Bagian 2

“Syil, nelpon nih orang! emang lu the best deh.”

[Ya, Sist, gimana?] Andi menjawab telepon dari Asisten Produser yang menawari memfilmkan novel Syila.

[Bapak ngundang Mbak Syila buat membicarakan revisi kontrak kerja sama, bapak bilang semua syarat akan dimasukan ke dalam kontrak, jadi Bapak minta Mbak Syila untuk mereview bersama dan kalau memungkinkan, sekalian tanda tangan kontrak.]

[Ok, kapan? biar saya cek dulu jadwal Mbak Syilanya, soalnya dia sibuk minggu ini bertemu dengan beberapa Produser lain.] Andi menjadi lebih pintar dalam keadaan seperti ini.

[Besok pagi ya, Bapak ingin bertemu secepatnya.] Asisten itu terdengar terburu-buru dan takut, jelas pihak mereka sudah kalah dalam bernegosiasi dengan Syila, perempuan yang teguh pada apa yang dia pegang.

“Syil! Gila! Gila! Syarat kita diterima, besok kita ketemu bapak, katanya semua syarat lu bakal udah ada di kontrak, emang elu juara, ya.”

“Kan gue udah bilang shay, yaudah, sana keluar, gue mau nulis lagi, berisik tau.”

“Iya Yang Mulia.” Andi keluar dari kamar Syila, mereka berdua sedang di apartemen Syila, tempat kerjanya memang di sana, Syila memutuskan untuk membeli sebuah unit apartemen agar bisa bebas menulis tanpa gangguan, sementara keluarganya sudah dibelikan rumah di selatan kota ini.

“Makasih ya Pak, udah diundang lagi ke sini, untung aja hari ini ketemunya, kalau besok mah, kita udah ada jadwal, hari ini rencananya jadwal Syila ke Dokter Gigi, tapi udah kita batalin aja, bisa minggu depanlah.” Andi terdengar bicara omong kosong, karena Syila paling anti ke Dokter Gigi dan mereka tidak punya janji temu dengan siapa pun saat ini.

Syila sedang meeting dengan Pak Ammarhudi Katarjo, dia adalah Bos dari Production House cukup besar di negeri ini, kalau tidak salah ada 3 nama besar yang menguasai ranah perfilman di negeri ini, salah satunya adalah, yang dimiliki oleh Pak Ammarhudi Katarjo ini.

“Baik, Pak Andi, ini kontrak kerjanya, bisa di pelajari dahulu, Mbak Syila mau baca dulu?” Sekertarisnya menyodorkan map transparant yang berisi 2 rangkap draft kontrak kerja, Andi langsung menyodorkannya pada Syila.

“Saya akan mempelajarinya dulu ya Pak, boleh saya meminta waktu 2 hari untuk mengambil keputusan.” Andi langsung menendang kaki Syila, dia merasa Syila sudah keterlaluan. Kenapa harus menunda jika uang sudah di depan mata. Itu yang Andi fikirkan.

“Terlalu lama Syila, kamu sedang menguji kesabaran kami?” Produser itu tertawa dengan menggelegar, walau perkataannya cukup tajam.

“Aku tidak bisa memutuskan kalau dipaksa dan terburu-buru Pak, bukan gayaku.” Syila ikut tertawa terbahak-bahak, bahkan Andi kaget dan merinding, karena Syila tidak seperti biasanya, dia hanya sedang menyamai kedudukan, Syila memang paling tidak mempan diintimidasi.

“Ok, satu hari, saya nggak bisa mundur lagi.” Produser itu berkata.

“Deal, satu hari, besok tepat jam yang sama, aku akan datang ke sini, setelahnya aku akan putuskan terima atau tidak, kalaupun terima, pasti ada beberapa hal yang mungkin aku highlight, apakah itu bisa diterima?”

Produser itu terlihat sangat kesal, tapi dia seperti mempunyai firasat yang baik pada proyek kali ini, mengingat sudah 1 tahun belakangan, tidak ada satu pun proyek yang bisa membuat production housenya menjadi nomor satu.

“Bisa, tentu saja saja, Syila yang tentukan.” Pak Ammar seperti sedang menyindir karena merasa Syila terlalu banyak minta, sebagai penulis yang belum pernah memiliki karya yang difilmkan, tentu permintaannya dianggap keangkuhan.

Setelah itu, Andi dan Syila pamit dengan membawa draft kontrak kerja itu.

“Lu sih keterlaluan Syil, 2 hari, untung aja dia setuju sehari, kalau dia kesel dan tendang kita dari kantornya, gimana?” Andi marah-marah, sekarang mereka sudah di mobil Syila, Syila yang menyetir, karena Andi tidak suka menyetir.

“Itu namanya seni negosiasi Shay, target gue emang sehari, tapi kan kalau gue bilang sehari, mereka pasti nawar, makanya gue set dua kali lipat dari target yang mau gue capai, sama kayak gue nulis, ekspektasi gue, selalu gue bikin double, kalau akhirnnya nggak tercapai, ya pasti seenggaknya gue dapet setengahnya.”

“Syil, gue tau, filosifi lu yang tinggi itu memang dalem, tapi nggak selamanya itu bisa nolong lu, dan please, lain kali, tolong banget, diskusi sama gue, sumpah gue selalu deg-degan setiap diskusi sama lu.”

“Tapi lu seneng kan, selalu deket sepupu lu yang cerdas ini?” Syila meledek.

“Senang kagak, jantungan iya.”

“Tenang, kita berdua kan udah gue asuransiin, jadi nggak masalah kalau sakit jantung doang mah.”

“Eh, sakit jantung deket ke mati kali!” Andi protes dan kesal.

“Mati mah urusan Yang Maha Kuasa Abangku sayang, jadi kita jalanin aja hidup dengan santai.” Syila melepas setirnya dan merentangkan tangan, seolah menghidup udara segar di pantai, dengan kemampuan menyetir yang tinggi, tentu ini tidak membahayakan.

“Pantes ya, Mami lu, Kakak lu, Papi lu pun! nggak ada yang mau dampingin jadi Manager, pasti karena ini nih alesannya, karena lu yang keras kepala, gini nih kalau dari orok udah di jadiin Princess, makanya keras kepala!” Andi ternyata benar-benar marah, tapi Syila tahu, Andi sebenarnya sangat sayang padanya, seperti adik sendiri, walau Ibunya adalah kakak dari papinya Syila. Bukan dari rahim yang sama, tidak membuat Andi ragu untuk selalu menjadi bantalan atau pun tameng bagi Syila.

“Nih, udah sampe, pulang gih, jangan ngayap ya.” Syila mengantar Andi sampai rumahnya.

“Lu tuh yang jangan ngayap, kerjaannya di warung kopi aja berjam-jam.”

“Kalau gue nggak ke warung kopi, nggak ada buku yang bisa lu jual, inspirasi tuh bukan muncul dari tempat tinggi Bang, tapi dari tempat yang jauh ke bawah, serius!” Syila tidak benar-benar ke warung kopi, tapi dia ke kafe kecil di dekat apartemen atau gang-gang perumahan, kafe yang tidak mahal, tapi banyak orang lalu lalang, itu membuat Syila melihat dan menghasilkan ide dari orang-orang itu.

Di kafe ini Syila melihatnya untuk pertama kali, lelaki itu, Selebritis besar itu.

Saat itu Syila baru selesai tour ke beberapa daerah untuk presale dan tanda tangan buku cetakan pertama untuk buku ketujuhnya, setelah terbit Syila tidak pernah menunggu lama untuk menulis lagi, kadang dia merasa bahwa serangkaian kegiatan Marketing ini tidak nyaman, terpaksa tersenyum padahal lelah, terpaksa menjelaskan pada sudah puluhan kali dia menjelaskan dan terpaksa seolah perduli, karena Syila orang yang paling cuek dan tidak perduli perasaan orang lain.

Hari itu dimana saat dia bertemu Izraa Erdhana, lelaki tampan yang membuatnya tidak tidur berhari-hari karena serangan ide itu, membuat Syila berhasil menyelesaikan buku dengan judul, 'Pria dalam Naungan Dendam', salah satu judul yang membawa namanya semakin dikenal, setelah 6 bulan menulis judul tersebut, Syila akhirnya menerbitkan buku itu, dan sekali lagi menjadi buku best seller dengan genre Action, Thriller dan Misteri, buku pertama tentang pembunuhan, buku ini menjangkau pembaca pria dan wanita, hingga pangsa pasarnya yang sudah luas, menjadi semakin luas, beberapa adegan pertarungan bahkan membuat Syila harus mendaftarkan diri di tempat Taekwondo untuk melakukan riset, karena untuk tulisan, tentu adegan pertarungan itu cukup sulit kalau tidak terjun langsung, paling tidak, setelah ini dia memiliki kemampuan bela diri yang cukup mumpuni.

Hari ini dia ke kafe ini lagi untuk sekedar minum kopi, dia ingin membaca draft kontrak dengan suasana senyaman mungkin, dia paling tidak bisa melakukan deal asal-asalan, untuk perencanaan hidupnya saja, dia selalu membuat semuanya terkoordinasi dengan baik sesuai bagan struktur yang dia buat. Ya, memang serumit itulah Syila, dibalik pakaiannya yang sederhana itu, terdapat bakat dan kecerdasan yang luar biasa, lebih dari yang manusia miliki pada umumnya.

"Mbak Syila, kemaren ada yang nanyain." Seorang pelayan yang cukup sering bertemu dengannya berkata.

"Juno?" Syila menebak.

"Iya, dia suruh saya cepat-cepat hubungi, kalau Mbak Syila ke sini, saya boleh begitu? " Pelayan ini tahu betul siapa pelanggannya, tentu dia tidak akan membuat pelanggannya tidak nyaman dengan melanggar privasi.

"Suruh aja dateng, nggak apa-apa, tapi selalu tanya aku ya kalau ada hal kayak gini, terima kasih kamu sudah menjaga privasiku."

"Iya Mbak, oh ya, aku boleh minta tanda tangan nggak? novel yang kemaren cetak aku udah beli."

Pelayan wanita itu meminta dengan sopan.

"Boleh, sini bawa bukunya, oh ya satu lagi, aku traktir kamu makan ya, pesan apa pun yang kamu mau, aku yang bayar." Ini salah satu kelebihan Syila, dia tidak pernah lupa berterima kasih dengan pantas, diantara semua sifat kerasnya, hal ini lah yang menjadikannya begitu disayangi penggemar bukunya.

"Makasih Mbak Syila, tapi yang kali ini nggak usah deh, masa tiga kali beli buku, tiga kali ditraktir makan." Pelayan itu pergi mengambil buku Syila dan tidak lama kemudian kembali, Syila menandatanganinya.

"Yakin nggak mau ditraktir?" Syila mencoba untuk membujuk.

"Nggak Mbak, saya beli karena suka dan banyak dapat pelajaran, jadi bukan untuk sok deket sama Mbak." Pelayan itu cukup baik.

"Ok deh, aku kasih tiket nonton aja ya nanti, buku yang ini kan bakal difilmin, aku bakal masukin nama kamu sebagai salah satu undangan di bioskop saat premier filmku, gimana?" Syila terdengar memaksa.

"Mbak ... makasih banyak ya." Pelayan itu menyalami tangan Syila.

"Lebay ah, yaudah telepon si Juna gih, bilang aku ada di sini."

Juna adalah teman SMAnya, satu-satunya teman, tapi Syila juga tahu dia memiliki perasaan yang lebih padanya, tapi Syila selalu memberi batasan yang jelas diantara mereka.

Hanya perlu menunggu 15 menit, Juna sudah sampai di kafe itu, rumahnya memang tidak jauh dari apartemen Syila.

“Syil!”

“Sabar, sabar Bos, kenapa pake teriak-teriak sih!” Juna terlihat marah begitu datang.

“Elu nyebelin banget, telepon nggak diangkat, dateng ke apartemen, lu nggak pernah ada, chat boro-boro di read, ngilang aja kerjaan lu!” Dia mengambil es kopi Syila dan meminumnya, mereka memang terbiasa melakukan hal semacam itu, minum atau makan dalam satu wadah.

“Kan elu tau, kalau gue lagi serius nulis, gue hiatus dari pergaulan, gue bener-bener cuma di kamar atau di kafe, justru gue kasian ama lu, kalau kita ketemuan juga, pasti elu gue cuekin, makanya gue memilih untuk tidak ketemu siapa pun, jangankan elu, Andi, Mami, Papi dan Kakak gue pun, nggak ada yang gue temuin, jadi jangan terlalu mikir yang enggak-enggaklah.” Syila menenangkan sahabatnya yang terkadang lupa bahwa Syila begitu serius menekuni bidang tulis menulis ini.

“Syil, gue cuma khawatir, elu tuh kebiasaan deh.”

“Kalau udah tau kebiasaan, kenapa mesti kaget sih?” Syila kesal, karena Juna berlebihan, sikapnya melebihi kekasih, padahal mereka cuma sahabat, ini yang membuat Syila malas punya kekasih, karena sahabat saja sudah berlebihan begini, apalagi sudah jadi kekasih, selain alasan besar lainnya yang sudah menghantui hidup Syila belasan tahun.

“Ok, yaudah, sekarang bisa kan kita ketemu dan ngobrol.

“Bisa, duduk, pesen kopi sendiri gih, jangan abisin punya gue.” Syila protes kopinya terminum cukup banyak oleh sahabatnya ini.

“Syil, proyek film gol?” Juna bertanya setelah kopinya sudah di meja dan tentu saja amarahnya meredam.

“Ini gue lagi baca pasal per pasal, jadi lu kalau mau ngomong yang nggak penting, mening out deh.”

“Mau gue bantuin nggak?” Juna adalah seorang lulusan hukum, banyak hal tentang perjanjian kerja, dibantu olehnya, karena Syila sendiri, jurusan Psikologi.

“Kan draft awal udah lu baca, ini gue cuma mau cek soal syarat yang gue kasih ke mereka, harusnya mereka udah masukin semua.”

“Lu yakin Syil?” Juna bertanya.

“Soal?”

“Lu kan pasti akan menulis judul baru lagi, mengingat judul ini sudah selesai cetak, lalu akan di filmkan. Biasanya setelah itu, elu akan mulai dengan judul baru, kalau akhirnya harus sibuk dengan ikut menggarap film, apa itu nggak berat Syil?”

“Trus, gue harus serahin bayi gue ke tangan orang yang nggak gue kenal gitu? mening nggak gue kasih tuh bayi gue.” Syila selalu menyebut karya-karyanya adalah bayi-bayinya, sedang dia adalah Ibu dari ke semua bayi tersebut.

“Jadi elu akan cuti nulis dan memutuskan ikut menggarap film ini?” Juna bertanya.

“Menurut lu, gue bisa gitu, nggak nulis?”

“Ya, terus?”

“Gue akan tetep nulis, di sela-sela waktu pembuatan film, walau nanti agak telat untuk launching buku terbaru, paling nggak, gue tetap bisa nulis plus ikut proses pembuatan film.” Syila punya target sendiri, setiap selesai launching buku pertama, dia akan beri jeda 6 bulan untuk launching buku selanjutnya, jadi setahun, ada 2 buku yang Syila terbitkan, di penerbit yang berbeda, kecuali buku bersambung.

“Jadi, kapan ketemu nyokap, bokap?”Juna bertanya dengan ragu.

“Jun, kok balik ke situ lagi sih? Kan lu tahu, gue tidak akan pergi sejauh itu, ini tentang hubungan kita Jun.”

“Paling enggak, temuin orang tua gue dulu, mereka cuma ingin ketemu sama lu Syil.”

“Sebagai apa Jun? anak angkat?” Syila tertawa, tapi itu bukan lelucon bagi Juna.

“Sebagai seseorang yang membuat anaknya, nggak bisa pergi kemana pun, selain tetap bertahan dan menunggu.”

“Jun .... “ Syila menatap dengan mata khawatir, dia takut bahwa perkataan Juna bisa saja menjadi beban untuknya, sejahat itu kah dia?

_________________________________

Catatan Penulis :

Hatiku milikku, begitupun denganmu

Jiwa tentu saja milik sang pencipta

Tapi jika takdir tak terelakan

Apakah cinta bisa dipaksa?

Entahlah.

Terpopuler

Comments

Narimah Ahmad

Narimah Ahmad

tk siapa yg dpt melihat,takdir , jodoh dn segala... 🤔

2024-09-27

0

Diankeren

Diankeren

nme'y rasa g bisa dpksa sep Juna.....

2023-12-29

0

dtyas (ig : dtyas_dtyas)

dtyas (ig : dtyas_dtyas)

bacanya pelan2, sayang kl keburu-buru 🥰

2023-07-02

0

lihat semua
Episodes
1 Bagian 1
2 Bagian 2
3 Bagian 3
4 Bagian 4
5 Bagian 5
6 Bagian 6
7 Bagian 7
8 Bagian 8
9 Bagian 9
10 Bagian 10
11 Bagian 11
12 Bagian 12
13 Bagian 13
14 Bagian 14
15 Bagian 15
16 Bagian 16
17 Bagian 17
18 Bagian 18
19 Bagian 19
20 Bagian 20
21 Bagian 21
22 Bagian 22
23 Bagian 23
24 Bagian 24
25 Bagian 25
26 Bagian 26
27 Bagian 27
28 Bagian 28
29 Bagian 29
30 Bagian 30
31 Bagian 31
32 Bagian 32
33 Bagian 33
34 Bagian 34
35 Bagian 35
36 Bagian 36
37 Bagian 37
38 Bagian 38
39 Bagian 39
40 Bagian 40
41 Bagian 41
42 Bagian 42
43 Bagian 43
44 Bagian 44
45 Bagian 45
46 Bagian 46
47 Bagian 47
48 Bagian 48
49 Bagian 49
50 Bagian 50
51 Bagian 51
52 Bagian 52
53 Bagian 53
54 Bagian 54
55 Bagian 55
56 Bagian 56
57 Bagian 57
58 Bagian 58
59 Bagian 59
60 Bagian 60
61 Bagian 61
62 Bagian 62
63 Bagian 63
64 Bagian 64
65 Bagian 65
66 Bagian 66
67 Bagian 67
68 Bagian 68
69 Bagian 69
70 Bagian 70
71 Bagian 71
72 Bagian 72
73 Bagian 73
74 Bagian 74
75 Bagian 75
76 Bagian 76
77 Bagian 77
78 Bagian 78
79 Bagian 79
80 Bagian 80
81 Bagian 81
82 Bagian 82
83 Bagian 83
84 Bagian 84
85 Bagian 85
86 Bagian 86
87 Bagian 87
88 Bagian 88
89 Bagian 89
90 Bagian 90
91 Bagian 91
92 Bagian 92
93 Bagian 93
94 Bagian 94
95 Bagian 95
96 Bagian 96
97 Bagian 97
98 Bagian 98
99 Bagian 99
100 Bagian 100
101 Bagian 101
102 Bagian 102
103 Bagian 103
104 Bagian 104
105 Bagian 105
106 Bagian 106
107 Bagian 107
108 Bagian 108
109 Bagian 109
110 Bagian 110
111 Bagian 111
112 Bagian 112
113 Bagian 113
114 Bagian 114
115 Bagian 115
116 Bagian 116
117 Bagian 117
118 Bagian 118
119 Bagian 119
120 Bagian 120
121 Bagian 121
122 Bagian 122
123 Bagian 123
124 Bagian 124
125 Bagian 125
126 Bagian 126
127 Bagian 127
128 Bagian 128
129 Bagian 129
130 Bagian 130
131 Bagian 131
132 Bagian 132
133 Bagian 133
134 Bagian 134
135 Bagian 135
136 Bagian 136
137 Bagian 137
138 Bagian 138
139 Bagian 139
140 Bagian 140
141 Bagian 141
142 Bagian 142
143 Bagian 143
144 Bagian 144
145 Bagian 145
146 Bagian 146
147 Bagian 147
148 Bagian 148
149 Bagian 149
150 Bagian 150
151 Bagian 151
152 Bagian 152
153 Bagian 153
154 Bagian 154
155 Bagian 155
156 Bagian 156
157 Bagian 157
158 Bagian 158
159 Bagian 159
160 Bagian 160
161 Bagian 161
162 Bagian 162
163 Bagian 163
164 Bagian 164
165 Bagian 165
166 Bagian 166
167 Bagian 167
168 Bagian 168
169 Bagian 169
170 Bagian 170
171 Bagian 171
172 Bagian 172
173 TAMAT
Episodes

Updated 173 Episodes

1
Bagian 1
2
Bagian 2
3
Bagian 3
4
Bagian 4
5
Bagian 5
6
Bagian 6
7
Bagian 7
8
Bagian 8
9
Bagian 9
10
Bagian 10
11
Bagian 11
12
Bagian 12
13
Bagian 13
14
Bagian 14
15
Bagian 15
16
Bagian 16
17
Bagian 17
18
Bagian 18
19
Bagian 19
20
Bagian 20
21
Bagian 21
22
Bagian 22
23
Bagian 23
24
Bagian 24
25
Bagian 25
26
Bagian 26
27
Bagian 27
28
Bagian 28
29
Bagian 29
30
Bagian 30
31
Bagian 31
32
Bagian 32
33
Bagian 33
34
Bagian 34
35
Bagian 35
36
Bagian 36
37
Bagian 37
38
Bagian 38
39
Bagian 39
40
Bagian 40
41
Bagian 41
42
Bagian 42
43
Bagian 43
44
Bagian 44
45
Bagian 45
46
Bagian 46
47
Bagian 47
48
Bagian 48
49
Bagian 49
50
Bagian 50
51
Bagian 51
52
Bagian 52
53
Bagian 53
54
Bagian 54
55
Bagian 55
56
Bagian 56
57
Bagian 57
58
Bagian 58
59
Bagian 59
60
Bagian 60
61
Bagian 61
62
Bagian 62
63
Bagian 63
64
Bagian 64
65
Bagian 65
66
Bagian 66
67
Bagian 67
68
Bagian 68
69
Bagian 69
70
Bagian 70
71
Bagian 71
72
Bagian 72
73
Bagian 73
74
Bagian 74
75
Bagian 75
76
Bagian 76
77
Bagian 77
78
Bagian 78
79
Bagian 79
80
Bagian 80
81
Bagian 81
82
Bagian 82
83
Bagian 83
84
Bagian 84
85
Bagian 85
86
Bagian 86
87
Bagian 87
88
Bagian 88
89
Bagian 89
90
Bagian 90
91
Bagian 91
92
Bagian 92
93
Bagian 93
94
Bagian 94
95
Bagian 95
96
Bagian 96
97
Bagian 97
98
Bagian 98
99
Bagian 99
100
Bagian 100
101
Bagian 101
102
Bagian 102
103
Bagian 103
104
Bagian 104
105
Bagian 105
106
Bagian 106
107
Bagian 107
108
Bagian 108
109
Bagian 109
110
Bagian 110
111
Bagian 111
112
Bagian 112
113
Bagian 113
114
Bagian 114
115
Bagian 115
116
Bagian 116
117
Bagian 117
118
Bagian 118
119
Bagian 119
120
Bagian 120
121
Bagian 121
122
Bagian 122
123
Bagian 123
124
Bagian 124
125
Bagian 125
126
Bagian 126
127
Bagian 127
128
Bagian 128
129
Bagian 129
130
Bagian 130
131
Bagian 131
132
Bagian 132
133
Bagian 133
134
Bagian 134
135
Bagian 135
136
Bagian 136
137
Bagian 137
138
Bagian 138
139
Bagian 139
140
Bagian 140
141
Bagian 141
142
Bagian 142
143
Bagian 143
144
Bagian 144
145
Bagian 145
146
Bagian 146
147
Bagian 147
148
Bagian 148
149
Bagian 149
150
Bagian 150
151
Bagian 151
152
Bagian 152
153
Bagian 153
154
Bagian 154
155
Bagian 155
156
Bagian 156
157
Bagian 157
158
Bagian 158
159
Bagian 159
160
Bagian 160
161
Bagian 161
162
Bagian 162
163
Bagian 163
164
Bagian 164
165
Bagian 165
166
Bagian 166
167
Bagian 167
168
Bagian 168
169
Bagian 169
170
Bagian 170
171
Bagian 171
172
Bagian 172
173
TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!