Bab 9 - Sulit

Wanita paru baya itu tersenyum penuh hormat kepada majikan barunya, "Perkenalkan nama saya Alena, Nona. Saya dikirim Tuan Kenzo untuk mengurus semua kebutuhan anda selama hamil."

"Heh, dia kira dengan mengirim seorang pelayan bisa mengurangi susahnya menjalani masa-masa kehamilan apa?" batin Ree, benar-benar tak habis pikir.

"Tapi aku tidak membutuhkanmu, Bibi." Ree tetap berlaku sopan karena mau bagaimanapun wanita yang sekarang berdiri di hadapannya ini berusia lebih tua darinya. Atau bahkan seumuran dengan Liona-sang Mommy.

Tak menghiraukan penolakan Ree, Alena malah semakin melebarkan senyum, "Saya akan tetap bekerja pada anda, Nona. Jika tidak Tuan Kenzo akan marah besar pada saya."

Ree terdiam sejenak. Wanita itu sedang memikirkan kata-kata yang tepat supaya Bibi Alena mengerti. Tapi tiba-tiba Ree teringat sesuatu, "Sebentar Bibi, biarkan aku bertanya dulu."

"Tanyakan saja, Nona. Dengan senang hati saya akan menjawabnya."

"Sebenarnya Kenzo itu siapa?" Ree berharap Alena bisa menjawab semua rasa penasarannya.

Tetapi Bibi Alena terlihat ragu untuk menjawab, "Em Tuan Kenzo.."

"Kenapa Bi? Apa dia seorang mafia yang sangat kejam?" Ree jadi teringat sebuah bacaan novel yang pernah dibacanya.

"Bu-bukan, Nona." Bibi Alena langsung membantah, "Tuan Kenzo itu seorang pengusaha yang bergerak di bidang perkebunan jeruk terbesar di Florida, Nona."

"Florida? Tapi dia bilang kami ada di Negara yang berbeda?"

"Itu karena Tuan Kenzo menetap di London. Dia akan mengunjungi perkebunannya setiap tiga bulan sekali, Nona."

"Seperti apa kehidupannya?" Ree akan terus mengorek informasi dari pelayan yang dikirim oleh Kenzo sendiri.

"Tidak ada yang menarik. Tuan Kenzo tumbuh dibawah asuhan ayahnya. Setahu saya dia sudah tidak memiliki ibu sedari kecil."

"Apa dia orang yang baik?"

"Tuan Kenzo adalah orang yang sangat baik, hanya saja dia adalah type orang yang tidak tersentuh terkecuali keluarganya sendiri. Untuk berhubungan dengan wanita saja beliau tidak ingin."

"Boleh aku tahu kenapa?"

"Saya juga tidak tahu, Nona. Semua orang yang bekerja pada Tuan Kenzo mengira jika Tuan kami itu mengalami penyimpangan seksual tetapi dugaan kami dipatahkan oleh Tuan Kenzo sendiri yang membawa kabar bahagianya. Dia bilang dia akan memiliki seorang anak dan betapa beruntungnya saya karena bisa mengurus pewaris Walter sedari dalam kandungan."

"Dia benar-benar menginginkan anak ini?"

"Dilihat dari wajahnya yang selalu datar dan nampak dingin terdapat satu binar bahagia disaat menyampaikan kabar kehamilan anda Nona. Tuan Kenzo benar-benar menginginkan anak itu."

...---...

Ree mendesahkan nafasnya dengan kasar, dia dihadapkan dengan situasi yang sangat sulit. Antara tetap egois atau tidak.

Padahal Ree bisa langsung menggugurkannya tanpa memikirkan lain-lain. Karena apa untungnya coba jikapun kandungannya tetap ada, setelah lahir nanti bayi ini akan diambil oleh Kenzo. Lebih baik tiada sekarang bukan? Tapi sayangnya pikiran Ree tidak sesempit itu.

"Nona, bagaimana dengan Bibi Alena?"

"Biar saja, bawa dia tinggal bersamamu. Kau tahu bukan di apartemenku tidak ada kamar kosong."

"Baiklah, Nona."

"Sampai kapan mereka memberiku libur?"

"Saya meminta libur sampai besok Nona."

"Baguslah, maafkan aku. Gara-gara aku kau harus mereschedule ulang jadwalku."

"Tidak apa-apa Nona. Kembalilah sehat."

"Mommy tidak menghubungimu kan?"

"Belum, Nona. Mungkin beliau sedang sibuk."

"Aku hanya takut mereka tiba-tiba datang dan mengetahui kondisiku sekarang ini."

"Jika Nona tetap akan mempertahankannya, sudah dipastikan cepat atau lambat mereka akan tahu, Nona."

Ya, pilihan yang harus dipilih oleh Ree semakin sulit saja.