Hu Liena berjalan ke arah tanaman obat yang menarik perhatiannya, semakin dekat semakin jelas tanaman yang di lihatnya. "Ahhh, aku benar itu adalah Jamur Cordyceps, di duniaku dulu jamur ini sudah semakin langka bahkan sudah jarang orang yang menemukannya." Monolog Hu Liena.
Tabib Hong menyeringai ketika melihat Hu Liena semakin menjauh dari dirinya, "Kakek moyang ternyata benar, gadis itu akan datang dengan sendirinya."
Sementara itu, Hu Liena tidak menyadari jika sebentar lagi akan terjadi sesuatu kepada dirinya.
Dia terus berjalan melangkahkan kakinya ke arah tanaman obat yang semakin dekat dari penglihatannya, hingga tiba-tiba Hu Liena kehilangan keseimbangan seperti ada sesuatu yang menarik tubuhnya dari arah bawah.
Aaggghhhhh....
Teriak Hu Liena ketika merasakan tubuhnya di tarik turun dengan begitu cepatnya memasuki lubang hitam yang tak berdasar.
Aaggghhhh.....
Aaggghhhh.....
Bruggghhhh.....
Hu Liena terjatuh di dasar lubang, tapi anehnya dia tidak merasakan sakit sedikitpun pada tubuhnya, justru dia merasa, jika dia terjatuh di atas bantalan empuk. "Ehh ... ini apa?" Ucap Hu Liena sambil meraba-raba tempat yang jadi tumpuannya.
"Ini ... ini seperti bantalan kursi." Ucapnya perlahan, dia hanya bisa menerka-nerka karena situasinya sangat gelap hingga tidak memungkinkan untuknya melihat area di sekitarnya.
"KLIK"
Terdengar bunyi di udara, dan ruangan yang tadinya gelap menjadi terang seketika. "Ini, bukankah ini sebuah apotek atau lebih tepatnya seperti gudang obat." Monolog Hu Liena.
Setelah memperhatikan sekelilingnya, Hu Liena berasumsi jika tempat itu adalah tempat meracik obat karena terdapat beberapa alat untuk meracik dan membuat obat. Bahkan terdapat ratusan ribu toples obat yang tak akan ada habisnya jika di jual di suatu Negara besar.
"WOW! ... Aku tidak menyangka, jika kedatanganku hari ini ke rumah Tabib Hong akan menemukan tempat seperti ini." Monolog Hu Liena, dia merasa takjub dengan tempatnya berada saat ini.
Ketika Hu Liena sedang menikmati pemandangan di sekelilingnya, dia di kagetkan dengan kemunculan sesosok bayangan kakek-kakek tua di hadapannya.
"Siapa kau?" Hu Liena bergerak mundur karena merasa terkejut dengan bayangan kakek tersebut.
"Aku adalah penunggu tempat ini." Jawab Si kakek.
"Jadi anda adalah pemilik tempat ini?" Entah kenapa Hu Liena merasa gugup di hadapan sosok kakek tua ini.
"Bukan!" Ucap si kakek sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Aku hanya bertugas untuk menjaga tempat ini hingga pemilik aslinya datang." Lanjut si kakek.
"Oh, jadi seperti itu. Sepertinya pemilik tempat ini bukanlah orang sembarangan." Ujar Hu Liena.
"Kakek, aku tidak sengaja terhisap ke tempat ini. Jika anda tidak merasa keberatan, bisakah anda memberitahuku arah pintu keluar?" Tanya Hu Liena kepada si kakek.
"Setiap orang yang di takdirkan datang belum tentu di takdirkan untuk pulang." Ujar si kakek yang membuat Hu Liena kebingungan mengartikan kata-kata darinya.
"Apa maksud anda kakek?" Tanyanya penasaran.
"Kau pasti tahu apa maksudku gadis kecil." Jawab si kakek tenang.
"Maksudmu, aku akan tetap di sini?" Hu Liena menaikkan alisnya mencoba menebak-nebak.
"Semua tergantung takdir." Si kakek lagi-lagi menyebutkan tentang takdir di jawabannya, membuat Hu Liena menjadi semakin bingung.
"Bisakah anda memberitahuku lebih jelas lagi kakek, aku tidak bisa jika harus asal tebak saja." Ucapnya mulai geram.
"Baiklah, karena kau orang pertama yang datang ke tempat ini setelah 5000 tahun lamanya, maka aku akan memberitahukan sesuatu padamu."
"Apa? 5000 tahun? anda sudah berada di sini selama itu?" Hu Liena terkejut mendengar ucapan si kakek.
"Iya kau benar gadis kecil." Jawab si kakek tenang.
Tubuh Hu Liena mendadak terasa lemas, lututnya tak lagi bisa menopang kedua kakinya. Dia merasakan bumi yang di pijaknya seakan bergetar dan membuatnya kehilangan keseimbangan.
Brugghhhh...
Tubuh Hu Liena meluruh ke bawah, dia menekuk kaki lalu memeluk lututnya dengan kedua tangan. Kemudian dia menangis sejadi-jadinya meratapi kenyataan hidup yang akan di hadapinya.
"Tak ada gunanya kau menangisi ini semua, jika ini sudah menjadi takdirmu takkan ada orang yang mampu untuk mengubahnya." Ucap Si kakek berusaha menenangkan Hu Liena.
"Bagaimana bisa aku menjalani ini semua." Lirih Hu Liena sambil mengangkat kepalanya menatap sendu ke arah si kakek.
"Terimalah takdirmu dengan berlapang dada, hanya itu yang akan membuatmu bahagia." Si kakek melembutkan suaranya.
"Tapi aku ...," Hu Liena jadi terdiam ketika melihat si kakek mengangkat telapak tangan untuk menghentikan kata-katanya.
"Kau datang bukan tanpa alasan, semua sudah di takdirkan." Ucap si kakek yang menambah kebingungan di hati Hu Liena.
"Tapi aku tidak mau berakhir seperti ini."Teriak Hu Liena histeris.
"kenyataan memanglah sangat menyakitkan dan terbelenggu di dalam khayalan hanya akan membawa kesengsaraan." Lagi dan lagi si kakek mengucapkan kata-kata yang tak di mengerti oleh Hu Liena.
"Aku sama sekali tidak mengerti dengan semua ucapanmu kakek."
"Kau tidak perlu mengerti." Jawab si kakek.
"Dengarkan aku gadis kecil, kau datang karena memang sudah waktunya untuk datang." Ujar si kakek datar.
"Bisakah kau membantuku kakek? aku tidak ingin menghabiskan semua waktuku berada di tempat ini." Pinta Hu Liena kepada si kakek, dia tak ingin terkurung di tempat ini selamanya.
"Seperti yang aku ucapkan sebelumnya, karena kau sudah datang maka kau sudah di takdirkan. Oleh karena itu aku akan berbaik hati memberitahukanmu sesuatu yang aku tahu."
Meskipun masih tidak mengerti dengan kata-kata yang di ucapan oleh si kakek, Hu Liena merasa jika dia masih memiliki harapan.
"Apa itu kakek?"
"Kau sudah di takdirkan dan kedatanganmu sudah di ramalkan." Jelas si kakek singkat.
Splashhh~
Jeddeerrr~
Jeddeerrr~
Seperti ada suara petir yang menyambar di telinga Hu Liena begitu mendengar ucapan si kakek yang menyebutkan tentang ramalan. "Tolong, tolong ceritakan lebih banyak lagi." Ratapnya kepada si kakek, dia tidak pernah mengira jika kedatangannya ke tempat ini bukanlah suatu kebetulan.
Si kakek pun menceritakan tentang kisah mimpinya yang bertemu dengan seorang pria bernama Ma Boqin yang mengaku sebagai Tabib genius dari masa depan. Si pria menyebutkan jika suatu hari nanti, Putrinya akan datang untuk menjalani kehidupan keduanya di zaman ini. Dia juga menitipkan sebuah kotak perhiasan kepada si kakek dan memberikan kepada Putrinya jika dia sudah datang ke tempat ini.
"Hanya itulah yang aku bisa beritahukan kepadamu." Ucap si kakek mengakhiri ceritanya.
"Ti-tidak mungkin, bagaimana bisa Ayahku melintasi dua dunia dan masuk ke dalam mimpimu." Ucap Hu Liena yang merasa aneh dengan cerita si kakek.
"Hanya itu yang aku tahu, aku tidak memaksamu untuk mempercayainya." Ujar si kakek.
"Masalah kotak pemberian Ayahku, apa kakek masih menyimpannya?" Tanya Hu Liena merasa penasaran dengan kotak yang di sebutkan tadi.
"Tentu, aku menyimpannya di sana." Jawab si kakek sambil menunjuk ke arah sebuah lemari tua yang ada di belakang Hu Liena.
Pandangan mata Hu Liena kini menatap lekat lemari tua yang berada di hadapannya.
"Bolehkah aku melihatnya?" Tanyanya sambil menoleh ke arah si kakek.
Setelah mendapat persetujuan, barulah Hu Liena mengulurkan tangan untuk membuka pintu lemari tersebut.
Ceklekk...
Hu Liena membuka pintu lemari dengan perlahan, tangannya bergetar karena merasa ketakutan. Dia tidak pernah membayangkan jika Ayahnya akan berbuat hal sejauh ini demi hidupnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
trussehst
2024-02-17
0
Hasan
buset ayahnya yg dulu datangnya lbh cepat 5rb tahun 😱😱
2023-05-28
2
Hikmah Cahya X
yuuhuuuuuu lanjuttt terusss kak .
semangat sllu
2023-01-29
3