Bab 6

"Sudah jadi kuduga pendengaranmu itu memang terganggu," ucap Zayan.

"Oh ya ampun, aku jadi bertanya-tanya apa kau memang benar-benar orang yang tadi pagi aku lihat." Zaira sampai menggeleng-gelengkan kepalanya karena ia orang yang tadi ia lihat sangatlah berbeda.

"Memangnya kau tadi disini saat aku membeli bunga?" tanya Zayan.

"Isshh, tentu saja aku berada di sini Bahkan aku tadi pagi berada tepat di sampingmu," jelas Zaira.

"Benarkah, tapi kenapa Aku tidak melihatmu ya. Ehh astaga, aku lupa. Kau kan pendek," ucap Zayan Sambil tertawa terbahak-bahak, ia sangat suka melihat wajah Zaira yang terlihat sangat kesal.

"Sudahlah, sebaiknya kau tutup mulutmu itu, menyesal aku sudah mengagumimu tadi pagi. Aku pikir kau adalah pria yang baik dan mempunyai sopan santun. Ternyata kalau adalah pria yang sebaliknya, jika kau bicara mulutmu itu terdengar seperti petasan, sangat menyebalkan!"

"Woooww ... woooww jadi kau mengagumiku tadi? Astaga, aku sangat terharu. Tapi maaf Nona, kau bukan tipeku. Aduh kau itu terlalu apa yah... Sudahlah aku tidak mau jujur, aku takut kau tersungging. Ehh salah tapi tersinggung ... " Zayan malah semakin tertawa melihat ke arah Zaira.

"Astaga, ya Tuhan... segeralah usir makhluk ini dari hadapanku. Tapi nanti setelah makhluk jelek ini membeli bungaku," gumam Zaira tapi masih terdengar jelas oleh Zayan.

"Makhluk jelek, makhluk jelek yang kau kagumi begitu? Ahh sudahlah mengaku saja kalau kau menyukaiku," goda Zayan. Entahlah Kenapa Zayan sangat begitu suka menggoda gadis yang galak ini, melihat wajahnya yang kesal menjadi hiburan tersendiri untuk Zayan.

"Sudahlah kau mau beli bunga apa?" ketus Zaira.

"Bunga yang tadi pagi," jawab Zayan.

"Ckk ... tunggu sebentar," ucap Zaira.

"Baiklah, maniissss,", jawab Zayan.

"Astaga aku ingin sekali mencekik pria ini," gumam Zaira. Zaira pun kemudian menyiapkan bunga yang akan dibeli oleh Zayan. Setelah semuanya beres Zaira pun kemudian memberikan pesanan bunga itu kepada Zayan.

"Ini ambillah," ucap Zaira tidak ada manis-manisnya seperti air murni dari pegunungan.

"Baiklah, terima kasih ini uangnya," Zayan pun memberikan beberapa lembar uang pada Zaira.

"Hei ini kebanyakan, bungaku tidak semahal itu."

"Ambil saja kembaliannya untukmu. Dompetku tidak muat untuk menyimpan uang,"

"Dasar sombong,"

"Aku ini dermawan bukan sombong," bantah Zayan, ia memang selalu memberikan uang lebih pada setiap pedagang yang ia beli barangnya.

"Baiklah karena kau baik, aku juga akan memberikan bonus bunga untukmu. Apa kau mau?" tanya Zaira.

"Baiklah, tapi bunga apa ya tolong rekomendasikan bunga yang cocok untukku." ucap Zayan.

"Emmm, bagaimana kalau bunga Kamboja," ucap Zaira. Zayan yang asalnya tersenyum pun menjadi cemberut kesal.

"Apa! oh astaga aku ini masih hidup dasar gadis menyebalkan." ketus Zayan dan Zaira pun tertawa.

"Baiklah maaf ... maaf, ini bunga untukmu." Zaira memberikan beberapa tangkai bunga mawar merah yang indah pada Zayan. Zayan pun tersenyum saat dan mengambilnya.

"Terimakasih, akan aku pikir - pikir ungkapan cinta darimu ya..." jawab Zayan sambil tertawa renyah. Mendengar ucapan Zayan Zaira baru paham jika bunga mawar memang untuk mengungkapkan rasa cinta seseorang. Astaga Zaira sangat malu karena ia tidak bermaksud seperti itu. Ia hanya menganggap jika bunga mawar merah adalah bunga yang sangat indah. Dan itu hanya ungkapan rasa terima kasihnya pada Zayan karena sudah memberikan uang lebih padanya. Dan uang itu sangat berharga untuk Zaira.