"Diam atau saya bunuh kekasih anda, nona Alice" Ancam Theo penuh tekanan.
Saat itu juga Alice di buat susah menelan salivanya sendiri. "Ka-kamu tau?" Tanya gugup Alice.
"Kamu berbohong gadis lemah!"
"Jelas-jelas kamu tidak mempunyai kekasih, namun lebih tepatnya seorang sahabat.. Dom Zhiovan"
"Anak kedua Mr.Zhiovan, seorang pengusaha tekstil" Bisik Theo dengan nada sulit diartikan nya.
"Jangan, jangan apa-apakan dia!"
Theo tidak menjawab dan terus melangkah meninggalkan ruangan itu, tentu nya dengan Alice yang masih berada di gendongan ala koala pria berjambang tipis itu.
.
.
"Di minum dulu, Theo. Dan maafkan Mommy karena merepotkan mu" Ujar Giselle-- Mommy Alice seraya duduk disamping anak nya.
"Tidak masalah Mom, sudah kewajiban aku untuk menjemput Calon Istri-ku yang baru saja keluar dari rumah sakit" Tutur lembut Theo menyahuti ucapan Giselle.
Mendengar hal itu Giselle terkekeh. "Mom kira kamu akan menolak Alice tapi ternyata sepertinya kalian sudah saling dekat ya?"
Theo tersenyum dan mengangguk pelan, mata nya terfokus pada Alice yang sedari tadi membuang pandangan nya.
"Kamu gimana, masih ada yang sakit sayang?" Tanya Giselle beralih menatap Alice.
"Tidak Mom"
"Bagus lah, jadi acara pertunangan nya bisa segera kita lakukan"
"Mom" Alice menatap serius wajah Giselle yang saat ini tengah tersenyum begitu bahagia.
"Kenapa hmm?"
"Aku--"
"Maaf Mom, Theo menyela. Jika boleh Theo ingin mengajak Alice jalan-jalan" Potong Theo.
"Jalan-jalan?" Ulang Giselle yang langsung mendapat anggukan dari Theo.
"Tentu boleh dong!"
"Mom.." Alice menarik-narik pelan lengan baju sang Mommy sebagai penolakan.
"Gapapa sayang, malah lebih baik jika kalian terus bersama hingga terbiasa nanti nya"
"Tapi aku.." Alice memijat kening nya membuat Giselle menatap khawatir dirinya.
"Kenapa? Kamu pusing?"
Sejenak Alice terdiam hingga akhirnya gadis itu mengangguk. "Iya Mom, kepala aku pusing. Aku ingin istirahat"
"Astaga baiklah.. Kamu istirahat saja 'ya"
Giselle mengusap-usap punggung putri nya dengan raut khawatir. Alice adalah harta karun keluarga mereka bahkan kejadian beberapa hari sangat memukul hati Giselle.
"Sepertinya jalan-jalan hari ini di tunda dulu 'ya Theo" Ujar tak enak Giselle
"Tidak apa Mom, lain kali saja" Jawab Theo seraya bangun dari posisi nya dan berjalan mendekati kedua perempuan itu.
"Ayo aku bantu ke kamar" Theo mengulurkan tangan nya di hadapan Alice dan menatap gadis di hadapan nya begitu dalam.
"Tidak perlu, aku bisa di bantu Mommy" Tolak Alice.
"Lebih baik kamu di bantu dengan Theo saja, Mom takut saat di tangga nanti tiba-tiba kamu pingsan" Kilah Giselle seraya berdiri.
"Mom.."
"Sama Theo aja 'ya. Mom mau buat cemilan kesukaan kamu"
Setelah mengucapkan itu, Giselle langsung melesat pergi meninggalkan putri kesayangan nya dengan calon menantu idaman nya.
Brugh!
Tiba-tiba saja Theo menubruk dan mengurung tubuh Alice saat punggung Giselle tak lagi terlihat.
"Kamu!!" Sentak tertahan Alice dengan mata melotot seraya mendorong tubuh Theo.
"Aku peringatkan sekali lagi, jangan pernah berniat untuk membatalkan perjodohan ini" Ucap menekan Theo. "Kita sudah di jodoh kan sedari kamu masih menjadi janin!" Lanjutnya.
"Persetanan dengan perjodohan!" Alice mendorong tubuh Theo sekuat tenaga hingga akhirnya tubuh pria itu tersingkir.
"Alice Adonios.."
"Jangan ikuti aku, dan kembali ke asal mu!"
Setelah nya Alice pun langsung melangkah begitu cepat untuk menghindari Theo, namun gerakan nya masih kalah cepat dengan Theo yang sudah mengangkat tubuh nya.
"Hei! Turunkan!" Pekik tertahan Alice.
"Akan aku turunkan di dalam kamar, baby girl"
Theo langsung melangkah menaiki satu persatu anak tangga dengan Alice yang berada di gendongan ala bridal style nya.
Sedangkan di balik tembok sana, Giselle tengah terkekeh gemas melihat kedua nya. Apalagi saat tadi Theo menubruk tubuh Alice.
"Sepertinya aku akan segera mendapatkan cucu" Gumam Giselle dengan kekehan nya.
.
Brugh!
"Awsttt.." Rintih kesakitan Alice seraya mengusap kepalanya yang terbentur kepala kasur.
Dengan begitu kasar nya pria dengan tatapan mendominasi itu langsung melemparkan tubuh Alice ke atas kasur.
Cklik~ Cklik~
Theo mengunci kamar Alice dan mencabut kuncinya membuat Alice melotot menatap nya.
"Kau--"
"Mata mu mau di pisahkan dari tempat nya hmm?" Potong lembut Theo yang tidak suka di pelototi oleh Alice.
Sedetik kemudian Alice langsung mengedipkan matanya dan beranjak dari posisi nya.
"Kembalikan kunci kamar ku!" Pinta Alice.
"Tidak"
"Kembalikan dan keluar dari kamar ku!" Ulang Alice dengan nada yang meninggi.
Secepat kilat Theo merengkuh pinggang Alice hingga tubuh kedua nya menempel tanpa jarak sedikit pun.
"Jangan pernah meninggikan nada bicaramu padaku, baby girl"
"Lepaskan!" Sentak Alice memukuli dada Theo.
"Aku bilang jangan meninggikan nada bicaramu!"
Theo mencengkram pinggang Alice hingga gadis itu memekik kesakitan dengan tubuh yang melengkung mencoba menahan sakit.
"Sa-sakit shhh.." Ringis pelan Alice.
"Kamu memang perlu dikasari agar sopan kepada ku"
Alice menggeleng pelan, cengkraman di pinggang nya semakin kuat dan tanpa bisa di tahan air matanya langsung menetes.
Theo mendorong tubuh Alice hingga kembali terbaring di kasur, dan tentu nya pria itu langsung menindih nya.
"Ingat, aku tidak mencintai mu. Tidak" Peringat Theo. Tangan nya pun masih mencengkram pinggang Alice.
"Jika tidak mencintai ku, lalu kenapa kamu tidak mau membatalkan perjodohan konyol ini hikss" Isak pelan Alice.
"Kamu mengetahui rahasia terbesar ku, maka dari itu kamu tidak akan bisa lepas dari genggaman ku"
"Aku sudah berjanji tidak akan berbicara dengan siapapun, dan kenapa kamu tidak membunuh ku saja!"
Mendengar ucapan terakhir Alice membuat Theo tertawa. Bukan tawa bahagia melainkan tawa menyeramkan bak sebuah ancaman.
"Rasa darah mu sangat berbeda, gadis cengeng. Dan tentu nya aku tidak akan membunuh mu dengan cepat" Bisik berat Theo.
"Brengsek hikss.." Maki tertahan Alice mencoba melepaskan cengkraman Theo.
"Kita sudah di takdirkan untuk bersama, baby girl. Bersama dalam kegilaan ini hahaha" Seru bahagia Theo.
Alice semakin terisak dalam diam. Ingin berteriak pun percuma karena peredam suara di kamar nya sedang aktif, jadi tidak mungkin orang di luar sana mendengar teriakan nya.
"Apakah aku bisa mengubah takdir itu?" Gumam nya bergetar.
Kesadaran nya perlahan menghilang, meninggalkan Theo yang masih asik tertawa bersama ulah gila nya.
Tubuh Alice benar-benar tidak bisa menerima semua perlakukan Theo, napasnya sesak hingga akhirnya gadis itu kembali tidak sadarkan diri.
"Cih, bagaimana mungkin aku harus terikat perjodohan bodoh itu bersama gadis lemah seperti mu?" Decih kesal Theo.
Pria itu tentu tahu bahwa saat ini Alice tidak sadarkan diri, namun Theo sama sekali tidak panik. Tetapi malah menindih sepenuh nya tubuh Alice dan mengusap pipi calon istri nya itu.
"Aku penasaran dengan reaksi orang tua mu saat tau bahwa putri kesayangan nya malah di siksa oleh ku, hahaha"
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Diana diana
kejadian apa sebenarY yg bikin Theo jadi kayak gini ya . .
2024-08-29
0
Ririn Nursisminingsih
lama2 bucin kmu theo..
2024-07-30
0
Dede Dahlia
theo bener² psiko gila 🤭
2023-09-16
1