Lala bergeliat, mencari udara. Menjadi hantu, tetap bisa merasakan sesak napas, dan cengkraman itu terasa sangat kuat, seperti orang yang bersiapkan mematahkan leher, "Hentikan, leherku bisa remuk."
Gerald tertawa, dan mengejek, "Itu, hanya siksaan batin, fisikmu tidak ada."
Lala terdiam. Benar, dia hantu, tidak ada fisik. dia pasrah, menahan siksaan batin, dan menangis, tanpa sadar, dia berkata dengan lirih, "B—bram... aku tidak mau berpisah dengan—"
Noah menyiksa lagi, tidak mengijinkan lidah Lala menyelesaikan kalimatnya.
Gerald yang berhati lembut, memperingati Noah, merasa sangat kasian "Dia sudah jera, lepaskan tanganmu dari leher. Kasian!"
"Tidak ada kata ampun!"
"Lagipula, hari ini adalah hari terakhirnya di dunia fana, berilah waktu sedikit agar dia lebih tenang untuk pergi."
Noah mendengar temannya. Walau, Noah memiliki, wajah buruk rupa, namun hatinya begitu emas, oleh itu dia selalu dipercayakan untuk memanggil ruh-ruh yang berkeliaran.
Lala mengambil udara di sekitar, mengisi paru-parunya, dengan napas tersengal-sengal, dia hanya memanggil Bram lagi, dengan air mata darah, "Bram ... Bram ... suamiku!"
Bram yang tengah hanyut tertidur di samping pusara, terguncang alam sadarnya, dia jatuh ke tanah, dan dia pun terbangun, dia bahkan tidak menyadari jika dia telah menginap, dan malam yang gelap menyambut matanya yang terbuka.
Samar-samar, daun telinga Bram bergerak-gerak seakan merasakan dan mendengar suara Lala. Memangil namanya, dengan sangat lirih.
"Bram, aku tidak mau berpisah denganmu," jerit Lala menangis, darah menetes dari dua bola matanya.
Gerald menghela napas, untung dia pergi membawa Noah. Jika tidak, dia akan kesulitan membawa wanita ini.
Noah, tidak menyukai drama ini, jadi dia pergi menangkap lagi.
"Sebentar, aku melihatnya sebentar. Tolong. Salam perpisahan saja," Lala memohon , tetapi cengkeramannya makin kuat.
"Kau sudah kehabisan waktu. Tidak ada kesempatan," hardik Noah, yang kemudian bersiap pergi. Air mata berdarah-darah terus jatuh, Lala memohon lagi , "Sekali saja, ijinkan aku memeluknya. Aku hanya ingin berpesan, agar dia terus hidup, dan jangan bersedih. Aku mohon ...."
Gerald menghela napas lagi, hatinya memang lembut, dia tersentuh memberi izin, "Noah, ijinkan sebentar, baru kita pergi bersamanya."
Memandang temannya, Noah pun melepaskan Lala dengan mata yang selalu siaga mengawasi dengan sangat ketat, dan pustula, benda keramat yang siap di tombak kapan saja.
Tangan transfaran itu memeluk suaminya, satu tangan melingkar di leher, satu tangan melingkar di perut, dengan dagu yang bertumpu di pundak pria itu.
Mata lala membulat tercengang, dia bisa menyentuh Bram, dia seakan memiliki daging.
Terasa sangat nyata, Lala kembali menangis darah, seakan-akan luapan kasih sayang dan rindunya telah di bayar, hanya dalam satu dekapan, dia bisa menyentuh dan merasakan hangatnya Bram, dan menyalurkan hawa dingin terasa menusuk tulang, dan rambut-rambut halus sekitar tangan dan lengan Bram, terlihat keremangan. Tetapi, semua ini hanya berlangsung sebentar, Lala tetap ruh tanpa daging.
Bram seakan terlambat sadar akan sesuatu yang berada di belakangnya, lingkaran tangan di leher yang menyentuh pundak, dan satu tangan yang melingkar perut, dia segera menoleh ke belakang. Tidak ada siapapun. Bram mengedipkan matanya, seakan-akan mencoba mencari sesuatu yang terlihat kasat mata di sekitar. Tidak ada.
Bram tersenyum segaris menggores rasa pahit, dan asin yang terkecap berasal dari air matanya. Kemudian, hanya mendapatkan sekujur tubuhnya mulai menggigil dingin, tetapi, sekali lagi dia enggan meninggalkan tempat peristirahatan banyak orang yang telah mengalami kematian. Bram merasa rumahnya lebih menakutkan, karena dia merasa kesepian semenjak Lala di antar kesini. Di simpan di bawah tanah.
Lala tetap sama, tidak pernah meninggalkan Bram, pengembaraan empat puluh harinya pun, hanya berada di sekitar dan setiap saat di dekat Bram. Lala kembali mencari pelukan nyata lagi, berkali-kali mencoba lagi dan mencoba lagi, memeluk dengan rasa nyata. Kini hanya seperti menangkap bayangan.
Lala mendongakkan kepala dan menangis lagi, dua matanya terlihat mengabaikan Gerald dan Noah, dua sosok penjaga penjemput arwah itu, terlihat memasang wajah khawatir, ketika ruh Lala terlihat memiliki daging.
Untung itu hanya kekuatan yang hanya datang dari hati yang kuat, dan berlangsung singkat. Mereka bisa menarik napas lega.
Bram mengedipkan matanya, meneteskan sisa-sisa air di bawah kelopak matanya, dia memeluk lehernya dan perutnya sendiri, seakan menyentuh jejak-jejak Lala di sana, yang dia rasakan tadi, seperti seseorang yang telah memeluknya dari belakang.
Bram terhenyak dalam benaknya, pelukan yang familiar, dengan satu tangan melingkar di leher, satu tangan melingkar di perut. Cara memeluk seperti ini, adalah khas Lala.
Bram mematung, dengan napas sedikit-dikit ditahannya-tahannya, seakan nalurinya telah menuntun dua bola matanya tertuju dan fokus pada nama yang tercetak itu lagi, bibirnya lirih bertanya, "Lala, apakah itu kau?"
Seakan menjadi jawaban, semilir angin yang dingin, membuat Bram bergindik sebentar, bau melati segar menyebar di udara, dan terendus hidung Bram, sangat menyengat hidung. Tetapi, hal ini tidak menciutkan hati Bram, dia selalu menunggu kehadiran ruh istrinya yang tercinta.
"Lala ... sayang, apakah itu kau?" tanya Bram mengedarkan matanya, namun yang dia dapatkan hanya kegelapan malam, dan angin yang menyapa, terdengar sangat berisik, dan angin membawa bau melati yang makin menyerbak di udara, dan melekat.
Bram semakin memiliki keyakinan, Lala datang untuknya, ada ruh tidak terlihat kasat mata di sekitarnya. Seakan tidak ada ketakutan dalam hatinya, jantung miliknya berdegup melompat- lompat bersuka cita merasakan kehadiran seseorang yang dia duga, pasti Lala Kesuma, istrinya, yang tersentuh akan rintihan-rintihan rindunya.
Empat puluh hari, Bram menanti di sini, menginap di sebelah gundukan merah disini, dengan banyak kata-kata rindu madu yang juga terisak haru.
"Lala, apakah ini kau? peluk aku lagi sayang ...," pinta Bram, matanya merah terlihat sangat berkaca-kaca, dia sudah menunggu moment ini, "Kembalilah padaku, dalam bentuk apapun kembalilah!"
Gerald terlihat menahan napas, sedikit demi sedikit membuangnya, karena cintalah yang terkadang membuat mereka yang telah mati, sulit melepas diri dari dunia fana, dan mereka berkeliaran menjadi hantu di sekitar orang-orang.
"La ... la ...," isak suaminya perih memanggil.
Lala tertegun, hatinya sangat goyah. Dia ingin menetap di sisi Bram, dia sangat menyayangi suami.
Gerald dan Noah saling melirik dan mata mereka menangkap dua sosok manusia yang merupakan dukun, dengan kekuatan hitam, karena jika Lala tidak ingin kembali,hanya akan menjadi hantu yang mengerikan di dunia fana, apalagi dukun-dukun jahat yang akan selalu mengincar jasad dengan janin di dalam perutnya, karena disebut sebagai hantu penerawangan yang memiliki kesaktian tinggi, karena dia membawa janin dalam kematiannya.
......................
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
🦃⃝⃡ℱᵇᵃˢᵉ🥀Am@π&@ 😉🥀
thor belum up lagi ya😔😔😔q bolak-balik nengok
2021-08-19
0
Erika Darma Yunita
ada dukun jahat....buat pesugihan apa buat nyari kekuatan...
2021-06-23
0
siapa luh
kasian Bram
2021-04-26
2