Bab 4 - Biji Kecambah

Ree mengobrak-ngabrik semua barang-barangnya, wanita itu kehilangan satu cincin yang selalu tersemat di jari manisnya. Cincin yang dibelikan sang Daddy untuknya ketika dirinya berulang tahun 5 tahun yang lalu.

"Aku tidak mungkin lupa, kusimpan disini!" gerutunya karena ring kecil itu tak kunjung ketemu. Saat Ree menarik semua bajunya tiba-tiba saja ada dua lembar kertas yang terbang di depannya. Kertas itu tersimpan di sela-sela baju.

Sebenarnya tidak penting tapi Ree tetap mengambilnya, "Ini?"

Pada detik selanjutnya Ree dikejutkan oleh suara dering ponsel, karena tidak terlalu fokus Ree langsung memencet tombol hijau di layar ponselnya. Tanpa sadar kalau yang menghubunginya itu adalah nomor yang tidak dikenal.

"Hallo!"

"Kurasa kau sedang mengingat sesuatu." suara berat seorang pria mulai memenuhi gendang telinga Ree.

Kening wanita itu berkerut, "Oh salah sambung!"

"Hei wait!"

Jika biasanya Ree akan mengabaikan telepon yang tidak jelas tapi entah kenapa kali ini Ree masih menempelkan ponselnya di telinga, "Siapa kau?"

"Kau tidak ingat aku?"

"Ck, dasar tidak berguna. Sudahlah!"

"Oke, sepertinya kau benar-benar melupakan aku."

Hening. Ree tidak menjawab apa-apa.

"Aku akan mengingatkanmu."

Masih hening. Orang yang menghubungi Ree sampai melihat layar ponsel apa panggilannya masih tersambung atau tidak tapi ternyata masih.

"Ku rasa ini harga yang cukup untuk keperawananmu, jaga dirimu baik-baik!"

Deg.

Ree membisu, perkataan orang ini persis seperti tulisan kertas yang saat ini berada di genggamannya.

"Apa kau sudah mengingatku?"

"K-kau?"

"Ya, kau benar!"

"Darimana kau mendapatkan nomor ponselku?"

"Ada yang lebih penting dari nomor ponsel." jawab pria itu santai.

"Apa maumu?"

"Apa biji kecambahnya sudah tumbuh?"

...---...

Ree menggerutu kesal, pekerjaannya hari ini dibayang-bayangi oleh suara seseorang yang menanyakan biji kecambah. Apa maksudnya? Biji kecambah itu yang seperti apa? Ree sudah menanyakan hal itu tapi orang tersebut tidak mau memberitahunya. Bahkan memberitahu perihal namanya pun tidak.

"Kurasa belum, baiklah aku akan menunggunya dengan sabar"

Seperti itu jawabannya. Ini sungguh gila, perihal biji kecambah saja Ree sudah se stress ini.

"Nona, anda baik-baik saja?" tanya Dona, wanita itu baru saja memarkir mobil Rellyn di depan sebuah restoran mewah di pusat kota New York.

"I'm oke." jawab Ree yang langsung turun dari mobil.

Dona mengekor langkah Nonanya menuju ke ruangan VVIP. Restoran ini selalu ramai, oleh karena itu Dona harus mereservasinya terlebih dahulu sebelum datang.

"Nona ingin makan apa?" tanya Dona seraya menyodorkan menu makanan.

"Seharusnya kau tidak perlu bertanya. Kau jelas tahu makananku yang seperti apa!" cetus Ree yang akhir-akhir ini sering marah tidak jelas.

"Ah iya." Dona menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Selesai dengan makanannya Ree langsung berdiri dan meninggalkan Dona yang masih belum menghabiskan makanannya.

Asisten Ree itu mulai kebingungan, dia baru memakan setengah tapi Ree sudah selesai duluan dan mau tidak mau Dona harus merelakan makanan lezatnya itu dan menyusul sang Nona yang ternyata sudah duduk manis di dalam mobil.

"Maaf menunggu, Nona."

"Kau sudah selesai makan?" tanya Ree yang saat itu sedang asyik bermain ponsel.

"Em sebenarnya belum."

"Lalu kenapa kau kemari?"

"Tidak apa-apa, Nona."

"Ck, kau ini sadar tidak? Uang yang digunakan untuk membeli makanan itu adalah hasil dari tenagaku tapi kau tidak menghargainya sama sekali!" cetus Ree dengan suara judesnya.

Lagi-lagi Dona hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***