Hari ini jadwal reading naskah hari pertama, biasanya mereka akan berada di aula yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil juga, kita-kira muat untuk 100 orang.
Semua pemain sudah ditentukan, Syila hanya meminta Izraa sebagai pemeran utama, sedang yang lainnya sudah ditentukan oleh Produser dan Sutradara langsung, butuh waktu 1 bulan untuk menemukan semua pemain.
Hari ini mereka semua berkumpul, saat Syila datang, sudah banyak pemain, tidak ada yang menyapanya, tentu saja, mereka bukan fans buku Syila.
Ada meja besar melingkari ruangan itu dilengkapi dengan banyak bangku sepanjang meja tersebut, lalu dibelakang bangku itu tersusun banyak bangku lagi dibelakangnya, bangku belakang itu untuk para pemain figuran.
Setiap bangku sudah ada namanya.
Semua pemain figuran sudah duduk di bangkunya masing-masing. Lalu pemeran utama wanita juga muncul, benar perkiraan Syila, ternyata wanita itu yang menjadi peran utama, seorang perempuan yang terkenal baik secara agama, Hanum namanya, memakai jilbab lebih panjang dari Syila, sudah Syila duga. Mereka kurang asik memilih pemain, seharusnya mereka memilih pemain yang pandai berakting, bukan mencari yang sama dengan karakter novelnya Syila secara alami, karena mereka akan kerepotan, mengingat peran utama di novel Syila itu seorang perempuan kuat yang idealis, kalau mereka memilih perempuan mirip seperti itu, proses produksi pasti akan tersendat. Syila tersenyum sinis.
Saat melewati wanita peran utama itu, Syila tidak sengaja menyenggol punggungnya, dia menengok dengan kasar, mungkin mengira seorang lelaki yang telah tidak sengaja menyenggolnya, saat tahu itu adalah seorang perempuan, dia berkata dengan tegas.
“Hati-hati ya, Mbak.” Tidak dengan ketus, tapi cukup memberitahu Syila bahwa dugaannya benar, akan sulit bekerja sama dengannya. Karena dia wanita keras yang cukup memiliki pendirian, mirip dengannya.
“Maaf.” Syila menatapnya dengan tajam, wanita seperti terkejut saat Syila bereaksi sama kerasnya.
Lalu Syila melewatinya, saat Syila duduk di bangku dengan nama dan statusnya di film mereka, Pemain Utama perempuan itu kaget, mukanya memerah, dia tidak tahu, debut filmnya karena novel dari seorang penulis best seller yang baru saja dia tegur keras.
Syila menatapnya kembali tanpa ekspresi, wanita itu berusaha tersenyum, terpaksa tentus saja, Syila tidak membalas, lalu langsung melengos.
Produser dan Sutradara datang, semua orang menyapanya, kecuali Syila, dia tetap duduk di bangku, Produser dan Sutradara malah langsung mendekati Syila.
“Syil, udah datang?” Produser menyapa.
“Iya, Pak.” Syila hanya menjawab datar.
Lalu Sutradara menyapanya dengan menyentuh bahu dan melewatinya.
Tinggal Izraa yang belum datang, seperti biasa, dia selalu telat.
Syila kesal.
Saat Izraa datang dia menyapa Syila dulu.
“Halo.”
“Bisa lebih tepat waktu?” Syila menegurnya di depan semua orang, seketika ruangan mendadak dingin. Semua terdiam, tidak ada yang berani membela siapapun.
“Bisa, tapi apakah kamu juga bisa menjamin, saat saya tepat waktu, reading langsung dimulai? Saya tidak suka membuang waktu percuma hanya untuk ngobrol nunggu ini itu.”
Dalam hati Syila apa yang dikatakan Izraa benar, sekarang saja reading belum bisa dimulai karena beberapa orang masih menyiapkan kamera.
Tidak mampu membalas perkataan Izraa, Syila akhirnya hanya terpaku pada naskah. Suasana kembali tenang. Tapi semua orang tahu, orang seperti apa gadis yang masih terlihat muda itu, keras dan tanpa toleransi. Satu yang pasti, dia adalah penulis novel, penulis karakter yang akan mereka mainkan, Syila bukan wanita sembarangan yang bisa mereka rendahkan.
“Selamat pagi semua, reading akan dimulai, kamera sudah dinyalakan, tentu kita akan edit bagian yang tidak penting, tapi sebisa mungkin tolong jaga sikap, karena reading ini akan di publish kepada media sebagai media marketing, jadi mohon bantuannya untuk melakukan reading naskah dengan baik dan sungguh-sungguh.” Sekertaris Produser membuka sesi.
Izraa duduk di samping wanita peran utama, Hanum. Mereka mulai dengan adegan saat bertemu untuk pertama kalinya, adegan ini adalah saat Izraa berada di bis, skenarionya adalah Izraa seorang lelaki yang sedang merantau ke Jakarta untuk bekerja, dia pandai ilmu bela diri, bertemu Hanum si peran utama wanita yang juga merantau tapi untuk kuliah.
“Maaf.” Itu dialog pertama Izraa karena dia menubruk Hanum ketika mereka akan naik bis.
“Bisa hati-hati? kau membahayakan seseorang.” Hanum membaca dialognya. Mereka membaca dialog dalam keadan duduk di bangku, karena ini memang masih sesi reading, bisa dibilang, membangun chemistry dulu, belum tahap syuting.
“Aku tahu, makanya aku minta maaf.” Dialog Izraa, matanya mantap menatap Hanum, seperti seseorang yang kagum dengan kecantikannya, tepat sekali seperti yang Izraa inginkan.
“Ya.” Hanum membalas dialog itu.
“Num, nggak gitu, ‘ya’ nya tanpa tatapan lembut, ingat, pada saat ini, dalam pikiranmu, Izraa adalah pengganggu, kenapa kau menatapnya dengan tatapan lembut?” Syila menyelak dialog mereka, Sutradara dan Produser hanya mengangguk-angguk tanda setuju.
“Oh ok.” Hanum merasakan aura gelap dari perkataan Syila, dalam hatinya berpikir, salah sekali sudah memberi kesan buruk pada Syila tadi. Padahal Syila hanya bersikap profesional, terlepas dari dia ditegur keras atau tidak tadi.
“Ulang dari dialog terakhir Izraa, ya.” Sutradara memberi aba-aba.
Lalu Izraa membacakan dialog dengan mulus, tepat seperti yang Syila inginkan.
Hanum membacakan dengan baik dialognya, walau beberapa kali tersendat karena menatap Izraa berlebihan, Izraa memang tampan. Walau dia terkesan sombong karena begitu selesai reading, dia minta langsung pulang.
Sedang Syila tenggelam dengan tulisannya lagi, di sela-sela reading dia tetap fokus menulis.
“Syil, gue duluan.” Izraa menyapa.
“Ok sip.” Syila menjawab tanpa menoleh, dia memang sedang asyik tenggelam dalam serangan ide.
“Jadi besok, lu bisa jamin gue dateng tepat waktu dan reading langsung mulai.” Izraa masih belum melepas hal tadi rupanya. Dia meminta jawaban lagi.
Seketika jari Syila yang sedang mengetik itu berhenti, dia merasa Izraa sedang bercanda atau bersikap sinis.
“Mau-mau Mas Izraa saja, toh saya nggak bisa memenuhi ekspektasi itu, Mas Izraa tahu dengan jelas jawabannya, kan?” Syila menatapnya, Izraa terlihat tinggi sekali, hingga Syila harus mendongak.
Lalu tanpa diduga, Izraa berlutut untuk berbicara lebih dekat dengan Syila, semua orang tiba-tiba langsung menatap mereka.
Syila terlihat gugup dan canggung, hingga dia reflek menjauhkan tubuhnya, tapi masih di bangku.
“Mas? memang kita sedekat itu sampai kau memanggilku dengan sebutan seperti itu?” Wajah Syila memerah, apa-apan sih nih orang, itu yang Syila pikirin.
“Oh sorry, lalu harus kupanggil apa? Bang? Aa? Kakanda? Atau Yang Mulia?” Syila tidak mau kalah dan hilang muka.
“Kau boleh memanggilku, Om. Usia kita terpaut cukup jauh bukan, 7 tahun? Saat kau baru lahir, aku sudah bisa baca tulis.” Izraa terlihat serius, sikap dan perkataannya sangat kontra, dia berlutut hanya untuk menghina.
“Baiklah, Om Izraa, terserah Om saja, mau datang tepat waktu, datang terlambat, keponakanmu ini menerima Om, apa adanya.” Syila ingin semua cepat selesai, karena dia tidak tahan ingin segera menulis, dia memang bukan orang yang peduli dengan pendapat orang lain.
“Hati-hati dengan perkataannmu, aku orang yang selalu menagih janji.” Izraa masih berlutut, Syila kira ini akan cepat selesai.
“Maksudnya hati-hati?”
“Menerima Om apa adanya, kalau Om tagih, belum tentu Syila akan bisa penuhi di hari kemudian.” Izraa lalu berdiri meninggalkan Syila yang kesal dengan perkataan orang itu.
Tentu saat ini baik Syila maupun Izraa belum saling mengenal, mereka hanya berbicara tanpa makna, karena belum mengerti satu sama lain.
____________________________________
Catatan Penulis :
Aku memberimu batas yang jelas, agar kau tidak melewatinya, karena siapa tahu, saat kau melewatinya, kita berdua tidak mampu lagi kembali dan malah tenggelam pada cinta gila.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
YuWie
aq kok jadi deg2 an sama karakter izzra..protagonis or antagonis nih?
2024-09-03
0
Bintang Abadi
suka banget sama karakter izzra
2023-11-15
0
Arsyilla Maharani
Karakter Izzra kuat banget ya.
2023-06-11
0