05 Januari 2031 ...
Gagang pintu emas mengkilap itu bergerak, selang beberapa detik pintu itu terbuka lebar. Sosok lelaki paruh baya berdiri di ambang pintu. Matanya menatap sekeliling, memandang setiap benda kotor yang mungkin tergelak di lantai. Namun ruangan luas dengan satu set ranjang itu terlihat bersih tanpa adanya sedikitpun kotoran.
Lantas lelaki paruh baya mengedarkan pandangannya pada sosok tubuh pria yang masih terbaring di atas ranjang berselimutkan tebal.
Lelaki paruh baya menggeleng ringan, mulutnya tersenyum tipis sembari melangkah mendekati pintu kaca depan balkon. Dibukanya pintu kaca, semilir angin langsung masuk ke dalam, sedikit menyibak selimut tebal itu. Kevin mulai membuka matanya, sayup-sayup dia melihat sosok lelaki paruh baya berdiri di depannya, nampak sopan.
Dia mengerjapkan kedua matanya, mengedarkan pandangannya pada semua sudut ruangan. Sinar matahari pagi kini pun mulai masuk dalam ruangan, membuat bola matanya nampak silau. Tangan kanannya menutupi wajah yang terpapar sinar matahari.
"Selamat pagi, Tuan Muda." Lelaki paruh baya yang rambutnya sudah nampak memutih, kumisnya yang juga memutih membungkuk sopan, namanya Carlos.
Kevin diam saja. Dia menyibak selimut tebalnya, beranjak berdiri lantas menyambar handuk dan masuk ke kamar mandi. Carlos tersenyum tipis lantas mulai merapikan tempat tidur Kevin. Melipat rapi selimut tebal, juga menyiapkan seragam sekolah Kevin. Semua sudah siap saat Kevin usai mandi, rambutnya yang hitam pekat masih nampak basah, beberapa tetes air dari helai-helai rambut itu menetes ke lantai.
"Setelah bersiap Tuan Muda bisa ke ruang meja. Tuan dan Nyonya sudah menunggu Anda." Sekali lagi Carlos membungkuk sopan, lantas melangkah pergi meninggalkan kamar Kevin.
Remaja laki-laki itu masih diam tak bergeming. Kedua bola matanya memutar malas memandang punggung Carlos yang kian tak terlihat. Kevin lantas mengeringkan rambutnya, lalu mengenakan seragam.
Usai merapikan dasi hitamnya yang sedikit berantakan, Kevin lantas menyambar tas punggungnya, menyandangnya di balik punggung sembari melangkah keluar kamar menuju ruang makan.
Sang Ayah dan Ibu menebar senyum manis mereka saat Kevin menuruni anak tangga, lantas berdiri di depan mereka berdua dengan ekspresi datar. Tak lupa Kevin membungkukkan tubuhnya sopan pada kedua orang tuanya, lantas duduk di kursi meja makan.
"Selamat pagi, Kevin. Bagaimana tidurmu tadi malam?" tanya Kirana, wajahnya nampak berseri-seri, sementara Gravil tersenyum sembari menyantap makanannya.
"Nyenyak," jawab Kevin singkat. Dia lantas mulai menyantap roti tawar dengan selai coklat, juga segelas susu yang masih nampak mengepulkan asap tipis di udara.
Kevin hanya menyantap satu roti dan meminum sebagian dari segelas penuh susu hangat. Lantas Kevin beranjak berdiri setelah dengan anggun ia menyeka bekas air susu yang masih menempel di sudut bibirnya dengan tisu.
"Apa kamu sudah akan berangkat?" tanya Kirana. Dia beranjak berdiri, membenarkan dasi Kevin yang agak miring.
"Ya," jawabnya singkat.
"Hati-hati, Kevin. Belajar yang benar, Ibu akan menunggu kepulanganmu." Kirana tersenyum, menatap Kevin dengan bola mata yang sedikit bergetar.
"Kevin, Carlos akan mengantarmu," ucap Gravil seraya beranjak berdiri, lantas berlalu pergi.
Kevin hanya menganggukkan kepala lantas melangkah pergi keluar rumah, menunggu Carlos menyiapkan mobil. Carlos nampak sudah berdiri di depan pintu mobil, membukakan pintu untuk majikannya.
"Silakan masuk, Tuan Muda." Carlos tersenyum tipis seraya membungkuk sopan.
Kevin terdiam, matanya menatap mobil mewah di depannya. Sungguh hal yang diluar nalar dengan apa yang pemuda itu dapatkan. Rumah mewah, keluarga, harta, semuanya ada padanya. Tapi entah kenapa perasaan di masa lalu tak bisa dia lupakan.
Hari ini adalah hari pertama Kevin sekolah di sekolah menengah atas. Saat SLTP, dirinya bersekolah di Amerika selama tiga tahun lantas kembali ke kotanya saat ini. Selama perjalanan Kevin hanya diam termenung melihat luar jendela.
'Bagaimana caraku menemukanmu, Ayah,' batin Kevin.
Saat Kevin memandang beberapa toko dan kafe di tepi jalan. Matanya tak sengaja menangkap sosok lelaki paruh baya yang dikenalnya. Guren, Ayah kandung Kevin. Lelaki yang telah meninggalkannya dan juga sang Ibu. Guren baru saja keluar dari kafe, dan hendak menuju mobil sedan hitam di tepi jalan.
"Carlos, bisa kamu hentikan mobilnya?" pinta Kevin, Carlos mengangguk lantas menginjak rem.
Kevin turun dari mobil, hendak menghampiri Guren yang masih nampak berdiri di depan pintu mobil. Kevin berdiri di belakangnya, matanya nampak kosong menatap lelaki paruh baya itu. Kevin menghela napas pelan, lantas melangkahkan kakinya perlahan mendekati Guren.
Saat Guren hendak masuk mobil, Kevin datang dan menabrak punggungnya. Sontak Guren berhenti dan berbalik, menoleh sosok Kevin yang nampak gontai berdiri di hadapannya.
"Siapa kamu?" tanya Guren. Kevin mendongak, wajahnya nampak lesu, matanya nampak sedikit bergetar.
"Maaf, saya tidak sengaja menabrak Anda. Saya sedang tidak enak badan, maafkan saya." Kevin membungkuk sopan, namun matanya nampak sinis menatap Guren.
"Jika sakit lebih baik diam saja di rumah." Lantas lelaki paruh baya itu masuk mobil, Pak sopir mulai menancap gas, melajukan mobil mewah itu.
Mulutnya tersenyum menyeringai, Kevin merogoh saku jasnya, mengambil sebuah kartu nama milik Guren yang memang dengan sengaja ia ambil secara diam-diam.
"Jadi dia tinggal di sini, ya. Baiklah, saatnya bermain-main dengan orang ini." Kevin melempar tangkap kartu nama itu seraya melangkah kembali masuk mobil.
"Tadi Anda ke mana Tuan Muda?" tanya Carlos, sedari tadi dirinya hanya menunggu dalam mobil.
"Tidak ada apa-apa. Hanya menemui orang yang pernah kukenal sebelumnya," sahut Kevin, dia masih nampak melempar tangkap kartu nama itu.
"Tuan Muda, ini sebuah kemajuan yang besar." Carlos kembali tancap gas, melajukan mobilnya. Tangannya dengan cekatan mengemudi, melewati jalanan yang cukup penuh dengan kendaraan itu.
"Kemajuan besar?" Kevin mengerutkan kening, masih melempar tangkap kartu nama itu. Sesekali matanya memandang nama Guren yang terpampang jelas di kartu nama itu.
"Benar. Sebelumnya saat Anda berbicara pada saya, kedua mata Anda selalu nampak kosong menatap saya. Dan saat saya melihat bagaimana Anda menatap saya hari ini, itu adalah suatu kemajuan memuaskan." Carlos tersenyum.
"Saat ini suasana hatiku sedang baik. Aku baru saja mendapatkan hal yang selama ini aku inginkan." Kevin kembali mengedarkan pandangannya pada luar jendela. Matanya menatap kosong, namun tak henti-hentinya mulut itu menyeringai puas.
"Hal yang Anda inginkan? Apa saya boleh tahu apa yang Anda inginkan Tuan Muda?" tanya Carlos. Disela matanya yang fokus ke depan, dia juga sedikit melirik pada kaca mobil yang menunjukkan wajah Kevin di belakang kemudi.
"Belum waktunya. Lagipula ...." Kevin memandang punggung Carlos. "Ini tak ada urusannya denganmu. Aku tahu kamu baik, tapi semua ini jelas tak ada hubungannya denganmu, Carlos."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
anggita
ng👍 like aja thor.
2023-01-25
0