Hu Boqin termenung memikirkan semua perkataan dari Tabib Hong, dengan segala kemungkinan yan ada, bukan mustahil jika ada seseorang yang menaruh dendam kepada keluarganya.
Aagghhh...
Aagghhh...
Terdengar suara Yueqin yang mencoba membuka mulutnya untuk berbicara, tapi karena Hu Liena juga mengunci titik vita suaranya, dia hanya bisa mengeluarkan suara-suara seperti erangan tak jelas dari mulutnya.
Hu Boqin menoleh memperhatikannya, dia mengira jika Yueqin sedang merasa kesakitan karena tidak mengerti dengan ucapannya.
"Tolong periksa dia kembali Tabib, sepertinya dia merasa kesakitan." Pintanya kepada Tabib Hong.
Yueqin ingin menolak dan menjelaskan maksudnya, tapi apa daya dia tidak bisa melakukannya, yang bisa dia lakukan saat ini hanyalah mencoba untuk pasrah setidaknya Hu Boqin mulai memedulikan tentang keadaannya.
Ketika semua orang sedang merasa kebingungan...
Di gerha bunga, ada dua orang yang sedang tertawa bahagia. "Ha-ha ... Nona, anda sangat hebat!" puji Luqiu kepada Hu Liena.
"Tentu saja!" Jawab Hu Liena merasa bangga.
"Tapi saya heran, bagaimana anda bisa melakukannya?" Tanya Luqiu sambil menatap majikannya.
"Itu hanyalah masalah kecil bagiku, kau akan melihat kejutan-kejutan yang lebih besar dari ini lain kali." Jawabnya lagi sambil membusungkan dada. Dengan keahliannya sebagai Tabib genius di markas kemiliteran dulu, yang dia lakukan sekarang ini memanglah belum seberapa.
"Baik Nona! hamba akan menantikannya." Ucap Luqiu bersemangat. Meskipun dia penasaran bagaimana Hu Liena melakukannya, tapi dia merasa antusias menantikan semuanya.
"Tentu saja, kita akan membalas satu-persatu perbuatan mereka kepada kita berdua." Ucap Hu Liena sambil mengepalkan kedua tangannya.
"Um ... anda benar Nona!" Luqiu mengangguk setuju.
tok... tok... tok...
"Nona! Tuan perdana menteri menunggu anda di paviliun utara." Ucap seorang pelayan dari luar.
Bibir Hu Liena sedikit berkedut, dia sudah bisa menebak maksud dari Ayahnya. Dia lalu menjawab ucapan si pelayan. "Baik, aku akan pergi ke sana." Seraya bangkit dari tempat duduknya.
"Nona, bagaimana ini?" Luqiu menjadi panik.
"Tidak apa-apa, lagipula tidak ada bukti yang menunjukkan jika akulah pelakunya." Hu Liena menjawab dengan santainya.
Luqiu seakan mau pingsan mendengar kata-katanya, sejak kapan majikannya akan setenang dan seberani ini pikirnya.
Mereka pun beranjak keluar dan pergi dengan pelayan yang di utus oleh Tuan Perdana Menteri untuk memanggil majikannya bersama dia yang berjalan mengikuti dari belakang.
Hu Boqin menatap putrinya yang kini berdiri di hadapannya, dia menghela nafas beberapa kali untuk mengatasi kecanggungannya.
"Putriku, apa benar kau menemui bibi Yue hari ini?" Tanyanya kepada Hu Liena, dia menyebut Yueqin dengan sebutan bibi karena peraturan di Negaranya tidak membolehkan anak sah dari pernikahan pertama memanggil ibu kepada istri keduanya.
"Benar ayah." Jawabnya.
"Apa kau tahu jika telah terjadi sesuatu kepada bibi Yue?" Tanya Hu Boqin lagi.
"Iya Ayah." Hu Liena mengangguk.
"Lalu, apa kau tahu siapa pelakunya?" Tanya Hu Boqin untuk kesekian kalinya.
"Tidak! Saat aku datang bibi sedang berteriak-teriak meminta untuk di keluarkan dan ketika aku memasuki ruangannya bibi sudah tergeletak di lantai." Jawabnya dengan nada tenang.
Hu Boqin sedikit terkejut dengan ketenangan putrinya, biasanya dia selalu bertindak ceroboh dan kasar ketika dia mencoba mengajaknya untuk berbicara.
"Ini ...," Ucapnya bimbang.
Aagghhh...
Aagghhh...
Yueqin mencoba untuk berbicara meskipun hasilnya sia-sia karena tak satupun kata keluar dari mulutnya. Kemudian Hu Liena pun meliriknya sekilas dan berbicara lagi dengan ayahnya. "Jika tidak ada hal yang ingin di bicarakan lagi, aku permisi Ayah." Ucapnya sambil membalikkan badan dan langsung berjalan pergi.
"Hamba juga permisi Tuan." Tabib Hong yang sedari tadi hanya bisa diam langsung meminta diri untuk bergegas pulang.
Hu Boqin hanya mengangguk tanpa mengucapkan kata apapun, dia masih merasa kaget dengan perubahan yang terjadi atas diri putrinya.
Di halaman, Tabib Hong semakin mempercepat langkah kakinya. "Nona, tunggu!" Teriaknya keras.
Hu Liena menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah sumber suara. "Anda memanggilku?"
Dia mengerutkan alis dan menatap pria yang sedang mendekat ke arahnya, di ingatan si pemilik tubuh tak ada satupun informasi tentang orang yang memanggilnya ini.
"Dia adalah Tabib terkenal di Negara Ying, Nona." Jelas Luqiu yang melihat ekspresi kebingungan di wajah majikannya.
"Ahh ... begitu." Hu Liena menganggukkan kepalanya, dia merasa terbantu dengan informasi yang di berikan oleh Luqiu.
"Nona saya ingin menanyakan sesuatu." Ungkap Tabib Hong yang sudah berada di hadapannya.
"Ahhhh?" Hu Liena mengangkat sebelah alisnya.
Menyadari kecerobohannya, Tabib Hong mengubah perkataannya. "Maksud saya, saya ingin mendiskusikan sesuatu dengan Nona."
"Ohh ... seperti itu." Hu Liena mengangguk tanda mengerti ucapannya.
Tabib Hong merasa lega karena usahanya tidaklah sia-sia, dia kemudian melanjutkan perkataannya. "Iya Nona, hamba ingin mendiskusikan tentang keadaan Nyonya Menteri kepada anda." Jelasnya.
"Apa terjadi sesuatu dengannya?" Hu Liena berpura-pura merasa panik.
Kini, giliran alis Tabib Hong yang berkedut melihat tingkah laku Hu Liena. Sudah jelas-jelas dia yang melakukannya, dia malah berpura-pura tidak mengetahui apa-apa pikir Tabib Hong.
"Ini ... Nona! Sebenarnya saya sudah mengetahui jika anda yang melakukannya." Terang Tabib Hong berusaha menjaga kata-katanya.
"Melakukan apa?" Ekpresi Hu Liena berubah siaga ketika mendengarnya.
"Saya tahu, jika Nona yang melakukan penguncian di titik-titik vital Nyonya Menteri sehingga dia kehilangan kemampuan di beberapa anggota tubuhnya." Jelas Tabib.
"Dari mana anda memiliki keberanian untuk menuduhku seperti itu?" Ucap Hu Liena ketus.
"Saya melihat gerak-gerik mencurigakan anda ketika berbicara dengan Tuan Perdana Menteri, dan anda tidak akan bisa mengelabui saya, karena saya pernah mempelajari ilmu tentang membaca ekspresi di wajah seseorang." Tutur Tabib Hong.
Sungguh merepotkan, orang tua ini sungguh merepotkan. Batin Hu Liena.
"Baiklah, karena anda sudah mengetahuinya. Apa yang akan anda lakukan sekarang?" Tantang Hu Liena, dia akhirnya membuka mulutnya untuk mengetahui niat Tabib Hong sebenarnya.
"Sangat mudah bagi saya untuk melaporkan masalah ini kepada Tuan Perdana Menteri. Tetapi, bukan itu tujuan saya menghentikan anda saat ini."
"Lalu?" Tanya Hu Liena semakin waspada.
"Saya ingin anda mengajarkannya kepada saya." Ucap Tabib Hong mengutarakan keinginannya, sebagai penggila ilmu pengobatan, tentu ini adalah hal langka yang di temuinya dan tentu saja dia harus berusaha untuk bisa mempelajarinya.
"Ini ...," Hu Liena membuka sedikit mulutnya.
Melihat reaksi dari Hu Liena yang seakan ragu untuk menjawabnya, Tabib Hong kembali bersuara. "Tentu jika Nona tidak bersedia, saya akan langsung kembali dan melaporkannya."
"Kau!" Hu Liena terbelalak mendengar perkataan Tabib Hong yang secara paksa meminta dia untuk menuruti keinginannya.
"Hahhhh ...," Hu Liena menghela nafas pasrah.
"Baik-"
"Terima kasih Nona!" Sebelum Hu Liena menyelesaikan kata-katanya, Tabib Hong langsung memotongnya. "Terserah anda saja" Ucap Hu Liena semakin pasrah.
"Baik, saya akan pergi dan mengatur waktu untuk mempelajarinya bersama Nona." Ucap Tabib Hong merasa gembira karena sudah mendapatkan persetujuan dari Hu Liena meskipun dengan sedikit menggunakan trik kotor yang menurutnya lumayan wajar.
"Um!" Hu Liena hanya menjawab malas.
"Saya permisi Nona!" Kata Tabib Hong lagi sambil membungkuk kepadanya.
Setelah melihat Tabib Hong pergi, Luqiu mendekati majikannya. "Bagaimana ini Nona?" Ucap Luqiu cemas.
"Tidak apa-apa, aku bisa mengatasinya." Jawab Hu Liena lalu mengayunkan kakinya berniat melanjutkan perjalanannya.
"DASAR ******! AKU TAHU PASTI KAU LAH PELAKUNYA!" Hardik seorang wanita di belakangnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
trussehat
2024-02-17
0
eva
Hehehehe
2023-07-06
0
Naraa 🌻
Tabib nya sungguh lancang, berani bgt mengancam nonanya
2023-05-04
3