Begitu sampai dihadapan sang Mama, Dito segera memberi salam dan memberi pelukan kepada Mamanya.
"Kamu kog kurusan begini sih? Gak pernah makan ya?" tanya Bu Anya sambil menggandeng Dito untuk diajak ke ruang makan karena disana sudah disiapkan makan malam.
"Kurus gimana sih Ma? Ini masih stabil, jangan gemuk-gemuk lah." jawab Dito, karena memang dia merasa bahwa tubuhnya ideal.
"Pokoknya kamu harus makan yang banyak." ucap Bu Anya tanpa mau disanggah oleh Dito.
"Iya." jawab Dito singkat, karena memang hanya jawaban itu yang wajib diberikan kepada sang Mama. Karena jika tidak Mamanya akan terus berbicara tanpa bisa dicegah oleh siapapun.
Begitu sampai di ruang makan disana sudah ada Pak Bagas, sang papa.
"Malam Pah." sapa Dito sambil menyalami Pak Bagas.
"Malam." jawab Pak Bagas singkat.
Kemudian Dito dan Bu Anya segera duduk dikursi mereka masing-masing. Dan Bu Anya segera mengambilkan makanan untuk suaminya tentu saja Dito juga diambilkan.
Mereka makan dengan tenang, layaknya keluarga yang harmonis. Mereka sambil bercerita-cerita ringan tentang kegiatan Dito selama tinggal di apartemen.
30 menit berlalu, mereka selesai makan malam dan saat ini sedang berkumpul diruang keluarga.
"Gimana cafe kamu Dito?" tanya Pak Bagas sambil memakan camilan yang selalu tersedia dirumah mereka.
Dito yang saat itu sedang fokus dengan ponselnya pun segera menoleh untuk melihat sang Papa.
"Baik Pah, semuanya lancar." jawab Dito sambil mematikan ponsel dan menaruh disaku celananya.
Karena dia merasa bahwa sedang berbicara dengan orang tua maka untuk sementara dia tidak memainkan ponsel terlebih dahulu.
"Tapi besok mau ketemu Kelvin Pah, dia mau Dito jadi investor di cafe nya." lanjut Dito sambil ikut memakan camilan di dalam toples.
"Gimana menurut Papa?" tanya Dito meminta pendapat kepada Pak Bagas.
"Ya kalau kamu bisa melihat peluang disana kenapa tidak? Kan kamu yang selama ini tahu bagaimana soal cafe." jawab Pak Bagas dengan bijak.
Beliau tidak menyuruh atau pun menentang keputusan Dito. Tetapi Pak Bagas ingin Dito belajar sendiri dalam mengambil keputusan apapun hasilnya nanti. Meskipun begitu Pak Bagas tidak akan tinggal diam, beliau tetap memantau tanpa sepengetahuan Dito.
Dito hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Papanya.
"Trus kapan kamu mau menikah Dito?" tanya Bu Anya yang baru saja bergabung dengan mereka sambil membawa nampan berisi minuman untuk Pak Bagas dan Dito.
Setelah menaruh diatas meja Bu Anya segera duduk disebelah suaminya.
"Ma.." lirih Pak Bagas sambil memegang lengan istrinya yang duduk disampingnya. Pak Bagas berusaha mengingatkan istrinya supaya tidak membahas hal itu dulu.
Karena sebelum-sebelumnya ketika mereka membahas soal pernikahan maka Dito akan marah. Pengalaman Dito yang pernah mencintai seorang wanita bahkan rela melakukan apa saja untuknya, istilah jaman sekarang adalah Dito terlalu bucin tetapi semuanya dibalas dengan pengkhianatan oleh sang pacar dengan cara berselingkuh bahkan hamil diluar nikah dengan teman kerjanya.
Semenjak kejadian itu Dito jadi membatasi diri dengan wanita, bahkan sampai mengecap bahwa semua wanita sama saja. Sehingga sampai detik ini Dito belum juga bisa membuka hatinya kembali. Bahkan Dito terkenal jika dengan seorang wanita dia akan menjadi batu es yang begitu dingin.
Karena hal itulah jika kedua orang tuanya menyuruhnya untuk segera menikah, dia akan sangat marah karena berpikir bahwa kedua orang tuanya tidak mengerti dengan keadaannya yang masih kecewa terlalu dalam.
...****************...
Terus minta semangatnya donk kak 🥰
Like, komen dan hadiah jangan lupa 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments