannya di dalam saku jaket sambil beranjak keluar dari mobil.

Kedua lelaki bertubuh kekar sempat beradu pandang, lantas saling menganggukkan kepala sebelum mereka keluar dari mobil. Lantas mereka setengah lari dengan kaki sedikit berjingkat memasuki gedung.

Lelaki tato kalajengking berhenti depan anak tangga dengan keningnya yang berkerut. Lelaki tato kelelawar yang mengekor di belakang pun ikut berhenti.

"Ada apa, kawan?" tanya lelaki tato kelelawar.

"Ada yang aneh di sini. Kenapa tidak ada kamera cctv di sini? Terakhir kali kita ke sini ada kamera cctv cukup banyak," kata lelaki tato kalajengking sambil mengedarkan pandangan ke segala arah.

"Sudahlah. Justru ini malah bagus untuk kita. Ayo kita lanjutkan penggeledahannya," ajak tato kelelawar. Tato kalajengking mengangguk sambil berjalan menaiki anak tangga.

Tak berselang lama akhirnya mereka sampai di lantai atas. Mereka nampak terengah-engah sambil menopang lutut yang membungkuk dengan kedua tangan. Sesekali mereka menyeka keringat yang mulai membasahi leher dan kening.

Atap gedung terlihat lenggang, tanpa adanya satu penjaga pun. Mata mereka fokus mencari barang bukti di sekitar area. Mereka menggeledah semua benda di sana, termasuk karpet tebal merah maroon di bawah meja bundar di sana.

"Tidak ada barang buktinya. Apa kita telah ditipu?"

Lelaki bertato kalajengking mengedarkan pandangannya pada sekeliling. Matanya berhenti tepat pada atas dinding dekat pintu masuk. Lelaki bertato kalajengking menyipitkan kedua mata, memperhatikan lebih detail pada dinding di depannya.

"Sial! Kita ditipu! Ayo! Cepat pergi dari sini!" ajak lelaki bertato kalajengking, diikuti temannya bertato kelelawar.

Mereka berbalik, hendak melangkah menuju pintu masuk gedung. Namun baru beberapa langkah kaki mereka berjalan, sosok Kevin berdiri di ambang pintu. Punggung belakangnya bersender pada daun pintu, seulas senyum dengan seringai lebar tersungging di bibirnya kala kedua lelaki bertubuh kekar tersentak.

"Siapa kau!"

"Aku? Hah ... aku hanyalah orang biasa yang ingin bertemu dengan kalian," kata Kevin dengan cukup santai dan tenang sambil melipat kedua tangan di depan dada bidangnya.

Kedua lelaki bertubuh kekar melangkah mundur bersamaan kala Kevin berjalan mendekat dengan senyum seringai di bibirnya. Di sela kakinya yang melangkah mundur perlahan, lelaki tato kalajengking merogoh saku belakang celana, lantas meraih sebuah pisau lipat.

Dia menodongkan pisau lipat itu tepat di depan wajah Kevin, hingga membuat pemuda bermata ungu itu menghentikan langkahnya yang hanya berjarak setengah meter dari mereka.

"Jangan bergerak! Atau kamu akan berakhir tiada," kata lelaki tato kalajengking.

"Heh ...."

Mulutnya menyeringai lebar, iris mata ungu itu nampak menyala di bawah sinar rembulan. Entah apa yang membuat tangan kekar itu tiba-tiba saja bergetar, menjatuhkan pisau lipatnya. Lelaki tato kalajengking tersentak, baru menyadari pisau lipat itu tergeletak di lantai.

Ia berjongkok, hendak meraih kembali pisau lipatnya. Namun Kevin dengan cekatan mengulurkan kaki kanannya, menendang pisau lipat itu menjauh dari lelaki tato kalajengking.

"Kalian itu mantan tentara bayaran. Tapi kenapa wajah kalian nampak pucat? Apa kalian belum makan?" tanya Kevin. Wajahnya datar, tapi mulutnya masih menyeringai lebar.

Kedua lelaki bertubuh kekar tersentak sambil melangkah mundur perlahan. "Mau apa kamu dengan kami?" tanya lelaki tato kelelawar sambil meletakkan tangan kanan di balik pinggang.

"Aku hanya ingin bertanya hal penting pada kalian."

"Bertanya tentang hal apa?" kepala dengan rambut panjang sebahu dikuncir kebelakang itu nampak memiring.

"Aku hanya ingin bertanya. Apakah kalian yang sudah menembak Tuan Gravil? Jawab saja dengan jujur, maka aku akan bebaik hati pada kalian, melepaskan kalian," kata Kevin. Mulutnya kembali menyeringai puas.

"Apa yang kamu bicarakan? Mana mungkin yang dulunya seorang tentara mencelakai seseorang!" bantah lelaki bertato kelelawar.

"Heh ... benarkah itu? Kalian itu mantan tentara bayaran. Apapun yang kalian lakukan di masa lalu hanya demi uang."

Lelaki tato kelelawar terdiam, mulutnya terkatup rapat. Tangan di belakang pinggang ia kibaskan pelan kala lelaki tato kalajengking berdiri di belakangnya. Lelaki tato kalajengking sedikit melirik kibasan tangan itu sebelum kembali fokus pada Kevin.

"Apa buktinya jika kami sudah mencelakai seseorang?" tanya lelaki bertato kelelawar, nadanya terkesan menantang.

"Kalian masih membutuhkan bukti?" Kevin memiringkan kepala, seolah tak mengerti dengan uacapan lelaki di depannya.

"Ya. Kami tidak pernah merasa jika mencelakai seseorang. Jadi kami meminta bukti!"

Percikan api keluar dari ujung pistol, melontarkan satu butir peluru kala sosok tangan menarik pelatuk.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!