11. Obrolan Minggu

Ada beberapa motor terparkir di pekarangan rumah Ibu Sekar yang pintu gerbangnya terbuka setengah. Panji yang datang terlambat sepuluh menit, berucap salam di ambang pintu utama yang terbuka lebar.

"Masuk, Kak." Aul mengulas senyum usai menjawab salam dari tamu yang ditunggunya itu.

"Lagi ada tamu, ya?" Panji duduk di sofa ruang tamu berhadapan dengan Aul.

"Ada teman-temannya Ami lagi belajar bersama di atas."

Panji membulatkan bibir, ber oh ria tanpa suara.

"Kak Panji mau minum apa?" Tanya Aul dengan wajah yang dihiasi senyum.

"Hm, apa ya. Kopi hitam aja deh." Sebenarnya Panji ingin sekali memuji penampilan Aul saat ini yang sangat cantik mempesona. Membuat jantungnya berdebar lebih kencang. Tapi di sisi lain hatinya mendadak perih lagi, karena merasa gadis yang didambanya itu bukanlah jodohnya.

"Baik, Kak. Tunggu sebentar ya!" Aul beranjak ke dapur.

Panji menghela nafas panjang, kemudian mengusap mukanya. Ia merasa akan menghadapi ketok palu hakim. Tapi sebelum mendengar vonis sudah merana lebih dulu. Ia menatap kedatangan Aul yang membawa nampan. Lagi-lagi wajah sang pujaan hati berhias senyum manis. Namun bikin hatinya teriris.

"Kak, makasih udah sabar menunggu satu hari. Aku....aku menepati janji untuk memberi jawaban sama Kak Panji." Ucap Aul menatap sang tamu yang menunduk menekuri lantai.

Panji menelan ludah. Ia tegakkan kepala dan meluruskan pandangan dengan memasang ekspresi tenang dan memaksakan tersenyum. Siap tidak siap untuk mendengarkan keputusan Aul. "Jadi gimana?"

"Perlu Kak Panji tau dulu, semalam aku bicara banyak dengan Kak Angga untuk mengklarifikasi beberapa hal. Intinya aku dan Kak Angga hanyalah sahabat, tidak lebih. Jadi andaikata nanti Kak Panji melihat kami akrab, suka ada komunikasi, jangan salah kira ya." Jelas Aul.

Raut terkejut tergambar di wajah Panji. "Bersahabat?!" ujarnya spontan dengan suara meninggi. Membuat Aul menegakkan punggungnya karena terkaget.

"Kak Panji gak suka?" Tanya Aul.

"Bukan. Bukan begitu." Sahut Panji dengan cepat. Mendadak terbit binar di matanya. "Kirain pergi malam mingguan buat jadian," ujarnya jujur mengutarakan prasangka.

Aul menggeleng. "Dari dulu sampai ke depannya aku dan Kak Angga tetap berteman. Kalau Kak Panji tidak percaya, bisa tanyakan langsung."

"Aku percaya sama kamu, Aul." Panji berpindah duduk satu sofa dengan Aul. "Jadi sekarang aku dipanggil ke sini mau ngasih jawaban apa?" Ia menatap lembut. Hilang sudah perih yang dari semalam timbul. Berganti terbit asa di dalam dada.

"Memangnya pertanyaannya apa?" Aul mengulum senyum sambil memeluk bantal sofa.

Panji tersenyum simpul. Ditatapnya dengan lekat wajah cantik berbalut pasmina warna krem yang kini menundukkan wajah. "Aul, aku sayang sama kamu lebih dari sekadar sahabat. Sejak dulu, sejak tiga tahun yang lalu, aku nungguin kamu mau membuka hati. Udah gak perlu lagi pacaran. Aku dan kamu udah saling kenal. Keluarga udah jelas dekat. Jadi pertanyaannya, apakah kamu bersedia jadi calon istriku, Aulia?"

Aul memeluk bantal sofa lebih erat untuk menekan dadanya yang berdebar kencang. Ia mendongak dan menatap Panji dengan kedua pipi yang merona. "Iya, Kak Panji. Aku bersedia."

Panji tersenyum lebar dengan wajah semringah. Ia hendak meraih tangan Aul, namun tiba-tiba,

"Assalamu'alaikum." Seorang kurir berjaket dan berhelm hijau berdiri di depan pintu yang terbuka lebar. "Pesanan atas nama Ami Selimut, Teh."

Aul menjawab salam dan berdiri dengan menahan tawa karena Panji terkaget. "Sudah dibayar belum, Kang?" Ia mengambil alih dua kantong besar dari tangan kurir itu.

"Sudah, Teh. Permisi." Kurir berlalu pergi. Meninggalkan Aul yang mengernyit melihat jajanan Ami yang banyak.

"Kak, sebentar ya mau ke atas dulu. Pesanan Ami." Aul mengangkat tentengannya.

Panji mengangguk dan tersenyum. Hari ini menjadi sejarah baginya. The new journey akan dimulai.

***

Di lantai atas sedang berlangsung belajar bersama dengan serius. Duduk bersama di gelaran karpet dengan gaya bebas. Berbagi metode belajar dengan menggunakan rumus cepat. Fokus pada pelajaran matematika dan kimia.

"Mi, apa rahasianya kamu bisa ranking satu. Padahal kamu tuh duduknya di belakang. Terus kelihatannya selow gitu kalo di kelas. Konser mulu hobinya." Tanya Ozi yang sudah merasa pusing mengerjakan tes soal matematika. Sampai mengacak-ngacak rambutnya. Kelakuannya itu ditertawakan teman lainnya.

"Masih pada ingat nggak motivasi Coach Akbar. Aku sih ditempel di kamar biar bisa kebaca tiap saat dan itu bisa jadi boster." Ami akan mulai menerangkan.

"Poin keempat kata Coach Akbar, KONSISTEN ISTIQOMAH DISIPLIN. Nah itu aku udah aplikasikan dari dulu. Kan waktu di pesantren waktu SMP, bangun tidur tuh wajib jam tiga. Jadinya dibiasakan terus deh sampe sekarang. Dan aku belajar di jam itu sampe subuh. Gak pernah SKS. Makanya selow aja kalo tiba-tiba guru ngasih ulangan." Jelas Ami berbagi rahasia.

"Abis subuh tidur lagi, Mi?" Tanya Sonya tak kalah penasaran.

Ami menggeleng. "Nggak lah, mana sempat. Kan jam 6 udah harus meluncur ke sekolah."

"Kalau aku bangun jam segitu bisa-bisa di kelas malah tidur." Marga nyengir kuda.

"Tidurnya jangan malam-malam. Aku jam sembilan udah tidur. Jadi bangun jam tiga tuh seger." Ami mencebikkan bibir pada Marga yang ia tahu suka begadang hanya untuk bermain game. Orang yang ditatapnya itu tertawa cengengesan.

"Lanjut kerjain soal, Marga. Jangan rebahan!" Ifa memukul punggung Marga dengan bukunya. Karena si tukang menguap di kelas itu telungkup di sampingnya.

"Break dulu lah, Fa. Otakku ngebul nih." Marga bergeming dengan posisinya.

"Amiiiii." Terdengar panggilan Aul dari bawah tangga. Salah seorang teman Ami berinisiatif turun.

"Teh, Ami nya lagi ke kamar mandi." Ucap Kia yang menghampiri Aul.

"Nitip aja deh sama Kia, ya? ini orderan Ami." Aul menyerahkan tentengannya. Diterima Kia dengan anggukkan dan kembali ke atas.

Ami yang baru keluar dari kamar, berpapasan dengan Kia yang baru duduk lagi di karpet.

"Mi, ini dari Teh Aul. Orderan Ami katanya." Kia menunjuk kantong yang disimpannya di meja.

Ami mengerutkan kening sambil mendekati meja. "Aku gak order kok. Salah alamat kali?" ujarnya bingung dan penasaran melihat isinya. Dua kotak pizza big box dan minuman tujuh cup dari merk yang sama. Juga sekantong roti merk ternama. Bisa dipastikan itu belinya di mall yang sama.

"Waduh dari aromanya pizza nih pasti." Marga mendadak bangun dengan semangat. "Mi, unboxing sekarang dong. Jadi lapar," sambungnya tanpa sungkan.

Ami yang masih dilanda bingung dengan jajanan lebih dari lima ratus ribu itu, mengabaikan ucapan Marga. Beralih menatap ponselnya yang berdering. Kak Akbar calling.

"Ha....." Belum selesai Ami menyapa, Akbar sudah lebih cepat menyambar.

"Mi, Kak Akbar order makanan buat Ami dan teman-teman. Udah sampe belum?"

Ami melebarkan mata. Bergegas ia berpindah tempat. Masuk ke kamarnya. Merasa malu jika teman-temannya tahu kalau yang menelepon adalah Coach Akbar. Yang tadi dibahasnya. "Oh, ini dari Kak Akbar? Aku lagi bingung, kirain kurir salah alamat."

Akbar terkekeh. "Dimakan ya! Biar makin semangat belajarnya. Jadi ingat Ami dulu. Kan sukanya ngemil. Masih sama kan sampe sekarang?"

Ami tersenyum dengan wajah merona. Yang tentu saja tidak akan terlihat oleh Akbar. "Iya, hehe. Aku juga masih ingat ucapan Kak Akbar dulu di rumah Kak Rama. Yang rajin belajar ya biar cepat gede. Sungguh, quote aliran sesat," ujarnya dengan mendecak.

Terdengar tawa lepas di ujung telepon. "Nggak nyangka Ami masih ingat ucapan itu." Kemudian Akbar mengganti panggilan telepon menjadi panggilan video.

Ami beralih duduk di sofa sambil bersila. Ia menerima sambungan video sehingga bisa melihat wajah baru Akbar yang rambutnya dipotong tipis di kedua sisi belakang telinga. Terlihat fresh. Membuatnya mengulum senyum.

"Iya Kak, aku juga gak tau kenapa ucapan itu sampai melekat di otak. Kadang suka geli sendiri." Sahut Ami sambil terkikik. Ia menjadi betah berbincang. Sejenak terlupa ada teman-temannya yang sedang menyelesaikan soal latihan.

"Padahal dulu itu spontan. Karena Ami nya emang imut menggemaskan. Eh, ternyata sekarang juga masih sama. Malah makin cantik." Seringai tampan menghiasi wajah Akbar yang sedang berada di sisi jendela kamarnya. Mengenakan setelan kaos hitam slimfit dan celana jeans.

Ami tersipu malu. Merasa kini badannya menjadi tidak nyaman. Kedua pipinya memanas. "Hm, Kak udahan dulu ya. Mau lanjutin belajar. Makasih banget untuk kirimannya ya, Kak," ujarnya memilih menyudahi karena baru sadar sudah lama berada di dalam kamar.

"Oke, Ami. Kak Akbar juga mau pergi. Ada acara dengan teman-teman."

"Mau hangout ya, Kak? Emang hari ini hari apa sih?" Ami mengerutkan kening.

"Iya, main dulu lah. Kan ini hari minggu. Ami lupa?"Akbar menatap layar dengan sudut bibirnya tertarik ke atas.

"Bukan hari minggu. Hari ini Kak Akbar ganteng banget. Hi hi hi." Ami menutup mulutnya dengan satu tangan.

Akbar tertawa sambil menepuk jidat. "Haduh. Terjebak gombalan lagi deh aku," ujarnya sambil geleng-geleng kepala. "Pengen balas tapi nggak bisa. Ajarin dong, Mi!"

"Oke, aku ajarin dengan soal matematika dasar ya. Kalo ini bisa dijawab, Kak Akbar bisa jadi suhu." Ami memasang wajah serius.

Akbar menautkan kedua alisnya. Tak urung ia mengangguk. Penasaran.

"Soalnya, dua ditambah lima jadi berapa?" Tanya Ami.

"Tujuh." Akbar menjawab cepat.

Ami menggeleng. "Salah, Kak. Dua ditambah lima itu, semoga kita selalu bersama. Hihihi."

"Sudah ah, Kak. Assalamu'alaikum." Ami memutus sambungan sepihak disaat Akbar menghempaskan punggung ke dinding tembok. Ia terkikik sendiri. Merasa lucu dengan respon Akbar yang oleng.

Ami keluar dari kamar usai menetralkan wajahnya yang tadi penuh senyum. Karena Akbar mengirim pesan saat sambungan diputuskan.

[Mi, Kak Akbar mau pergi sekalian cek gula darah. Sepertinya terserang diabetes nih]

Ami sudah membalasnya dengan emoji tawa.

Ia kini bergabung duduk di karpet usai menurunkan kantong makanan yang ada di meja.

"Mi, jadi itu makanan orderan siapa?" Tanya Sonya yang tadi mendengar ucapan Ami yang mengaku tidak memesan.

"Ternyata kiriman dari sodara. Barusan nelpon orangnya. Alhamdulillah rejeki anak soleha. Yuk ah dimakan dulu sambil cek jawaban. Nanti kita lanjut fisika." Ami memangkas rasa ingin tahu teman-temannya agar tidak lagi lanjut bertanya-tanya.

Terpopuler

Comments

⸙ᵍᵏKᵝ⃟ᴸIps

⸙ᵍᵏKᵝ⃟ᴸIps

Sodara yang mana Mii? sodara ketemu gede ya? kenapa gak jujur aja itu dari Coach Akbar 🤭

2023-01-25

55

Robiatul Adawiyah

Robiatul Adawiyah

hadeh hadehhh kerennn abizzz,,,cemungut autor

2023-10-19

1

Sandisalbiah

Sandisalbiah

gimana Akbar gak diabetes.. lah.. aku yg baca aja ikut senyum plus ngakak krn baper denger gombalan Ami.. apa kabarnya hati Akbar...? 😂😂😂 hadehh sampe ditergur pak suami " bunn... istigfar... katanya " 😅😅😅

2023-09-26

0

lihat semua
Episodes
1 1. Ami Selimut
2 2. Menuju Tasik
3 3. Coach Akbar Speechless
4 4. Ya Salam
5 5. Dapoer Ibu
6 6. Boneka Panda
7 7. Nikah Yuk!
8 8. Sabar
9 9. Tidak Sabar
10 10. Seperti Dancow
11 11. Obrolan Minggu
12 12. Terngiang-ngiang
13 13. Tumben
14 14. Siapa Panda?
15 15. Malam Mingguan
16 16. I Miss You
17 17. Selamat Berjuang
18 18. Mobil Bikin Cemas
19 19. Balonku Ada Lima
20 20. Efek Pisang
21 21. Ikan Arwana Terbang Melayang
22 22. Ibarat Nama Kota
23 23. Ketagihan
24 24. Layang-Layang Terbang Bermanuver
25 25. Awalnya Hampa Jadinya Kaget
26 26. Ada Apa Dengan Ami
27 27. Room Sebelah
28 28. I Like You So Much
29 29. Virus MU
30 30. Mengkudu
31 31. Apapun Kulakukan
32 32. Berangkat Bareng
33 33. Hari Lamaran
34 34. Apa Aku Jatuh Cinta
35 35. Kado Panda
36 36. Sweet Seventeen
37 37. Dikira Calon, Ternyata?
38 38. Mind Mapping
39 39. Ternyata Mimpi
40 40. Step by Step
41 41. Resepsi Siang
42 42. Jebakan Sang Coach
43 43. Belum Waktunya Just Be Mine
44 44. Sarapan Pagi Kita
45 45. Kucing Yang Bikin Deg Degan
46 46. Be Calm, Babe
47 47. Kegelisahan Ami
48 48. Ami Melunak
49 49. Menuju Pertandingan Silat
50 50. Aku halusinasi?
51 51. Hadiah Pepaya
52 52. Undangan
53 53. Kiriman Paket
54 54. Resepsi Aiko
55 55. Resepsi Aiko (2)
56 56. Bismillah, Aku Siap
57 57. Reaksi Mama Mila
58 58. Menunggu Ibu
59 59. Sampai Bertemu Besok
60 60. Cerita Cinta Mekkah
61 61. Surprise Tanpa Bilang-bilang
62 62. Mikirin Mobil
63 63. Bakwan
64 64. Kartu Mengejutkan
65 65. Ada Paket
66 66. Hayuk Ke KUA
67 67. Masih Suasana Lebaran
68 68. Lebaran Kedua
69 69. Tentang Izin
70 70. Ambyar
71 71. Pertemuan Yang Kuimpikan
72 72. Berburu Rusa Ke Bukit Barisan
73 73. Blasteran
74 74. Buah tangan
75 75. Jaga Hati
76 76. Kemesraan Ini
77 77. I Love You 3000
78 78. Apotek Tutup
79 79. Hari Yang Ditunggu
80 80. Happy Birthday To You
81 81. Sekuntum Mawar Merah
82 82. Rejeki Si Bungsu
83 83. Pernikahan Ibu
84 84. Pesta Usai
85 85. Usai Liburan
86 86. Awal Sekolah
87 87. Win Win Solution
88 88. Support System
89 89. Ayo Curhat
90 90. Hari Ini Hari Yang Kau Tunggu
91 91. Gempar
92 92. Sikap Ami
93 93. Aku Datang
94 94. Panggil Ami!
95 95. Perjuangan Restu
96 96. Empat Mata
97 97. Deal
98 98. Mulai Menyebar
99 99. Cinta Tak Bisa Dipaksakan
100 100. Salaman Lagi
101 101. Tantangan
102 102. Menjelang Pulang
103 103. Bersiap Pulang Kampung
104 104. Obrolan Adik Kakak
105 105. Undangan Panji
106 106. Jawaban Penantian
107 107. Ditunggu di Singapura
108 108. Tamu Rabu
109 109. Ciamis - KL
110 110. Deep Talk Singapura
111 111. Apel Pertama
112 112. Welcome Desember
113 113. Zaky Pulang
114 114. Hari Lamaran
115 115. Melamarmu
116 116. Alarm Bunyi
117 117. Kisah Malam Minggu
118 118. Dua Orang Yang Pergi
119 119. Akbar ke Sekolah
120 120. Paturay Tineung
121 121. Ponsel
122 122. Jiwa Yang Bersedih
123 123. Summer In München
124 124. Ungkap
125 125. Jiwa Yang Berontak
126 126. Hangatnya Summer in München
127 127. Maybe
128 128. Kisah Kasih AmBar
129 129. Akad Nikah
130 130. Aku Bagimu
131 131. Menempuh Hidup Baru
132 Pemenang Giveaway BAJC
133 Extra Part 1
134 Extra Part 2
135 Extra Part 3
136 Extra Part 4
Episodes

Updated 136 Episodes

1
1. Ami Selimut
2
2. Menuju Tasik
3
3. Coach Akbar Speechless
4
4. Ya Salam
5
5. Dapoer Ibu
6
6. Boneka Panda
7
7. Nikah Yuk!
8
8. Sabar
9
9. Tidak Sabar
10
10. Seperti Dancow
11
11. Obrolan Minggu
12
12. Terngiang-ngiang
13
13. Tumben
14
14. Siapa Panda?
15
15. Malam Mingguan
16
16. I Miss You
17
17. Selamat Berjuang
18
18. Mobil Bikin Cemas
19
19. Balonku Ada Lima
20
20. Efek Pisang
21
21. Ikan Arwana Terbang Melayang
22
22. Ibarat Nama Kota
23
23. Ketagihan
24
24. Layang-Layang Terbang Bermanuver
25
25. Awalnya Hampa Jadinya Kaget
26
26. Ada Apa Dengan Ami
27
27. Room Sebelah
28
28. I Like You So Much
29
29. Virus MU
30
30. Mengkudu
31
31. Apapun Kulakukan
32
32. Berangkat Bareng
33
33. Hari Lamaran
34
34. Apa Aku Jatuh Cinta
35
35. Kado Panda
36
36. Sweet Seventeen
37
37. Dikira Calon, Ternyata?
38
38. Mind Mapping
39
39. Ternyata Mimpi
40
40. Step by Step
41
41. Resepsi Siang
42
42. Jebakan Sang Coach
43
43. Belum Waktunya Just Be Mine
44
44. Sarapan Pagi Kita
45
45. Kucing Yang Bikin Deg Degan
46
46. Be Calm, Babe
47
47. Kegelisahan Ami
48
48. Ami Melunak
49
49. Menuju Pertandingan Silat
50
50. Aku halusinasi?
51
51. Hadiah Pepaya
52
52. Undangan
53
53. Kiriman Paket
54
54. Resepsi Aiko
55
55. Resepsi Aiko (2)
56
56. Bismillah, Aku Siap
57
57. Reaksi Mama Mila
58
58. Menunggu Ibu
59
59. Sampai Bertemu Besok
60
60. Cerita Cinta Mekkah
61
61. Surprise Tanpa Bilang-bilang
62
62. Mikirin Mobil
63
63. Bakwan
64
64. Kartu Mengejutkan
65
65. Ada Paket
66
66. Hayuk Ke KUA
67
67. Masih Suasana Lebaran
68
68. Lebaran Kedua
69
69. Tentang Izin
70
70. Ambyar
71
71. Pertemuan Yang Kuimpikan
72
72. Berburu Rusa Ke Bukit Barisan
73
73. Blasteran
74
74. Buah tangan
75
75. Jaga Hati
76
76. Kemesraan Ini
77
77. I Love You 3000
78
78. Apotek Tutup
79
79. Hari Yang Ditunggu
80
80. Happy Birthday To You
81
81. Sekuntum Mawar Merah
82
82. Rejeki Si Bungsu
83
83. Pernikahan Ibu
84
84. Pesta Usai
85
85. Usai Liburan
86
86. Awal Sekolah
87
87. Win Win Solution
88
88. Support System
89
89. Ayo Curhat
90
90. Hari Ini Hari Yang Kau Tunggu
91
91. Gempar
92
92. Sikap Ami
93
93. Aku Datang
94
94. Panggil Ami!
95
95. Perjuangan Restu
96
96. Empat Mata
97
97. Deal
98
98. Mulai Menyebar
99
99. Cinta Tak Bisa Dipaksakan
100
100. Salaman Lagi
101
101. Tantangan
102
102. Menjelang Pulang
103
103. Bersiap Pulang Kampung
104
104. Obrolan Adik Kakak
105
105. Undangan Panji
106
106. Jawaban Penantian
107
107. Ditunggu di Singapura
108
108. Tamu Rabu
109
109. Ciamis - KL
110
110. Deep Talk Singapura
111
111. Apel Pertama
112
112. Welcome Desember
113
113. Zaky Pulang
114
114. Hari Lamaran
115
115. Melamarmu
116
116. Alarm Bunyi
117
117. Kisah Malam Minggu
118
118. Dua Orang Yang Pergi
119
119. Akbar ke Sekolah
120
120. Paturay Tineung
121
121. Ponsel
122
122. Jiwa Yang Bersedih
123
123. Summer In München
124
124. Ungkap
125
125. Jiwa Yang Berontak
126
126. Hangatnya Summer in München
127
127. Maybe
128
128. Kisah Kasih AmBar
129
129. Akad Nikah
130
130. Aku Bagimu
131
131. Menempuh Hidup Baru
132
Pemenang Giveaway BAJC
133
Extra Part 1
134
Extra Part 2
135
Extra Part 3
136
Extra Part 4

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!