Jangankan tabungan, gaji selama satu bulan sudah cukup untuk menutup kebutuhan saja sudah luar biasa bersyukurnya. Tabungan yang bersisa hanya satu, tabungan yang khusus aku peruntukan untuk persiapan biaya kuliah Ipul kelak.
Saat ini seluruh tabungan terkuras habis untuk biaya rumah sakit Mbah beberapa waktu yang lalu.
Malam itu aku terjaga tidak dapat memejamkan mata hingga pukul dua dini hari. Seluruh pekerjaanku baru selesai ku selesaikan pukul dua belas malam.
Pikiran dan tenagaku terlalu penat berkelana ke mana-mana memikirkan kondisi mbah yang tak kunjung membaik di tambah pengeluaran tambahan untuk biaya pengobatan dan perawatan mbah.
Sejak mbah sakit aku mengambil pekerjaan lebih untuk mendapat penghasilan tambahan, selain lembur di kantor yang mengharuskan aku pulang pukul tujuh malam aku juga mengambil beberapa freelance untuk membuat jasa desain produk dari beberapa percetakan. Tentu hal ini membuatku begadang dan begitu lelahnya.
Meskipun penat dan lelah kurasa tapi mataku tak kunjung untuk terpejam, mungkin karena hati yang tak tenang.
Aku baru merasakan kantuk saat setelah azan subuh berkumandang, ku pejamkan mata sebentar berniat untuk istirahat sejenak sebelum berangkat kerja kembali.
***
Aku terbangun ketika waktu sudah menunjukan pukul 11.20 WIB aku benar-benar merasakan lelah dalam pikiran dan tenaga hingga aku tak menyadari tidur dalam waktu yang cukup lama. Itu artinya aku telat bekerja tanpa memberi kepastian pada orang-orang kantor. Aku seolah menghilang begitu saja.
Aku terbangun mencoba membuka mata mengumpulkan kembali ingatanku.
Aku mengambil ponsel dan betapa terkejutnya. Aku melihat ada 102 panggilan tak terjawab .
“Astaga apa yang terjadi”.
Kenapa aku bisa tertidur selama ini padahal aku hanya berniat untuk istirahat sejenak.
Panggilan itu terdiri dari Rendra, Susan, ibu dan beberapa atasanku di kantor. Belum lagi pesan singkat yang masuk, aku lebih terkejut di buatnya ada 204 pesan baru.
Aku memijat sedikit pelipisku yang mulai tampak pusing.
“Harus dari mana aku baca pesan ini”.
Aku segera membuka chat yang isinya ratusan tersebut.
Pesan dari Susan yang ku baca terlebih dahulu.
20 Tar kamu di mana? Briefing sudah mau mulai nih.
07.30 Tar kamu telat yaa? Pimpinan yang beru sudah datang . Buruan datang jangan sampai telat mumpung orangnya belum masuk ke ruang rapat.
08.15 Tar gila kamu ya, ini meeting sama pimpinan tertinggi kamu gak masuk tanpa kasih kabar dulu, hati-hati kamu. Pimpinan baru kantor kita orangnya jahat sekali kelakuannya nauzubillah, hampir semua divisi kena marah olehnya. Tapi orangnya ganteng dan masih muda aku mau kalau jadi istrinya.
08.30 Tar kamu bener-benar ya bikin orang khawatir jadi kamu di mana? Kenapa tidak kasih kabar sama sekali.
11.00 Tar bahaya ada regenerasi karyawan, karyawan yang memiliki
kinerja buruk dan bekerja kurang dari lima tahun masa kerja di hitung perhari ini akan di berhentikan dan diganti yang baru. Susan adalah satu-satunya orang yang peduli denganku di tempat kerja maklum kami berasal dari daerah yang sama.
Dan masih banyak chat yang lainnya.
07.10 Tar kamu sudah bangun nak?
07,23 Tar mbah hari ini kontrol jangan lupa kirim uang untuk transpot dan biaya dokternya.
09.45 Tar adikmu Ipul bulan depan ada acara studytour ke Yogyakarta, ibu baru dapat edaran untuk pembayarannya.
10,15 Oh ya Tar satu lagi pajak sepeda ibu minggu depan habis waktunya ganti plat nak.
Dan masih banyak pesan yang lain yang membuat kepalaku berdenyut semakin nyeri.
Aku ingin kabur dari semua ini. Kabur dari masalah pekerjaan dan juga keuangan keluargaku. Rasanya aku ingin menghilang begitu saja.
Tuhan tenggelamkan saja aku.
***
Keesokan harinya aku berangkat ke kantor lebih pagi dari biasanya, rasanya ingin menebus kesalahanku kemarin yang tiba-tiba tak masuk.
“Selamat pagi”. Sapa ku pada seluruh orang yang ada dalam satu ruangan yang sama denganku.
Diam.
Tak ada jawaban dari mereka.
Aku terheran, apa yang terjadi? Apa aku sudah melakukan kesalahan yang luar biasa besarnya?
“Tar sini dulu deh ada yang aku sampaikan”. Susan menarik tanganku dan membawaku menuju tempat duduknya.
“Tar ada titipan pesan dari pak Darmanto untukmu”.
“Ini apa?”. Tanyaku dengan heran.
“Aku tak tau, coba buka saja dulu”.
Dengan penuh perasaan was-was aku memberanikan diri membuka amplop putih panjang yang berisi satu lembar kertas.
Deg..
Dear Bethari Ambarwati
Dengan sangat menyesal saya sampaikan bahwa hasil masukan evaluasi kerja selama dua tahun yaitu periode tiga Desember 2010 hingga empat Desember 2012 dan laporan secara langsung dari atasan bahwa waktu kerja dan kualitas pekerjaan serta sikap kerja anda belum memenuhi kriteria seperti yang diharapkan sebagai market riset. Jadi mulai hari selasa 4 Desember 2012 adalah hari terakhir masuk kerja. Trimakasih atas kontribusi dan kerjasamanya selama ini. Mudah-mudahan anda bisa mendapatkan pekerjaan ditempat lain yang sesuai dengan ilmu dan keterampilan yang anda miliki .
Serah terima dokumen-dokumen dan pekerjaan yang belum selesai harap diatur serah terimanya. Trimakasih.
“Ada apa ini San? Kenapa aku mendapat surat pemberhentian kerja secara tiba-tiba seperti ini”. Tanyaku pada susan dengan raut muka yang sudah pucat.
“Tar bukan hanya kamu, ada beberapa karyawan yang bernasib sama denganmu, sudah ku katakan kemarin ada rapat dengan pimpinan baru, beliau menginginkan adanya regenerasi tenaga kerja di kantor ini”.
“Tapi kenapa aku harus di berhentikan seperti ini? Aku bahkan tak pernah membuat kesalahan hanya saja kemarin aku tidak masuk tanpa memberi kabar”.
“Itulah Tar kesalahan fatal yang sudah kamu buat, kamu tidak masuk di saat waktu yang tidak tepat. Harusnya kemarin kamu usahakan masuk meskipun sakit, kamu hanya cukup duduk di kursi saja biar aku bantu urusan pekerjaanmu, sayangnya kamu tak masuk aku tak dapat melakukan pembelaan atas dirimu”.
“Hampir semu bagian kena marah dari pimpinan yang baru, beliau orangnya perfect sekali, tidak menerima kesalahan sekecil apapun”.
Air mata menetes begit saja membasahi pipiku.
Apa yang akan terjadi jika aku tidak bekerja, sedang kebutuhan keluargaku tidak ada habisnya.
“Tar bersabarlah, aku yakin kamu pasti akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari di sini. Kamu memiliki kecerdasan yang tinggi dan keterampilan yang mumpuni”.
Susan mengelus pundakku dan mencoba menguatkan, sedangkan aku hanya diam saja tak bergeming.
Pagi yang cerah itu mendadak menjadi mendung yang begitu gelapnya.
Tuhan bagaimana bisa ini terjadi kepadaku?
Dengan langkah gontai aku menuju ruangan HRD untuk menanyakan prihal surat yang ku terima ini.
Sungguh jawaban yang sangat tidak aku inginkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments