🍄🍄🍄
-
-
-
“Dafa... ada apa kamu kesini?” tanya Mita kepada pemuda tinggi nan tampan dihadapannya. Pemuda itulah yang merupakan sahabatnya, yang selalu ada untuknya ketika ia merasa susah.
Tepat dihadapan Mita, pemuda itu sedikit menunduk untuk melihat wajah sang sahabat. Kemudian memberikan senyuman hangat kepada sahabatnya itu.
“Tentu saja aku disini untuk menjemputmu!” jawab Dafa.
Mita menukikan kedua alisnya, “Menjemputku? Mengapa menjemputku?” tanyanya bingung.
Dafa sejenak terkekeh, “Ya tentu saja untuk mengantarmu kerja lah, baby....” kata Dafa yang kemudian mengelus kepala Mita dengan perasaan gemasnya.
Mita melepaskan tangan besar itu dari kepalanya. “Jangan panggil aku baby, aku bukan bayimu....” ucap Mita memberengutkan bibirnya.
“Hahaha, maaf baby... aku sudah terbiasa memanggilmu seperti itu. Bahkan sejak kita duduk dibangku Sma aku selalu memanggilmu seperti itu.” Jelasnya.
“Jangan mengingatkanku tentang itu... gara-gara panggilan itu orang yang mendengarnya mengira kita sedang pacaran, padahal kita hanya cocok menjadi sahabat saja....” ujar Mita sambil mengelengkan kepalanya.
Sedangkan Dafa yang mendengar itu, hatinya kembali terenyuh. Itulah mengapa sampai sekarang ia belum mengungkapkan perasaannya kepada wanita itu, karena ia takut jika wanita berkedok sahabatnya akan menjauhinya ketika ia mengungkapkan perasaannya. Dia benar-benar takut akan hal itu.
Miko yang menjadi saksi bagaimana perlakuan Dafa kepada kakaknya itu, mengelengkan kepalanya. Ia merasa heran kepada sang kakak yang selalu tak peka. Dan menekankan diantara keduanya tak akan ada yang namanya berpacaran. Jelas-jelas diantara pria dan wanita pasti akan ada yang namanya jatuh cinta, atau diantara mereka pasti akan ada yang namanya menyimpan sebuah perasaan.
“Jadi Dafa... mulai sekarang jangan memanggilku seperti itu ya?” peringat Mita.
Dafa tersenyum meremeh, “Entahlah... aku gak bisa janji baby....”
Mita kembali memberengutkan bibirnya, “Ish! Kau nih....”
“Ayo aku antar, bukankah kau sebentar lagi ada jadwal memeriksa pasien? Katamu pasienmu akan segera melahirkan?”
Tiba-tiba Mita menepuk jidatnya, “Oh iya lupa! Astaga....”
Dafa kembali terkekeh. “Lebih baik aku antar kamu sekarang! Yuk, mumpung aku bawa motor, dan pasti lebih cepat dari mobil karena jalanan sekarang mungkin sedang macet!” jelas Dafa.
Mita nampak berfikir, namun pada akhirnya wanita itu menganggukan kepalanya. “Yasudah, aku ikut denganmu saja.”
Dafa yang mendengar itu kembali tersenyum kesenangan. “Ayo baby, kita berangkat sekarang!” ujar Dafa yang langsung menarik tangan Mita untuk dibawa pergi.
“Minoo!! Kakak berangkat dulu ya! Kamu jangan lupa sarapan!” teriak Mita kepada sang adik.
“Ya kak... santai saja, nikmati aja waktumu!” jawab Miko yang juga ikut berteriak. Namun sambil mengerlingkan matanya guna untuk menggoda sang kakak.
“Ish bocah itu....” gumam Mita sebal melihat tingkah adiknya.
°°°°°
Dengan kecepatan tinggi, Dafa membawa motor besarnya dengan sangat lihai. Bahkan Mita yang sedang dibonceng itu sampai memeluk erat pinggang pemuda itu, tentu Dafa sangat senang mendapati hal itu. Dirinya bahkan rela mengantar jemput Mita setiap hari jika saja ia tak sibuk dikantornya. Itu sebabnya ia berangkat pagi-pagi hanya ingin menjemput Mita dan mengantarnya sampai didepan rumah sakit. Hal sesederhana begitu saja sudah membuatnya senang! Apalagi jika diantara mereka sudah menjalin hubungan. Sudah dipastikan Dafa pasti akan merasa sangat senang.
Saat motor itu memasuki area rumah sakit, barulah Dafa menghentikan laju motornya.
Dafa lebih dahulu turun dari motornya setelah ia menstandar motornya itu, ia turun lebih dulu karena ingin membantu Mita untuk turun dari motornya.
Bahkan Mita sampai terpekik kaget kala merasakan tubuhnya yang melayang diudara, sebab Dafa membantu menurunkan Mita dengan cara mengangkat tubuh wanita itu.
“Yaampun Dafa... bikin orang kaget aja! Lain kali jangan diulangi. Aku benar-benar tak suka!” pekik Mita saat dirinya sudah turun diatas motor.
Dafa terkekeh pelan, “Mengapa tak suka? Bukankah malah lebih mudah turun dengan cara digendong?”
“Iya mudah... tapi kalau kamu gak izin dulu aku jadi gak suka....” ucap Mita berusaha menetralkan rasa kekesalannya.
“Hahaha, iya deh iya....” dengan perlahan, pria itu membantu melepas helem yang ada dikepala Mita tentu dengan sangat lembut karena dirinya tak ingin jika wanita itu sampai terluka.
“Hup! Sudah baby....” ucap Dafa sambil meletakkan helem itu dibagikan motornya.
“Beba, bebi... sudah dibilangin masih gak nurut aja....” gerutu Mita.
“Hahaha keceplosan beby....” timpal Dafa yang kembali mengelus kepala Mita.
Hal itu tentu membuat Mita bertambah sebal, “Singkirkan tanganmu itu... disini area umum, takutnya ada teman kerjaku yang melihat....” bisik Mita.
Namun dugaanya itu benar adanya, jika interaksi keduanya sudah dilihat oleh Clara yang kebetulan saat itu berjalan bersama Fadli.
“Wah dokter Mita... saya tak menyangka jika anda bisa berpacaran secara terang-terangan diarea rumah sakit ini?” ucap Clara yang saat itu membuat Mita dan Dafa saling mengalihkan pandangan.
Mita sedikit terkejut ketika mendapati Clara dan Fadli berjalan kearahnya, lain hal dengan Dafa yang biasa-biasa saja tak ada rasa terkejut didalam dirinya. Karena dirinya tak pernah menyangkal jika orang lain selalu menganggap dirinya kekasih Mita, sang sahabat.
Clara tersenyum kemenangan saat mendapati Mita yang selalu melawan ucapannya, kini hanya diam tak menanggapi.
“Pagi dokter Mita....” sapa Clara, yang hanya sebagai basa-basi saja. Sedangkan Fadli hanya menyapa dengan menganggukan kepalanya saja.
“Pa-pagi dokter Clara... pagi juga buat dokter Fadli....” ucap Mita sambil melirikkan matanya kearah Fadli. Namun Fadli sama sekali tak menatapnya.
“Sudah berapa lama anda berpacaran dokter Mita?” tanya Clara yang sangat kepo. Dirinya melakukan itu hanya untuk menjatuhkan nama baik didepan mata Fadli.
Sejenak Mita menghela nafasnya, karena jika dirinya dihadapkan dengan penyihir hitam yang ada didepannya, ia selalu melakukan itu. Guna untuk mempersiapkan dirinya untuk melawan sang penyihir.
“Maaf ya dokter Clara, anda ini sepertinya hanya salah pamah saja. Saya dan seorang pria yang ada disamping saya ini hanyalah seorang teman saja... kami berdua tak ada menjalin hubungan seperti yang diucapkan oleh dokter Clara barusan,” jelas Mita dengan sangat rinci.
“Bukankah begitu Dafa?” tanya Mita kepada sahabatnya, untuk memberikan sebuah bukti semata saja.
Dafa tak langsung menjawab, pria itu malah diam entah apa yang sedang dipikirkannya.
“Wah? Bahkan pria yang anda sebut teman itu tak menyangkalnya dokter?” ucap Clara meremeh.
Tentu Mita merasa kesal mendengar hal itu, “Sepertinya teman saya sedang sariawan, itu sebabnya dia sejak tadi hanya diam saja!” jelas Mita.
Hal itu membuat Clara tertawa mendengarnya. “Oh? Begitukah?” tanya Clara merasa tak percaya.
Clara pun mengalihkan pandangannya kepada Dafa, “Maaf tuan jika saya lancang. Apakah anda benar-benar bukan kekasih dokter Mita? Anda tak perlu malu-malu mengatakannya karena saya merupakan teman dokter Mita....” ucap Clara mencoba memancing.
Mita bahkan sampai bergedik ngeri kala mendengar ucapan itu. 'Cih! Teman katanya? Lebih baik aku berteman sama orang gila dari pada berteman dengan nenek sihir sepertinya.' Batin Mita sambil mengelus tubuhnya yang terasa merinding.
-
-
-
🍄🍄🍄
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Alanna Th
d dunia nt, yg nmny clara selalu pmbwt rusuh y
2023-10-20
0
Alanna Th
aq zuka pmrnny ada dokternya 😘😍💖💖💖👍😂🤣
2023-10-20
0
@Kristin
Selamat buat karya baru nya...🎉
2023-02-13
1