Possessive Psychopath Husband
📍Milan, Italia. alle 02:20
Disebuah jalan sempit dengan penerangan cahaya yang begitu minim. Terdengar suara tembakan yang begitu menggelegar di jalan sepi tersebut.
Dorr.. Dorr.. Dorr..
"Berhenti!" Geram seorang pria dengan nada dingin nya.
Dorr.. Dorr.. Dorr..
Pria itu terus mengarahkan pistol di tangan nya pada seorang perempuan yang tengah berlari terseok-seok di depan nya.
Dorr!
Satu tembakan terakhir berhasil mengenai kaki perempuan itu. Membuat perempuan tersebut langsung terguling.
"AARRGHH!!" Teriak perempuan itu kesakitan.
Melihat hal itu, pria tersebut menyeringai seraya berjalan mendekati perempuan itu yang sedang berusaha bangun.
"To-tolong lepaskan aku.." Lirih perempuan tersebut bergetar ketakutan.
Pria itu berdiri tepat dihadapan gadis tersebut, kemudian berjongkok dan mencengkram dagu nya.
"Apa saja yang kamu lihat, gadis kecil?" Tanya pria itu dengan nada dingin nya.
"A-aku tidak melihat apapun, erghh!!" Perempuan itu mengerang kesakitan saat merasakan cengkraman di dagu nya semakin kuat.
"Benarkah?"
Perempuan itu langsung mengangguk-angguk kan kepalanya dengan air mata yang terus berjatuhan.
"Lalu kamu pikir aku percaya?"
Perempuan itu kembali mengangguk lalu sedetik kemudian menggeleng kan kepalanya. Tatapan pria di hadapan nya sangat menyeramkan.
"Boss" Panggil salah satu pria berbaju hitam yang baru saja datang.
"Katakan!"
"Alice Adonios, anak tunggal dari Mr.Jeon Adonios dan Mrs.Alesya Adonios"
Deg!
Jantung perempuan itu rasanya berhenti berdetak saat identitas nya baru saja di sebutkan.
Pria dihadapan nya terlihat menyunggingkan senyuman sebelum akhirnya pria itu mengibaskan tangan nya, memerintahkan pria berbaju hitam itu untuk pergi.
"Ba-bagaimana kamu mengetahui nya"
"Hebat bukan?" Ujar pria tersebut. "Dalam hitungan menit aku sudah berhasil menemukan identitas mu" Sambung nya.
Alice meringis kesakitan kala pria dihadapan nya menekan luka tembak pada kakinya, dimana peluru masih menyarang.
"Arrghh! Lepaskan!!"
Teriakan penuh kesakitan itu tidak berarti apa-apa untuk pria gila yang saat ini terus menekan luka di kaki Alice. Tangan pria itu terangkat memperlihatkan tangan nya yang sudah di penuhi darah Alice.
"Aroma darah mu sangat berbeda dengan yang lain" Ujar nya.
Setelah mengucapkan itu, pria tersebut langsung menjiilati jari-jari nya yang di penuhi darah Alice. Terlihat wajah menyeramkan itu sangat menikmati nya.
"Benar dugaan ku! Dari aroma nya saja sudah berbeda" Gumam nya kemudian menatap mata Alice.
"Boleh aku mencicipi darah mu yang begitu manis lebih banyak lagi?" Tanya nya semakin menekan luka di kaki Alice.
"Arrghh!! Tidak, lepaskan psikopat gilaa!!"
Alice mencoba memberontak untuk melepaskan tubuh nya dari kungkungan pria dihadapan nya. Tetapi yang terjadi malah Alice mendapatkan gigitan tidak manusiawi pada leher nya.
"AARRGHH!!" Teriak kesakitan Alice saat pria itu mengigit leher nya.
Terdengar suara tegukan dimana pria itu meneguk darah yang keluar dari leher Alice. Menghiisap dan meneguk nya begitu rakus.
"Sakit erghh! Lepaskan!"
Alice kembali memberontak dan memukuli punggung pria itu, namun secepat kilat kedua tangan nya di cekal.
Hingga beberapa saat kemudian pria itu tak lagi merasakan gerakan memberontak dari Alice, lantas ia menghentikan kegiatan nya.
"Ck, dasar lemah!"
Pria itu menghempaskan tubuh Alice begitu saja dan menjiilati sisa darah Alice yang ada di tangan nya.
"Kalian, bawa dia ke rumah sakit" Titah dingin pria itu menatap parah bawahan nya.
"Habiskan nyawanya di rumah sakit, boss?" Tanya salah satu bawahan pria tersebut untuk memastikan.
"Bawa dia dan obati, buat perempuan itu menutup rapat mulutnya!"
"Kenapa tidak di bunuh saja? Biasanya kau akan langsung membunuh mangsa mu, Theo" Ujar seorang pria yang baru saja datang.
Theo berdecak kesal lantas menatap tajam para bawahan nya untuk segera bergerak.
Mereka yang mengerti pun langsung mengangkat tubuh Alice dan pergi menyisakan beberapa orang yang tentunya bertugas membersihkan tempat itu.
"Aku kira kau sudah mati, Stev" Sinis Theo melepaskan jas nya yang berlumuran darah lalu melemparkan nya pada wajah Steven.
"Apa kau lupa, aku baru saja membereskan jejak korban mu sebelumnya?!"
Theo terkekeh beberapa saat hingga akhirnya pria itu merangkul bahu Steven.
"Baiklah ayo kita pulang, malam ini aku sudah puas"
"Tunggu, kenapa kau tidak membunuh perempuan tadi?" Tanya bingung Steven. "Dia melihat dengan jelas kejadian sebelum nya"
"Malas"
Steven mengernyit bingung mendengar jawaban singkat dari boss-nya ini.
"Malas? Lalu bagaimana jika di membuka mulut dan melapor?" Ujar Steven sedikit memekik.
Theo memejamkan mata nya seraya mengusap telinga nya yang terasa berdengung akibat pekikan Steven tepat disamping nya.
"Kau benar-benar ingin mati malam ini, Steven?"
"Astaga tidak-tidak. Aku belum menikah" Steven menjauh dan menatap tak percaya wajah Theo. "Jadi kali ini kau menyelamatkan nyawanya?" Lanjutnya
Theo mengangguk dan mulai berjalan. Dengan cepat Steven mengejar nya dan berjalan disamping Theo.
"Kenapa? Apa kau menyukai nya" Tanya Steven.
"Ck, tentu saja tidak"
"Lalu kenapa tidak di bunuh saja seperti korban-korban lain nya?"
"Darah nya berbeda, dan mungkin aku masih ingin mencicipi nya lagi"
"Apa kau bodoh? Bagaimana bisa kau berniat ingin mencicipi nya lagi!" Steven kembali memekik kesal.
Dugh! Theo menendang kaki Steven cukup kuat karena respon pria itu
"Untuk masalah ini, aku akan pastikan setelah ini dia akan tunduk padaku!"
Theo kembali berjalan dan meninggalkan Steven yang tengah meringis kesakitan.
.
Tepat pukul tiga pagi Theo baru saja sampai di rumah nya. Dengan langkah santai nya Theo memasuki rumah besar yang ia tempati sendiri.
Tetapi tiba-tiba suara bariton penuh penekanan bersamaan dengan lampu ruangan yang menyala semua, membuat Theo membeku di tempat.
"Dari mana saja anda, Mr.Oliver?" Tanya dingin seorang pria yang berjalan menghampiri Theo.
"Pa-papa" Gumam Theo kaget.
"Lagi?" Tanya Jhon dengan mata yang terfokus pada kemeja Theo.
Lantas Theo menunduk menatap penampilan nya, seketika ia mendesis menggerutuki kecerobohan nya.
"Kali ini berapa orang? Lima, sepuluh, atau lebih?" Tanya Jhon lagi.
Theo terdiam menatap sang Papa yang terlihat sangat marah. Pasal nya Jhon memang sudah mengetahui siapa Theo sebenarnya dan beberapa kali Jhon memergoki nya.
Namun tidak dengan sang Mama yang sampai sekarang belum mengetahui identitas lain di dalam diri Theo.
"Jawab, Mr.Oliver!" Jhon menepuk-nepuk pipi Theo yang hanya terdiam.
Cukup lama mereka hanya saling beradu tatapan, hingga akhirnya Jhon kembali mengeluarkan suara nya.
"Ini yang terakhir kali nya, atau Papa akan memberitahu hal ini pada Mama mu!" Tegas Theo.
"Apa maksud Papa?!"
"Maksud Papa, hentikan kegilaan ini. Sebentar lagi kamu akan menikah dan jangan sampai kamu melukai istri mu, Theo!"
"Aku tidak peduli, lagi pula aku tidak minta untuk di nikahkan" Sahut acuh Theo seraya kembali berjalan.
"Baiklah, bersiap untuk menerima kabar dari Mama mu pagi ini!"
Theo menghentikan langkah nya dan berbalik menatap kesal sang Papa.
"Jangan mengancam ku menggunakan Mama!"
"Papa tidak peduli" Kini bergantian, Jhon lah yang berbalik dan pergi keluar dari rumah besar milik sang anak.
"Arghh Papa! baiklah aku akan berhenti!" Erang kesal Theo mengacak-acak rambutnya.
...****************...
Jumpa lagi di new karya aku, apa kalian masih stay?
Kali ini aku mau buat kisah cinta bercampur darah yang di nikmat Mr.Psikopat yang begitu Hot ini..
Bastian Theo Oliver
Tokoh visual hanya bayangan author semata, jika kurang memuaskan silahkan bayangkan sesuai imajinasi kalian masing-masing😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Diana diana
aku balik lagi , ini untuk yg ketiga kalinya kalo gak salah . . hahahaha
2024-08-29
0
Virgo Girl
Kurang sangar utk seorang sayko😆
2024-03-08
0
Virgo Girl
Sudah sy angkat dirimu mjd salah satu author idolaku ❤😆
2024-03-08
0