Hu Liena menggoyang-goyangkan kepalanya, dia masih tidak percaya dengan kenyataan yang ada di hadapannya. "Ahh tidak, jika itu mimpi kenapa aku seperti benar-benar merasakannya. Tuhan, ujian apalagi kali ini." Ucapnya perlahan.
"Bagaimana keadaan Nona Perdana Menteri." Suara Tabib Hong bergema di dalam ruangan.
"Nona sudah sadar Tabib, dan dia baik-baik saja sekarang." Jawab Luqiu mewakili majikannya yang masih tampak kebingungan.
"Syukurlah, setidaknya tidak ada luka apapun di tubuhnya." Lanjut Si Tabib.
Hu Liena menoleh ke arah Tabib Hong, seakan dia ingin menyelidiki tentang kebenaran kejadian yang menimpanya hari ini.
Seperti menyadari jika ada yang memperhatikannya, Tabib Hong pun melirik ke arah Hu Liena dan menatap dengan tatapan penuh arti. "Tolong tinggalkan kami berdua." Perintah Tabib Hong kepada Luqiu. "Ada hal yang ingin aku bicarakan dengan Nona Hu Liena." Ucapnya lagi.
"Baik Tuan!" Luqiu mengangguk lalu melirik ke arah majikannya. "Hamba akan menunggu di luar, jika Nona membutuhkan sesuatu, panggil saya saja. Saya akan tetap berada di sana untuk menjaga Nona." Ujar Luqiu yang masih merasa khawatir dengan keadaan majikannya.
Hu Liena mengangguk dan melambaikan tangan agar Luqiu cepat pergi dari ruangan mereka. "Apa ada yang kau ketahui?" Tanya Hu Liena tanpa berbasa-basi, dia curiga jika Tabib Hong menyembunyikan sesuatu kepadanya.
"Hamba akan mengatakannya." Ucap Tabib Hong, lalu dia mulai bercerita. "Kakek moyangku dulu pernah mengatakan, jika ada sebuah dimensi rahasia di tempat ini yang telah kami jaga secara turun-temurun. Sebelum pemilik aslinya datang, kami harus tetap menjaganya dan merahasiakan tempat ini dari semua orang untuk mencegah peperangan dan pertumpahan darah. " Jelas Tabib Hong.
"Jadi itu bukanlah mimpi?" Ucap Hu Liena lirih.
"Itu nyata Nona." Jawab Tabib Hong datar.
"Jika kau mengetahui hal ini sebelumnya, mengapa kau tidak langsung memberitahukannya kepadaku?" Hu Liena merasa geram kepada pria di hadapannya ini.
"Maafkan saya Nona, saya hanya menjalankan perintah untuk tidak membocorkan rahasia ini kepada siapapun." Jawabnya tenang.
"Termasuk kepada pemiliknya sendiri?" Ucap Hu Liena semakin geram.
"Hamba tidak ingin mengambil resiko." Jawabnya singkat.
Hu Liena mengangguk-anggukkan kepala, jawaban dari Tabib Hong cukup masuk akal baginya. Bagaimanapun dia hanya menjalankan tugasnya, dan tidak mungkin melakukan hal seceroboh itu.
"Tabib Hong!" Panggil Hu Liena.
"Hamba Nona!" Tabib Hong membungkuk hormat.
"Apa kau sudah mengetahui sesuatu sebelumnya?" Hu Liena merasa curiga jika Tabib Hong sudah mengetahui tentang dia yang sebenarnya.
"Apa yang anda maksud Nona?" Tabib Hong mengerutkan kedua alisnya.
"Tidak apa-apa, lupakan saja." Ucap Hu Liena mencoba mengalihkan pembicaraan agar Tabib Hong tidak merasa curiga kepadanya.
"Aku akan kembali sekarang, terima kasih atas bantuanmu selama ini." Ujarnya lagi sembari menuruni tempat duduknya sekarang.
"Baik!" Sahut Tabib Hong.
Hu Liena berjalan menuju kereta kuda yang terparkir di halaman luar, di susul oleh Luqiu dan Tabib Hong yang mengikuti langkahnya dari belakang.
Sebelum menaiki kereta kuda, Hu Liena menghentikan langkah dan berbalik menghadap Tabib Hong. "Datanglah setiap pagi ke kediaman Perdana Menteri, aku akan mengajarkanmu beberapa metode ilmu pengobatan." Selesai mengatakannya, Hu Liena langsung naik ke kereta.
"Ayo kembali." Perintah Hu Liena setelah Luqiu duduk di sampingnya.
Tabib Hong tersenyum menatap kepergian Hu Liena. "Aku tahu maksudmu Nona dan aku juga tahu siapa kau sebenarnya. Namun, biarlah semua itu menjadi rahasia yang harus kau jaga." Gumam Tabib Hong perlahan.
Di sepanjang perjalanan, Hu Liena lebih banyak terdiam karena masih terbawa suasana. Hatinya masih belum bisa merelakan kehilangan kembali sang Ayah untuk kedua kalinya, meskipun dia sudah berusaha untuk tetap tegar menjalani takdirnya. Namun tetap saja, kesedihan itu seakan tak mau pisah dari dirinya.
"Nona, kita sudah sampai." Ucap Luqiu membuyarkan lamunan Hu Liena.
"Um." Hu Liena mengangguk dan bersiap untuk menuruni kereta kuda.
...----------------...
...----------------...
Di sebuah villa....
"Apa kau sudah menemukannya?" Ucap seorang pria.
"Hamba belum berhasil Yang Mulia." Jawab pria yang sedang berlutut di hadapannya.
"Bagimana dengan Tabib Hong?" Tanya si pria lagi.
Belum sempat si pengawal menjawab, dari arah luar terdengar suara seorang pemuda sedang membuat keributan. "Cepat buka pintunya!"
"Maafkan hamba Pangeran Jing, Yang Mulia Pangeran Jun memerintahkan kami untuk tidak mengijinkan seorang pun memasuki ruangannya."
Ternyata, pria yang sedang berada di dalam ruangan tersebut adalah Pangeran Pertama Li Junjie orang yang di jodohkan dengan Hu Liena, dan pria yang bersamanya adalah Guotin pengawal setianya.
"Aku akan memohonkan ampunan pada kakak jika kau bersedia membantuku kali ini." Ucap Li Jing Sheng.
Bagai berada di ujung tombak si penjaga pun menjadi serba salah mendengar ucapannya. "Maafkan hamba Pangeran, hamba tidak berani melakukannya."
"Biarkan dia masuk." Suara Li Junjie bergema di udara.
Setelah mendengar perintah langsung dari majikannya, si penjaga pun langsung membukakan pintu untuk tamunya.
"Silahkan Pangeran Jing!" Ucapnya sopan.
Tanpa berbasa-basi si Pangeran pun langsung melangkahkan kakinya. "Para prajuritmu sungguh sangat mematuhimu." Ucapnya setelah berada di dalam ruangan.
"Bukankah itu hal yang wajar." Jawab Li Junjie datar.
"Tentu saja!" Karena Li Jing Sheng merasa tak mempunyai pilihan lain, dia pun hanya bisa membenarkan ucapan kakaknya.
"Angin apa yang membawamu kemari?" Tanya Li Junjie tanpa berbasa-basi, sifatnya ini cocok dengan kepribadian Hu Liena saat ini.
"Aku hanya merasa bosan." Jawab Li Jing Sheng.
Mendengar jawaban dari adik keduanya, Li Junjie menunjukkan seringai jahat di wajahnya.
"ehh, maksudku ...," Li Jing Sheng ingin mengganti kata-katanya tapi sudah terlambat, karena Li Junjie keburu mendahuluinya.
"Salin kitab suci ini sebanyak 100 kali." Perintah Li Junjie kepada adiknya.
"Kakak, aku belum selesai berbicara." Rengek Li Jing Sheng.
"Aku banyak urusan, sebaiknya kau cepat pergi untuk menyalin kitab suci ini." Ucapnya tegas.
"Aku akan melakukannya, tapi setidaknya biarkan aku tetap di sini. Aku janji, aku tidak akan mengganggumu." Li Jing Sheng memohon agar tetap bisa tinggal bersama kakaknya di sana, dia memang merasa bosan jika harus selalu berada di Istana sendirian.
"Baik! aku akan pegang kata-katamu, kau tidak boleh mengganggu pekerjaanku." Balas Li Junjie.
"Kakak tenang saja, aku tidak akan mengingkari kata-kataku." Li Jing Sheng mengangkat kedua jarinya ketika berbicara, dia pun lalu memilih tempat duduk yang berada di sudut ruangan agar tak mengganggu aktivitas Li Junjie seperti yang di katakannya.
Setelah adiknya berpindah tempat, Li Junjie pun kembali melirik ke arah Guotin dan melanjutkan bincangannya. "Lanjutkan!" Li Junjie menyuruh Guotin melanjutkan laporannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
trussukses
2024-02-17
0
Hasan
siapa nih yg dicari sama si babang liena ya🤔🤔
2023-05-28
0
Kania Rahman
👍👍💪💪
2023-05-22
1