6. Boneka Panda

Akbar berbicara dengan berbisik-bisik di teras mushola, usai memakai lagi sepatunya. Leo menyimak dengan wajah serius, tapi ujung-ujungnya tersenyum menyeringai diiringi anggukkan. Lantas keduanya pergi meninggalkan area gazebo yang letaknya lebih rendah daripada bangunan utama di depan. Sama-sama menaiki tangga untuk akses keluar masuk area outdoor tersebut.

Ami mengeluarkan motor sport milik Zaky dari garasi. Tentu saja sudah mendapatkan izin pemiliknya yang juga menitipkan agar selalu dipanaskan. Hanya ia yang berani menggunakan motor itu. Aul yang feminim, tidak mau. Meski aksesnya dibatasi hanya boleh berkendara di jalan desa, mengingat belum punya SIM, bagi Ami sudah cukup senang.

Akbar dan Leo datang saat motor sedang dipanaskan. Melihat Ami sedang mengelap jok motor Ninja merah dengan riang. Sudah menggendong tas ransel di punggung dan memakai helm.

"Kak, berangkat sekarang yuk!" Ajakan Ami membuyarkan tatapan Akbar dan Leo yang melongo.

"Ami mau pakai Ninja?!" Akbar bertanya untuk memastikan.

"Iya, Kak. Aku emang belum punya SIM. Tapi tenang, nggak akan ada polisi. Kan jalanan desa bukan jalanan kota." Sahut Ami di balik helm full face yang kacanya belum di tutup.

Ami benar-benar ajaib. Banyak kejutan dengan sifat dan sikapnya. Benar kata Ami tadi, makhluk langka yang harus dilestarikan. Oh tidak, bagiku dia gadis langka yang harus diamankan.

Akbar lagi-lagi dibuat speechless. Tidak seperti Ami yang terlihat santai. Ia malah khawatir melihat gadis cantik berkendara malam dengan menggunakan motor sport. Segera melirik Leo.

"Mi, Kak Leo aja yang pakai motor. Ami naik mobil sama Kak Akbar. Kapan lagi motoran di Ciamis. Pakai Ninja lagi. Please ya, Mi!" Leo meminta dengan setengah memaksa.

Ami sempat termenung sejenak. Akhirnya mengalah. Membuka helm dan diserahkan kepada Leo.

Waktunya Akbar dan Leo pamit kepada Ibu Sekar. Sementara Ami menghampiri Aul di meja makan. Sedang menatap laporan keuangan bulanan Dapoer Ibu di layar laptop.

"Teh, nanti kirim video unboxing oleh-oleh Kak Akbar. Aku pinisirin isinya apa." Bisik Ami di telinga kanan Aul. Paper bag besar berwarna coklat beralih tempat di karpet ruang tengah. Belum sempat waktu mengintip isinya karena bersiap-siap akan pergi ke rumah Enin.

"Hm, ya. Kalo nggak lupa. Kan Teteh mah orangnya pelupa." Aul tetap menatap layar laptopnya. Memasang wajah datar.

"Ulu-ulu ada yang baperan. Fotoin ah, kirim ke Kak Panji. Ada yang lagi manyun, gitu." Ami mengeluarkan ponsel dari saku hoodie nya.

Aul buru-buru telungkup menyembunyikan wajahnya. "Ami, jangan ganggu teteh lagi kerja. Sana pergi!" Ucapnya beralih menutup wajah dengan buku yang ada di meja.

"Iya tapi janji ya kirim video unboxing!" Ami menusuk-nusuk pinggang Aul. Alhasil membuat kakaknya itu kegelian.

"AMI CEPETAN!" Suara Ibu Sekar berteriak dari ambang pintu.

"Tuh." Aul menunjuk dengan dagu ke arah dalam.

"Tapi teteh janji dulu!" Ami bersiap menusuk-nusuk lagi pinggang Aul.

"Iya-iya. Nanti dikirim." Aul menoyor bahu Ami agar segera pergi.

"Gitu dong." Ami mencolek dagu Aul dan berlalu. Tapi kemudian berhenti dan memutar badan. "Teh, mau titip salam sama Kak Panji?"

"TIDAK!" Aul mulai geram.

"Siap, Teh. Ami siap jadi kurir salam rindu. COD ya, Teh?"

"AMIII!" Teriakan Aul sudah naik ke level puncak. Beranjak keluar dari kursi dan mengejar. Dan Ami langsung ngacir sambil cekikikan.

Ibu Sekar dan sang tamu yang sudah menunggu di teras, menatap kedatangan Ami yang cekikikan, dituntut oleh Aul.

"Rebutan apa lagi sih?" Ibu menatap kakak beradik itu dengan kening mengkerut. Karena teriakan Aul terdengar sampai ke depan. Dan kehebohan itu biasa menghiasi rumah.

"Nggak, Bu." Ami menggelengkan kepala karena sudah diancam tidak akan jadi dikirim video unboxing kalau mulutnya lemes.

"Kita pamit ya Bu, Aul. Besok sebelum pulang ke Jakarta mau ke sini lagi. Pengen makan di gazebo." Ucap Akbar dengan wajah berbinar.

"Dengan senang hati. Lain waktu ajak juga istrinya liburan ke sini." Ibu Sekar memperhatikan Leo yang bersiap menyalakan mesin motor. Sudah tahu jika Ami jadinya naik mobil Akbar.

"Akbar belum nikah, Bu. Kalau aku udah. Jalan dua tahun. Sekarang istri lagi hamil 3 bulan. Insya Allah kalo udah gak mabok mau diajak ke sini. Tadi video call pas lagi di gazebo, jadi nangis pengen ke sini. Kenapa ya Bu, setelah hamil, istri jadi cengeng." Ucapan klarifikasi Leo berakhir curhat.

Ibu Sekar terkekeh. "Memang ibu hamil gejalanya beda-beda. Sebagian ada yang sensitif, jadi manja. Leo harus sabar ya."

Leo mengangguk dan tersenyum. Berlanjut memasang helm dan meraungkan knalpot. Selain permintaan Akbar agar bertukar kendaraan, ia juga senang bisa menggeber Ninja di jalanan Ciamis yang lengang.

***

Mobil kuning Akbar berkapasitas dua jok alias hanya untuk dua orang. Mulai melaju di jalan raya dengan kecepatan sedang. Suasana jalanan lengang yang tidak akan ditemui di Jakarta.

Bagi Ami ini sebuah kejutan. Awalnya hanya melihat supercar ini terparkir di sekolah, kini merasakan duduk di dalamnya. Bukan lagi hanya menonton di medsos, mobilnya Rafi Ahmad yang sama hanya beda warna. Kini ia menjadi penumpang, menemani sang CEO muda.

"Mi, tolong masukin nomer Ami!" Akbar memecah kebisuan dengan menoleh sekilas. Mengulurkan ponselnya usai membuka password.

Ami menerimanya. Dan kemudian terkesiap setelah memegang ponsel tanpa casing itu. "Akhirnya bisa pegang juga epon impian," ucap batinnya berseru riang.

"Di miss call, Mi. Save juga nomer Kak Akbar." Akbar tetap fokus menatap jalanan.

"Udah, Kak." Ami mengulurkan kembali ponsel milik Akbar.

"Pegang aja dulu. Nitip." Akbar mengikuti rambu-rambu pengalihan jalan yang tidak boleh lurus, harus berbelok ke kiri. Meski sudah lama tidak ke Ciamis. Namun masih hafal kondisi jajanannya.

"Mi, boleh nanya-nanya, nggak? Banyak yang pengen ditanyakan sama Ami nih." Akbar menoleh sekilas pada gadis yang mendadak jadi pendiam.

"Boleh-boleh. Pertanyaannya jangan yang sulit ya, Kak. Belum belajar. Hehe."

Akbar terkekeh. Ami mulai mencair. "Kenapa Ami sekolah di Tasik? Padahal jauh kan? Terus ke sekolah pakai Ninja juga?" Ia menoleh sekilas.

"Aku suka dengan suasana baru, Kak. Selama SMP kan sekolah sambil pesantren. Nah, SMA pengen lain. Al Barkah itu SMA swasta favorit. Metode belajarnya bagus. Ditambah aku masuk Al Barkah tanpa seleksi karena konstan ranking satu dari mulai kelas tujuh."

"Wow, anak pintar." Akbar menoleh untuk memberi senyum.

Ami tersipu. "Aku sekolah diantar jemput sopir. Belum boleh bawa motor ke sekolah sama Ibu, soalnya belum 17 tahun."

"Tapi Kak Akbar setuju Ami sekolahnya diantar jemput sopir aja. Kan jaraknya jauh. Kalau bawa motor bisa-bisa cape. Ujung-ujungnya mengganggu produktivitas belajar."

"Ya liat nanti deh, dicoba dulu. Suka seru kalau pagi-pagi lihat konvoy motor yang pada berangkat sekolah."

"Terus kenapa duduknya paling belakang? Biasanya murid pintar milih duduknya paling depan atau minimal di tengah lah." Satu persatu rasa penasarannya diutarakan.

"Alasan pertama, karena ada teman yang minder. Namanya Kia. Dia merasa paling miskin di kelas. Bisa sekolah di sana karena dapat beasiswa. Aku milih jadi teman sebangkunya. Yang kedua, biar bisa ngawasin yang suka ribut ngobrol kalo jam pelajaran. Kan enak bisa mentung pakai bola kertas. Hihihi."

Akbar tertawa. Sama sekali tak terbayang dengan alasan kedua Ami.

"Jiwa empati Ami hebat. Kak Akbar salut." Akbar tulus memuji. Membuat Ami tersipu malu.

Sejenak hening karena mobil mulai memelan dipertigaan lampu merah.

"Hm, Ami 17 tahunnya emang kapan?" Akbar leluasa menatap wajah imut penumpangnya saat mobil berhenti di lampu merah.

"Empat bulan lagi." Ami balas menatap dengan mengangkat empat jarinya.

"Agustus berarti. Tanggal?" Akbar menaikkan satu alisnya.

"Ada deh. Rahasia ah. Takut dikasih kado." Ami meringiskan wajah.

Akbar tertawa lepas. "Ami....Ami. Kamu ini aneh. Orang pada seneng dikasih kado. Kok kamu malah sebaliknya sih." Ia masih posisi memiringkan badan menatap Ami.

"Karena aku takut Kak Akbar ngasih kado, tapi kadonya di luar ekspektasi. Malah bikin kecewa dan bete nantinya." Ami mengerucutkan bibir. Menggelengkan kepala dengan pandangan lurus ke depan.

Akbar mengulum senyum. Gemas melihat ekspresi Ami yang lucu dan terlihat jelas meski remang cahaya. "Memangnya Ami pengen kado apa? Bilang aja. Kak Akbar akan beliin. Biar nggak salah kado kalo inisiatif sendiri."

"Benarkah?" Ami tersenyum semringah menatap sang driver. Akbar tersenyum dan mengangguk pasti.

"Aku mau kado sweet seventeen nya boneka Panda yang spesial. Kak Akbar tahu Panda yang spesial?"

Akbar menggeleng. "Kirim aja gambarnya atau link tokonya ya biar nggak salah beli."

"Tidak ada fotonya, Kak. Karena Panda yang spesial itu, Pandangin kamu setiap hari. Hihihi." Ami kemudian tertawa lepas karena melihat Akbar mengelus dada lalu kepalanya terkulai.

"Kak...bangun Kak, jangan pingsan woy. Udah ijo tuh." Ami menggoyang-goyangkan lengan Akbar yang memejamkan mata. Ia masih terkekeh melihat sang driver yang mati kutu dan pura-pura pingsan.

Klakson dari belakang terdengar bersahutan. Akbar menegakkan punggung dengan senyum yang masih menghiasi wajah tampannya yang memanas dan memerah. Melajukan kembali mobilnya. Jarak 400 meter lagi bersiap berbelok memasuki jalanan desa.

Terpopuler

Comments

Normahasrul

Normahasrul

Akbar meleyot digombalin ami😂😂😂😂

2024-04-04

0

sherly

sherly

habis si Akbar digombal Ama Ami.... gimana om mau lagi ?

2023-12-25

0

Siti Rohaemy

Siti Rohaemy

ya Allah, Ami. ada2 aja gombalan mu 😂😂😂👍👍👍

2023-09-23

1

lihat semua
Episodes
1 1. Ami Selimut
2 2. Menuju Tasik
3 3. Coach Akbar Speechless
4 4. Ya Salam
5 5. Dapoer Ibu
6 6. Boneka Panda
7 7. Nikah Yuk!
8 8. Sabar
9 9. Tidak Sabar
10 10. Seperti Dancow
11 11. Obrolan Minggu
12 12. Terngiang-ngiang
13 13. Tumben
14 14. Siapa Panda?
15 15. Malam Mingguan
16 16. I Miss You
17 17. Selamat Berjuang
18 18. Mobil Bikin Cemas
19 19. Balonku Ada Lima
20 20. Efek Pisang
21 21. Ikan Arwana Terbang Melayang
22 22. Ibarat Nama Kota
23 23. Ketagihan
24 24. Layang-Layang Terbang Bermanuver
25 25. Awalnya Hampa Jadinya Kaget
26 26. Ada Apa Dengan Ami
27 27. Room Sebelah
28 28. I Like You So Much
29 29. Virus MU
30 30. Mengkudu
31 31. Apapun Kulakukan
32 32. Berangkat Bareng
33 33. Hari Lamaran
34 34. Apa Aku Jatuh Cinta
35 35. Kado Panda
36 36. Sweet Seventeen
37 37. Dikira Calon, Ternyata?
38 38. Mind Mapping
39 39. Ternyata Mimpi
40 40. Step by Step
41 41. Resepsi Siang
42 42. Jebakan Sang Coach
43 43. Belum Waktunya Just Be Mine
44 44. Sarapan Pagi Kita
45 45. Kucing Yang Bikin Deg Degan
46 46. Be Calm, Babe
47 47. Kegelisahan Ami
48 48. Ami Melunak
49 49. Menuju Pertandingan Silat
50 50. Aku halusinasi?
51 51. Hadiah Pepaya
52 52. Undangan
53 53. Kiriman Paket
54 54. Resepsi Aiko
55 55. Resepsi Aiko (2)
56 56. Bismillah, Aku Siap
57 57. Reaksi Mama Mila
58 58. Menunggu Ibu
59 59. Sampai Bertemu Besok
60 60. Cerita Cinta Mekkah
61 61. Surprise Tanpa Bilang-bilang
62 62. Mikirin Mobil
63 63. Bakwan
64 64. Kartu Mengejutkan
65 65. Ada Paket
66 66. Hayuk Ke KUA
67 67. Masih Suasana Lebaran
68 68. Lebaran Kedua
69 69. Tentang Izin
70 70. Ambyar
71 71. Pertemuan Yang Kuimpikan
72 72. Berburu Rusa Ke Bukit Barisan
73 73. Blasteran
74 74. Buah tangan
75 75. Jaga Hati
76 76. Kemesraan Ini
77 77. I Love You 3000
78 78. Apotek Tutup
79 79. Hari Yang Ditunggu
80 80. Happy Birthday To You
81 81. Sekuntum Mawar Merah
82 82. Rejeki Si Bungsu
83 83. Pernikahan Ibu
84 84. Pesta Usai
85 85. Usai Liburan
86 86. Awal Sekolah
87 87. Win Win Solution
88 88. Support System
89 89. Ayo Curhat
90 90. Hari Ini Hari Yang Kau Tunggu
91 91. Gempar
92 92. Sikap Ami
93 93. Aku Datang
94 94. Panggil Ami!
95 95. Perjuangan Restu
96 96. Empat Mata
97 97. Deal
98 98. Mulai Menyebar
99 99. Cinta Tak Bisa Dipaksakan
100 100. Salaman Lagi
101 101. Tantangan
102 102. Menjelang Pulang
103 103. Bersiap Pulang Kampung
104 104. Obrolan Adik Kakak
105 105. Undangan Panji
106 106. Jawaban Penantian
107 107. Ditunggu di Singapura
108 108. Tamu Rabu
109 109. Ciamis - KL
110 110. Deep Talk Singapura
111 111. Apel Pertama
112 112. Welcome Desember
113 113. Zaky Pulang
114 114. Hari Lamaran
115 115. Melamarmu
116 116. Alarm Bunyi
117 117. Kisah Malam Minggu
118 118. Dua Orang Yang Pergi
119 119. Akbar ke Sekolah
120 120. Paturay Tineung
121 121. Ponsel
122 122. Jiwa Yang Bersedih
123 123. Summer In München
124 124. Ungkap
125 125. Jiwa Yang Berontak
126 126. Hangatnya Summer in München
127 127. Maybe
128 128. Kisah Kasih AmBar
129 129. Akad Nikah
130 130. Aku Bagimu
131 131. Menempuh Hidup Baru
132 Pemenang Giveaway BAJC
133 Extra Part 1
134 Extra Part 2
135 Extra Part 3
136 Extra Part 4
Episodes

Updated 136 Episodes

1
1. Ami Selimut
2
2. Menuju Tasik
3
3. Coach Akbar Speechless
4
4. Ya Salam
5
5. Dapoer Ibu
6
6. Boneka Panda
7
7. Nikah Yuk!
8
8. Sabar
9
9. Tidak Sabar
10
10. Seperti Dancow
11
11. Obrolan Minggu
12
12. Terngiang-ngiang
13
13. Tumben
14
14. Siapa Panda?
15
15. Malam Mingguan
16
16. I Miss You
17
17. Selamat Berjuang
18
18. Mobil Bikin Cemas
19
19. Balonku Ada Lima
20
20. Efek Pisang
21
21. Ikan Arwana Terbang Melayang
22
22. Ibarat Nama Kota
23
23. Ketagihan
24
24. Layang-Layang Terbang Bermanuver
25
25. Awalnya Hampa Jadinya Kaget
26
26. Ada Apa Dengan Ami
27
27. Room Sebelah
28
28. I Like You So Much
29
29. Virus MU
30
30. Mengkudu
31
31. Apapun Kulakukan
32
32. Berangkat Bareng
33
33. Hari Lamaran
34
34. Apa Aku Jatuh Cinta
35
35. Kado Panda
36
36. Sweet Seventeen
37
37. Dikira Calon, Ternyata?
38
38. Mind Mapping
39
39. Ternyata Mimpi
40
40. Step by Step
41
41. Resepsi Siang
42
42. Jebakan Sang Coach
43
43. Belum Waktunya Just Be Mine
44
44. Sarapan Pagi Kita
45
45. Kucing Yang Bikin Deg Degan
46
46. Be Calm, Babe
47
47. Kegelisahan Ami
48
48. Ami Melunak
49
49. Menuju Pertandingan Silat
50
50. Aku halusinasi?
51
51. Hadiah Pepaya
52
52. Undangan
53
53. Kiriman Paket
54
54. Resepsi Aiko
55
55. Resepsi Aiko (2)
56
56. Bismillah, Aku Siap
57
57. Reaksi Mama Mila
58
58. Menunggu Ibu
59
59. Sampai Bertemu Besok
60
60. Cerita Cinta Mekkah
61
61. Surprise Tanpa Bilang-bilang
62
62. Mikirin Mobil
63
63. Bakwan
64
64. Kartu Mengejutkan
65
65. Ada Paket
66
66. Hayuk Ke KUA
67
67. Masih Suasana Lebaran
68
68. Lebaran Kedua
69
69. Tentang Izin
70
70. Ambyar
71
71. Pertemuan Yang Kuimpikan
72
72. Berburu Rusa Ke Bukit Barisan
73
73. Blasteran
74
74. Buah tangan
75
75. Jaga Hati
76
76. Kemesraan Ini
77
77. I Love You 3000
78
78. Apotek Tutup
79
79. Hari Yang Ditunggu
80
80. Happy Birthday To You
81
81. Sekuntum Mawar Merah
82
82. Rejeki Si Bungsu
83
83. Pernikahan Ibu
84
84. Pesta Usai
85
85. Usai Liburan
86
86. Awal Sekolah
87
87. Win Win Solution
88
88. Support System
89
89. Ayo Curhat
90
90. Hari Ini Hari Yang Kau Tunggu
91
91. Gempar
92
92. Sikap Ami
93
93. Aku Datang
94
94. Panggil Ami!
95
95. Perjuangan Restu
96
96. Empat Mata
97
97. Deal
98
98. Mulai Menyebar
99
99. Cinta Tak Bisa Dipaksakan
100
100. Salaman Lagi
101
101. Tantangan
102
102. Menjelang Pulang
103
103. Bersiap Pulang Kampung
104
104. Obrolan Adik Kakak
105
105. Undangan Panji
106
106. Jawaban Penantian
107
107. Ditunggu di Singapura
108
108. Tamu Rabu
109
109. Ciamis - KL
110
110. Deep Talk Singapura
111
111. Apel Pertama
112
112. Welcome Desember
113
113. Zaky Pulang
114
114. Hari Lamaran
115
115. Melamarmu
116
116. Alarm Bunyi
117
117. Kisah Malam Minggu
118
118. Dua Orang Yang Pergi
119
119. Akbar ke Sekolah
120
120. Paturay Tineung
121
121. Ponsel
122
122. Jiwa Yang Bersedih
123
123. Summer In München
124
124. Ungkap
125
125. Jiwa Yang Berontak
126
126. Hangatnya Summer in München
127
127. Maybe
128
128. Kisah Kasih AmBar
129
129. Akad Nikah
130
130. Aku Bagimu
131
131. Menempuh Hidup Baru
132
Pemenang Giveaway BAJC
133
Extra Part 1
134
Extra Part 2
135
Extra Part 3
136
Extra Part 4

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!