SM BAB 7 - Penurut

Chris sepertinya mempunyai hobi baru yaitu mengganggu Aya.

Melihat Aya yang suka salah tingkah, Chris dengan sengaja membuka kaos yang dia pakai di depan gadis itu.

"Aaaaa..." Aya menutup matanya karena melihat Chris bertelanjang dada. "Sa... saya akan keluar, Tuan Muda!"

"Siapa yang menyuruhmu keluar? Kau harus menunggu di sini atau kau ingin menggosok punggungku?" Chris memberikan pilihan.

"Saya menunggu saja," jawab Aya dengan cepat.

Chris tersenyum miring, dia masuk ke kamar mandi dan mandi dengan air hangat yang telah disiapkan oleh Aya sebelumnya.

Beberapa menit berlalu, Chris keluar dengan memakai handuk melilit pinggangnya. Aya cepat-cepat memejamkan matanya lagi.

"Menurutmu bagus warna hitam atau navy?" tanya Chris yang ingin memakai baju antara dua warna itu.

"Dua-duanya bagus, Tuan Muda," jawab Aya. Dia berharap Chris cepat memakai baju.

"Aku pilih hitam sesuai dengan warna kulitmu," ucap Chris sambil memilih baju di rak bajunya.

Pemuda itu memilih celana dan baju hitam untuk pergi ke kampus.

"Oh iya, jangan lupa ganti baju, maksudnya jangan memakai baju pelayan saat ikut aku ke kampus," ucap Chris setelah memakai baju.

"Hah?" Aya jadi bingung sendiri, dia kan tidak punya baju. Di kamarnya hanya ada baju tidur dan seragam pelayan. "Pakai seragam saja, Tuan Muda."

"Saya tidak punya baju."

Chris mengerutkan keningnya dalam sekali, dia mendekati Aya dan berdiri di depan gadis itu. "Kenapa bisa tidak punya baju?"

"Itu..." Aya mencari jawaban yang masuk akal tapi tidak menemukannya.

"Kalau begitu kita beli baju," ucap Chris lagi.

"Tidak perlu, Tuan Muda," Aya takut gajinya akan dipotong.

Namun, Chris justru meninggalkan Aya begitu , pemuda itu mengambil tasnya dan keluar kamar.

"Ish, aneh..." gerutu Aya.

Sebelum ikut ke kampus, Aya pergi ke dapur dan sarapan di sana.

"Jadi, Tuan Muda akan membawamu ke kampus?" tanya Bibi An.

"Iya, apa pelayan sebelumnya juga pernah dibawa?" Aya jadi penasaran.

"Tidak pernah, ini untuk pertama kalinya," jawab Bibi An. Sepertinya Chris memang menyukai Aya walaupun wajah gadis itu cemong.

"Tuan muda Chris itu sebenarnya perhatian tapi kenapa pelayan yang terdahulu tidak ada yang tahan?" tanya Aya lagi.

Dan Aya mendapat jawaban dari pelayan lainnya.

"Ini rahasia dan kau harus berhati-hati. Jadi, tuan muda dulu mempunyai kekasih tapi sudah meninggal karena kecelakaan, arwahnya menempel pada tuan muda. Setiap ada pelayan baru pasti diganggu oleh arwah itu, apa kau sudah pernah diganggu?"

Aya jadi merinding dan menggelengkan kepalanya. "Belum, aku tidak pernah melihat arwah!"

"Mungkin itu alasan tuan muda menerimamu,"

Aya mempercepat makannya, dia tidak boleh terlambat dan menurut pada Chris atau arwah itu akan mengganggunya.

Pada saat itu, Chris tengah sarapan bersama keluarganya. Aya berjalan ke pojokan dan berdiri di sana.

"Kemarilah..." panggil Chris.

Aya pun datang, dia berdiri di belakang tuan mudanya.

"Roti isi ini enak, cobalah!" Chris memberikan sebuah roti isi yang besar pada pelayan itu.

Padahal Aya sudah kenyang tapi dia tetap menerima dan memakannya.

"Penurut sekali," komentar Crystal.

"Duduklah, tidak baik makan sambil berdiri," pinta Sera.

Mata Aya membulat, bagaimana mungkin seorang pelayan rendahan sepertinya duduk di kursi yang sama bersama tuannya.

"Kau tidak mendengar?" tegur Chris karena Aya tetap berdiri.

Pemuda itu pun menarik kursi yang ada di sampingnya supaya Aya bisa duduk.

Dengan gugup Aya duduk di sana, gadis itu makan sambil menunduk malu.

"Dasar jelek," Chris berkata sambil mengelus rambut Aya.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***