Bab 9

Kevin nampak menikmati segelas choco latte yang masih mengepulkan asap tipis di udara. Sesekali tangan yang memegang sendok kecil ia gerakkan, mengaduk minumannya. Tak berselang lama Kevin menyesap minumannya, Charlie berdiri di sampingnya dengan ekspresi ceria.

"Halo, kita bertemu lagi." Charlie memulai pembicaraan. Kevin diam saja tanpa menoleh, dia masih sibuk mengaduk minumannya.

"To the point. Beritahu aku apa akhir-akhir ini Ayah tengah menjalankan bisnis dengan seseorang?" tanya Kevin. Tangannya masih sibuk mengaduk-aduk minumannya dengan anggun.

Charlie membenarkan posisi duduknya, sembari sedikit melonggarkan dasinya lantas berkata, "Ya, ada. Seorang CEO terkenal bernama Guren. Beliau adalah seorang CEO terkenal.

Namun akhir-akhir ini perusahaan milik Tuan Gravil melesat cukup baik, dan hampir melampaui perusahaan milik Tuan Guren. Alhasil CEO itu menawarkan kerjasama dengan Tuan Gravil."

Kevin masih diam. Tangannya masih mengaduk-aduk minumannya. Sesekali gelas itu ia angkat mendekati mulut, lantas menyesapnya. Charli menelan ludah saat cukup lama Kevin terdiam tanpa menanggapi penjelasan panjang lebar darinya.

Dia kembali menarik dasinya, sesekali ia menyeka keringat yang entah kenapa terus saja dirinya berkeringat. Kevin berhenti mengaduk minumannya, lantas mengedarkan pandangannya pada Charlie.

"Apa informasi yang kamu katakan sudah benar?" tanya Kevin. Charlie mengangguk cepat.

Entah kenapa tatapan Kevin ataupun apa yang pemuda di depannya itu lakukan terkesan seperti mengintimidasi. Charlie bahkan tak bisa mengalihkan pandangannya sedetikpun darinya. Dia merasa Kevin hebat dalam memanipulasi lawan bicaranya.

"Baiklah. Informasi ini sudah lebih dari cukup. Yah, informasi yang kamu berikan sudah lebih dari cukup untuk membuatku dapat menemukan siapa yang sudah berani melukai ayahku." Sorot mata Kevin nampak dingin, sudah yang kesekian kalinya jakun Charlie nampak naik turun, menelan ludah.

"Apa ada hubungannya Tuan Gravil terluka dengan Tuan Guren?" tanya Charlie.

"Entahlah. Mungkin tidak, atau mungkin juga iya," kata Kevin sambil menyesap habis minumannya.

Kevin beranjak berdiri, lantas melangkah pergi usai membayar minuman yang ia pesan. Meninggalkan Charlie yang masih sibuk menyeka keringatnya.

Sebelum masuk ke kamarnya. Tak lupa Kevin menemui sang Ibu, melihat keadaannya. Kini kirana nampak tertidur pulas. Sesekali dengkuran kecil nampak keluar dari bibirnya. Para pelayan nampak masih menjaga sang Ibu dengan sangat baik. Kevin mengangguk pelan, lantas kembali menutup pintu, dan berjalan masuk kamarnya.

Kevin kembali menatap layar komputernya dengan seksama. Kali ini mata itu nampak fokus membaca sebuah artikel tentang Guren, seorang CEO terosohor.

Mulut Kevin nampak menyeringai usai membaca semua artikel tentang ayahnya itu. "Menarik. Sangat menarik. Aku tidak menyangka jika anak dari Ayah berada satu kelas dan bahkan pernah bicara denganku," gumam Kevin, mulutnya tersenyum tipis, terkesan mengintimidasi.

Masih ada banyak informasi lainnya lagi. Seperti para bawahan Guren, sekitar lima orang bertubuh kekar yang dulunya ternyata adalah mantan tentara bayaran. Kelima bawahan Guren juga tinggal di rumah mewahnya, menjaganya dan menjadi bodyguard untuk Alicia dan sang Istri Guren.

"Menara gedung itu, aku tahu dia pasti menembak dari sana," gumam Kevin usai mematikan layar komputer di depannya.

* * *

Ketika Kevin nampak memandang luar jendela sambil menopang dagu. Pintu kelas terbuka, menunjukkan sosok Alicia dengan riasantebalnya, namun terlihat sangat menawan. Berhasil membuat para pria terpikat, kecuali Kevin yang justru nampak meneliti setiap penampilan Alicia. Mulai dari bawah kaki, hingga atas kepala.

Alicia tak sengaja menatap Kevin yang nampak memperhatikan dirinya. Sontak wajah putih itu merah merona. Tangannya nampak membenarkan dasi dan jas almamaternya, lantas berjalan dan duduk di bangkunya sambil berdehem.

"Selamat pagi, Kevin. Hari ini kamu terlihat semakin tampan." Alicia mengedipkan satu mata, Kevin diam saja.

"Apa di hari-hari sebelumnya aku tak terlihat tampan?" tanya Kevin, tanpa menoleh.

"Eh? Tidak, di hari sebelumnya pun kamu begitu tampan. Tapi hari ini entah kenapa pesonamu bertambah, membuatku salah tingkah," kata Alicia dengan wajahnya yang kembali merah merona.

Kevin mengalihkan pandangannya dari luar jendela ke arah Alicia. Gadis itu nampak sibuk membenarkan penampilan rambut, juga riasannya.

Kevin memperhatikan Alicia, mulutnya nampak menyeringai. Dia lantas beranjak berdiri, mendekati Alicia, mendekatkan wajahnya pada gadis itu. Sontak Alicia langsung menghentikan kegiatan cantiknya, menatap mata dan bibir pemuda tampan di depannya lekat-lekat.

"A-da apa?" tanya Alicia tergagap. Bola matanya nampak bergerak aneh, keringat sedikit membasahi kedua tangannya.

"Hari ini kamu terlihat sangat cantik. Mungkin aku akan mau memberikanmu kesempatan untuk mendekatiku," kata Kevin, tatapannya benar-benar memanipulasi. Membuat Alicia seolah seperti terhipnotis.

Alice nampak sumringah, matanya menatap genit pada Kevin. Tangan kanannya tergerak, menyentuh pipi kanan Kevin dengan lembut seraya berkata, "Tentu saja. Kesempatan ini akan kugunakan untuk membuatmu menyukai diriku."

Kevin tersenyum, senyuman yang begitu memanipulasi. Tak henti-hentinya Alicia menatap pemuda tampan di depannya itu. Kevin menjauhkan wajahnya dari Alicia, lantas kembali duduk saat bel berbunyi.

Cuaca indah hari ini. Langit nampak menampakkan terik matahrinya yang bersinar terang, langit biru cerah dan awan-awan putih kecil memperindah suasana. Kevin masih memakai seragam dan bahkan masih menggendong tas di punggungnya saat dia pergi ke sebuah menara yang jaraknya tak terlalu jauh dari perusahaan sang Ayah.

Salah satu orang yang berada di menara datang menghampiri Kevin. Lelaki dewasa itu nampak mengerutkan kening ketika ada sosok remaja sekolah datang ke gedung menara.

"Maaf ada yang bisa saya bantu?" tanya sosok lelaki dewasa sopan.

"Apa di gedung ini ada kamera cctv yang menunjukkan rekaman di atap gedung?" tanya Kevin, sorot matanya terlihat dingin, wajahnya datar nyaris tanpa ekspresi.

"Ada. Tapi, apa kamu memerlukan sesuatu dengan bertanya hal ini?" tanya lelaki dewasa penasaran.

"Ya. Apa aku bisa melihat rekaman cctv tiga hari yang lalu?" pinta Kevin, lelaki dewasa terdiam, mengelus dagunya.

"Jangan khawatir. Aku bukanlah orang jahat. Aku hanya ingin melihat rekaman cctv itu untuk mencari petunjuk."

"Petunjuk?" Lelaki dewasa mengerutkan kening.

"Ya, petunjuk yang semuanya berada di rekaman cctv itu." Kembali sorot mata Kevin terlihat dingin dengan wajahnya yang juga datar.

"Tapi kamera cctv yang berada di atap gedung tidak merekam semua tempat. Hanya merekam dekat pintu masuk gedung dari atas," kata lelaki dewasa sungguh-sungguh.

"Ya, itu bisa. Aku tetap akan melihatnya. Apa kamu mengizinkan?"

"Baiklah. Aku pikir tak ada salahnya menunjukkannya jika itu memang penting."

Lelaki dewasa membawa Kevin masuk gedung. Nampak luas dan mewah. Mereka menaiki lift, dan tiba di lantai tengah. Dari sana mereka berjalan melewati lorong, lantas berhenti di depan pintu.

"Kamera cctv nya berada di dalam. Mari, aku akan menunjukkan rekamannya padamu," ajak lelaki dewasa, Kevin manggut-manggut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!