•P.P.H-Bab9-•

"Emmhh!!.." Alice terus memberontak dan memukuli punggung Theo saat tangan pria itu mulai meraba inti nya.

"Siall, rasanya sangat candu!" Geram Theo dalam hati.

Theo benar-benar tidak ingin menghentikan kegiatan nya dan ingin segera mengeluarkan bisa ular nya di dalam rumah milik Alice.

Srek!

Dalam sekali tarikan penutup segitiga itu di tarik oleh Theo bersamaan dengan ciuman nya yang turun ke leher Alice.

"Theo sadar lah!" Pekik Alice dengan suara dan tenaganya yang menjambak rambut Theo.

"Shhh.." Theo meringis dengan kepala yang sudah terangkat dan menatap sayu Alice.

"Kamu benar-benar menganggu kesenangan ku, baby girl" Serak Theo menarik paksa tangan Alice yang menjambak rambutnya.

Plak!

Tamparan sangat keras dan suaranya cukup kencang itu berhasil menandingi deru napas berat kedua nya di dalam mobil tersebut.

"Gila! Tidak waras!" Maki Alice.

Tangan kecil itu mencoba mendorong tubuh Theo agar bangkit dari atas tubuhnya, tetapi Theo hanya diam tidak bergeming sedikit pun.

"Kamu benar-benar mengerikan hikss, menjauh!" Isak Alice yang sedari tadi sudah meneteskan air matanya.

"Pertama kali nya aku di tampar orang seseorang" Ujar Theo, tatapan sayu itu telah berubah menjadi tatapan iblis.

"Dan lebih parah nya kamu yang menamparku, sialan!" Theo mencengkram dagu Alice hingga gadis itu memekik kesakitan.

"Ini salah mu, kenapa kamu melakukan hal ini padaku hikss. Lepaskan erghh!" Erang Alice menahan tangan Theo.

Tanpa aba-aba wajah Theo kembali mendekati dan sedetik kemudian kembali menerjang bibir Alice, namun kali ini pria itu mengigit nya hingga berdarah.

"Erghh!.." Erang tertahan Alice mencoba memberontak.

.

.

"Diam disini dan tidur!" Tegas Theo yang baru saja membaringkan tubuh Alice pada kasur king size miliknya.

Alice hanya terdiam enggan menatap wajah Theo sedikit pun, bibir gadis itu membengkak dan masih mengeluarkan darah segar nya.

Penampilan nya sangat kacau, untung saja jika malam di rumah besar milik Theo ini para pelayan sudah kembali ke rumah belakang dan hanya ada beberapa penjaga saja.

"Kamu mendengar apa yang aku ucapkan, honey?" Tanya Theo mengunci tatapan Alice.

"Menjijikan.." Gumam Alice hendak mengalihkan tatapan nya.

"Bicara apa barusan?" Tekan Theo kembali mencengkram dagu Caren.

"Anda menjijikan Mr.Oliver, sangat menjijikan!" Teriak Alice di depan wajah Theo membuat pria itu memejamkan matanya menahan emosi.

Setelah membuka kembali mata nya, hal pertama yang Theo lakukan adalah mengecup hidung mancung Alice lalu melepaskan cengkraman nya.

"Tidur lah dan jangan mencoba untuk kabur karena di luar sana banyak binatang buas yang siap menerkam mu" Bisik Theo menepuk-nepuk kepala Alice.

Setelahnya pria itu langsung menegakkan tubuhnya dan menatap sekilas Alice lalu meninggalkan kamar itu, menyisakan Alice yang terdiam.

"Sebenarnya seperti apa dia?" Batin Alice menatap pintu kamar yang tertutup.

.

.

.

Di lain sisi, dengan emosi menggebu dan dahaga yang begitu membuat tenggorokan nya sakit. Saat ini Theo tengah menj*lati darah yang ada di ujung pisau kecil kesayangan nya.

"Aku mohon erghh, Apapun yang kau inginkan akan aku berikan tetapi lepaskan aku erghh!!" Erang kesakitan seorang wanita dengan pakaian kurang bahan nya.

Theo terkekeh sinis lalu menempelkan pisau kecil nya pada pipi wanita itu. "Aku memiliki segalanya, Bit'ch. Yang aku mau hanya nyawa mu hahaha" Ujarnya dengan tawa menyeramkan.

"Ti-tidak, jangan shhh.."

Theo mengentikan goresan pisau kecil nya pada pipi wanita itu, lalu beralih menatap mata wanita di hadapan nya.

"Kenapa akhir-akhir ini darah kalian sangat pahit? Apa kalian mengkonsumsi sesuatu yang baru?"

Wanita itu menggeleng pelan, ia sangat tidak mengerti dengan ucapan Theo barusan.

"Emm.. Apa karena aku sudah kecanduan dengan darah manis gadis kecil ku?"

"A-aku tidak tahu, le-lebih baik kau lakukan hal ini pada gadis kecil mu erghh!" Erang terbata-bata wanita itu.

"Bodoh!" Maki kesal Theo menusuk pipi wanita itu.

"Arghhhh!!"

"Ucapan mu sangat tidak masuk akal, bit'ch. Dia calon istriku dan sekarang dia menjadi tanggung jawabku!" Geram Theo semakin menekan pisau nya.

Sebisa mungkin wanita itu menahan tangan Theo, ingin memberontak pun ia sudah kalah telak. Pasalnya kaki wanita itu di duduki oleh Theo.

Srett~

"Erghhhh!"

Lagi-lagi pekikan wanita itu mengisi hening nya gang sempit yang begitu gelap saat pisau kecil di pipinya bergeser merobek pipi nya.

"Mulut sialan ini harus sobek hahaha"

Srekk.. Srekkk!..

Berhasil sudah! Kini pipi hingga bibir wanita itu terbelah dua dengan darah yang terus mengalir.

"Sangat membosankan!" Theo berdiri dengan mengeluarkan sesuatu di balik saku jas nya..

Dor!

Dor!

Dor!

Tiga tembakan menggelegar itu berhasil membuat darah sang wanita berhamburan kemana-mana termasuk mengotori pakaian Theo.

"Siall, Steven!" Pekik tertahan Theo.

Steven yang tadi nya berjaga pun kini mulai mendekati sang boss dengan pisau yang cukup besar di tangan nya.

"Apa harga ginjal sedang naik?" Tanya Theo mengambil alis pisau di Steven.

"Benar boss, terlebih lagi jika ginjalnya sehat dan bersih" Sahut Steven.

"Bagaimana dengan organ lain nya?" Tanya Theo yang mulai menyayat kulit wanita tersebut

"Harga nya masih sama seperti biasanya boss"

"Ck, sudahlah! Siapkan tempat nya!"

Setelah mengucapkan hal tersebut, pisau yang biasanya digunakan untuk memotong daging. Kini langsung menghantam tubuh wanita tersebut.

...****************...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***