Bertahan Sakit Berpisah Sulit

Bertahan Sakit Berpisah Sulit

Bab 001: Menemukan Ayah si Jabang Bayi

Dengan perasaan kacau Likta pulang, dia meminta cuti beberapa hari dari tempat kerjanya. Tubuhnya begitu lelah, siklus haid yang tak normal membuat Likta tenang. Namun, ditampar keras oleh kenyataan ketika dokter mengatakan bahwa kehamilannya sudah terhitung dua belas minggu.

Likta terduduk lemas sepulang dari klinik, ke mana dia akan bersembunyi kalau sudah begini. Menemukan ayah si jabang bayi, jelas tidak mungkin. Bahkan dia tidak mengenal pria itu sama sekali, tetapi entah bagaimana seperti ada daya tarik tersendiri ketika pertama kali melihatnya. Dan, melewati tiga hari bersama, masa ter ... tidak tepat rasanya menyebut terindah karena semua datang begitu tiba-tiba dan mengejutkan.

Kilas balik malam menggelora itu berputar di kepala, setiap inti sel tubuh Likta berdenyut gelisah. Seakan-akan panasnya pergulatan canggung itu masih tertinggal. Dia tercenung membayangkan ditinggal begitu saja keesokan harinya, kalau dipikir-pikir memang suatu kebodohan. Tanpa tahu nama, dirinya rela memberikan sesuatu yang paling berharga.

Rasa kecewa terhadap diri sendiri menggelayuti hati, Likta jelas tidak mengharap menjalani masa kehamilan tanpa suami. Sedari awal, dia memang tak beniat menuntut apa pun kepada pria itu, tetapi bayi yang berada di dalam kandungan berhak tahu siapa ayahnya.

Sudah tiga hari ini Likta datang ke tempat-tempat yang mungkin didatangi pria itu, tetapi hasilnya nihil bahkan petugas hotel tidak mau memberi data apa pun mengenai reservasi malam itu.

“Ta, kok, nyantai? Enggak kerja?” tanya Farida, adik dari almarhumah ibu Likta. Dia meletakkan seteko besar es teh lengkap dengan sepiring pisang rebus.

Farida menghempaskan tubuh di sebelah Likta, meraih remot lantas mencari acara gosip di televisi. Berita terbaru mengenai artis-artis papan atas mulai bergulir, mulai dari kasus KDRT sampai kabar membahagiakan datang dari model yang sedang naik daun—Violacea.

“Capek, Te.” Likta menjawab sambil menuang es teh, dia jarang sekali minum-minuman dingin, tetapi ini rasanya lain. Ada semacam keinginan yang susah ditolak.

“Wah, jangan-jangan hamil, nih," gumam Farida.

Mendengar penuturan sang tante, sontak Likta menyemburkan es teh dari mulut hingga terbatuk-batuk.

“Pelan-pelan minumnya,” kata Farida tanpa menoleh. “Kalau bukan ada apa-apa, jarang sekali ada artis memutuskan menikah di saat karir lagi meroket.” Lanjut mengomentari acara yang ditonton.

Likta hendak pergi sebelum terhenti melihat calon suami Violacea, dia pun kembali duduk. Matanya menatap lekat-lekat wajah menawan pria bernama Tiarnan. Sang pembicaraan mengatakan bahwa keduanya akan melangsungkan pertunangan terlebih dahulu di Bali.

“Pantes buru-buru, calonnya ganteng gitu, dan tau enggak Likta, Tiarnan itu masuk dalam sepuluh orang terkaya se-Asia. Selama ini jarang tampil di TV, maklum tinggalnya di luar negeri. Eh, tau-tau kepincut artis dalam negeri. Cocok ya mereka?” cerocos Farida tanpa koma, sedangkan dada sang keponakan berdetak kian cepat, sesak tiada terkira. “Eh, Ta, diajak omong juga, malah diam aja.”

“Hah?”

“Lah, enggak nyambung, makanya sesekali nonton berita biar gak kuper,” ujar Farida selagi tangan menyambar pisang rebus.

Likta tidak mengacuhkan perkataan Farida, berjalan linglung menuju ke kamar. Merebahkan tubuh di atas kasur dengan posisi kaki menggantung. Sekarang apa? Bagaimana bisa? Sekuper itukah dia, sampai tidak mengenali orang yang tidur dengannya? Segala pertanyaan berkecamuk di dalam pikiran.

Seberkas cahaya melintas, jemari Likta merasakan sentuhan lembut sedingin es. Samar-samar terdengar bisikan di telinga. “Papa harus tau.”

Likta terlonjak dari tidurnya, dia sedang bermimpi, apa itu tadi suara hatinya? Mungkin Ayon—ayahnya—punya solusi untuk masalah ini. Ah, tetapi mustahil, hubungannya dengan sang ayah jauh dari kata baik. Yang ada nanti memiliki julukan baru, selain anak pembawa sial bertambah wanita murahan.

“Brielle, dia mungkin bisa bantu.” Tanpa mengulur waktu, Likta bergegas keluar dari kamar. “Te, aku mau ke rumah Brielle dulu,” pamitnya.

“Ya, pas pulang jangan tangan kosong.”

“He'eh.”

Jarak dari rumah Farida ke rumah Brielle hanya membutuhkan waktu lima menit. Likta mematikan mesin tepat di pelataran rumah, lalu melepas helm dan mengarahkan kaki ke depan pintu.

“Bri, buka pintunya, aku di luar ... oke.”

Selang semenit pintu kayu itu terbuka. “Tumben absen?”

“Aku—nanti kuceritain.” Likta menyerobot wanita bertubuh lebih besar darinya itu. Di dalam, dia menceritakan semuanya dan membuat Brielle kena serang jantung dadakan.

“Gila! Tau enggak itu salah? Fatal! Ada dua solusi, gugurkan atau temui bapak anak itu.” Brielle mondar-mandir di ruang tamu. Sesekali menutup wajah dengan kedua telapak tangan.

“Mana bisa gugurin, dia enggak salah dan gimana caraku nemuin bapaknya,” ucap Likta lemah.

“Ya, masa mau hamil tanpa suami? Berangkat, aku yang bayarin tiketnya. Gak peduli itu orang bakal percaya atau enggak urusan belakang.”

Setelah keputusan dibuat, Brielle mengantarkan Likta ke bandara keesokan harinya. Namun, sayang tidak bisa menemani sang sahabat.

Berbekal informasi dari media sosial Likta menuju ke tempat digelarnya pesta pertunangan Violacea dan Tiarnan.

Karena tidak bisa masuk tanpa undangan Likta menyelinap lewat pintu darurat, dia berjalan tenang di antara beberapa petugas hotel dan para penanggungjawab acara.

Sampai ketika tiba di tempat yang lebih sepi, Likta melihat punggung lebar seseorang yang sedang duduk sendirian. Percikan rasa rindu menguatkan dugaan Likta bahwa pria itu adalah ayah dari anaknya.

Orang itu berdiri, berbalik badan hendak pergi hingga diam terpaku di tempat. Terkejut akan kehadiran Likta, wanita yang ingin dia lupakan untuk selamanya. “Sadar, Tiarnan, ini ilusi!” ucapnya kepada diri sendiri.

Sisi lain dari dalam diri Tiarnan bergetar hebat sampai teringat malam pertama bertemu dengan Likta yang tampak begitu rapuh.

Waktu di mobil malam itu, sebuah pesan masuk melalui ponsel Tiarnan, tidak ada tulisan, hanya gambar seorang wanita—mungkin gadis—sesuatu menyentak bagian terdalam Tiarnan. Seperti hidup, Likta tersenyum tulus di sana, binar ceria terpancar jelas di matanya. Bagaimana bisa, orang berparas selembut ini sanggup mencuri sesuatu yang bukan menjadi haknya.

Dengan penuh keyakinan, Tiarnan memerintahkan supir menuju tempat tinggal Likta. Seolah-olah takdir mengaminkan, wanita itu terlihat berjalan sambil membawa koper tidak terlalu besar. Seperti saat ini, sekarang dan persis di depan matanya. Hanya saja kali ini berbeda, Likta tidak mengusap pipi dengan ujung telapak tangan. Luka lebam tidak menodai wajah eloknya.

Tiarnan begitu terganggu oleh air mata Likta saat itu, akan pergi ke mana pada larut malam? Menemui para lelaki hidung belang atau pria yang dia dapatkan dari merebut milik orang? Melihat itu, berbagai pertanyaan berputar-putar di dalam benak Tiarnan.

Lebih dari lima menit Tiarnan menunggu dan mulai tidak sabar. Kala itu, dia berjalan cepat menuju ke arah Likta. Dan, seekor kucing melintas lebih dulu di depan wanita itu. Suara Likta mengalun lembut, merayu makhluk berbulu itu supaya tidak takut. Anehnya, seperti memiliki bakat khusus keduanya seolah-olah bercengkerama. Begitu penuh perhatian Likta merawat kucing itu, setelah puas dimanjakan si kucing mendengkur nikmat dalam buaian jari-jemari lentik Likta.

“Bisa bicara sebentar?” Likta membuyarkan lamunan Tiarnan.

“Kamu siapa?” ucap Tiarnan, keinginan hati tetap tinggal lebih mendominasi daripada nada bicaranya yang kasar. Dia kembali mendudukkan diri, kendati pikiran terus memprovokasi untuk pergi.

“Maksudmu? Kamu belum terlalu tua untuk melupakan semua kedekatan kita, sampai malam canggung itu terjadi! Aku hamil.”

“Pembohongan.” Tiarnan menolak pengakuan Likta.

“Aku punya bukti,” ucap Likta mantap, lalu mengambil amplop putih dari dalam tas jinjing. Dia lempar benda itu di atas pangkuan Tiarnan.

“Siapa yang tau kamu tidur dengan laki-laki lain setelah aku.” Tiarnan merasakan kegetiran ketika kalimat terkutuk itu keluar dari bibir. Dia membuka amplop pemberian Likta dengan tangan gemetar. “Lagipula kita sepakat tidak menganggap serius hubungan sepintas lalu.”

“Memang, sebelum ada bayi di dalam perutku, dan kupikir kamu harus tau. Yah, tapi kalau kamu enggak mau mengakui aku bisa merawatnya sendiri dan jangan coba-coba mengambilnya suatu saat nanti dariku.”

Kelopak mata Tiarnan melebar, lalu memasukkan kembali hasil pemeriksaan kehamilan Likta ke dalam amplop.

Dan, dua reporter keluar dari persembunyian. “Apa benar wanita ini hamil anak Anda?”

Tiarnan bersicepat meraih Likta ke dalam pelukan, melindungi wanita itu agar wajahnya tidak muncul di koran mau pun jejaring sosial.

“Bagaimana dengan pertunangan Anda?”

“Batal, tidak ada pertunangan!” jawab Tiarnan cepat, sambil menghindar.

Terpopuler

Comments

范妮·廉姆

范妮·廉姆

mau dong likta

2024-02-29

2

Maya●●●

Maya●●●

mampir kak. udah aku tmbhkan ke fav ya. jangan lupa mmpir balik😊

2023-09-01

1

@Risa Virgo Always Beautiful

@Risa Virgo Always Beautiful

Likta kamu pasti syok karena hamil

2023-03-16

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 001: Menemukan Ayah si Jabang Bayi
2 Bab 002: Ini Bukan Sinetron atau Kisah Novel
3 Bab 003: Nyaris Saja Luluh Lantak
4 Bab 004: Sinting!
5 Bab 005: Hampir
6 Bab 006: Ssttt
7 Bab 007: Kamu Percaya Sihir?
8 Bab 008: Ironi Pernikahan Tanpa Cinta
9 Bab 009: Sama Datarnya
10 Bab 010: Cukup
11 Bab 011: Menderita
12 Bab 012: Dipuja-puja
13 Bab 013: Istri Mas Tiarnan
14 Bab 014: Afair
15 Bab 015: Waaow
16 Bab 016: Rivalnya
17 Bab 017: Sudah Puas?
18 Bab 018: Tidak Boleh Dibiarkan
19 Bab 019: Sejak Kapan?
20 Bab 020: Bersikaplah Dewasa
21 Bab 021: Menunggu
22 Bab 022: Dia, kan, istrimu
23 Bab 023: Stres Memicu Kram Perut
24 Bab 024: Dama benar
25 Bab 025: Ibu Pengganti
26 Bab 026: Di antara Tanya, Arfid, dan Likta
27 Bab 027: Ingin Memercayaimu
28 Bab 028: Emosi Menurun
29 Bab 029: Segera Diresmikan
30 Bab 030: Penaklukan Hati Sang Pertapa
31 Bab 031: Loh, Kok, Marah?
32 Bab 032: Kecewa Berat
33 Bab 033: Ada Apa Ini?
34 Bab 034: Sampai Ajal Nanti
35 Bab 035: Perasaan Lega
36 Bab 036: Sudah Tidak Sayang 'kah, Mama Arima?
37 Bab 037: Mama Mengkhianatimu Kita
38 Bab 038: Ikhlas
39 Bab 039: Jumlah Segitu Dapat Dari Mana?
40 Bab 040: Aku Udah Kenyang, deh, Bri
41 Bab 041: Kehilangan Dirimu Terlalu Cepat
42 Bab 042: Sentimental Sekali
43 Bab 043: Membingungkan
44 Bab 044: Sekeping Hati Tidak Berarti
45 Bab 045: Hidangan Penutup
46 Bab 046: Kecemburuan
47 Bab 047: Ini Tidak gratis
48 Bab 048: Munafik!
49 Bab 049: No Debat!
50 Bab 50: Belajar dari Pengalaman
51 Bab 51: Berantakan
52 Bab 52: Berdampak Besar
53 Bab 53: Bukankah Cinta Memang Gila?
54 Bab 54: Dia Telah Mengambil Alih Dirimu
55 Bab 55: Menjagamu Kebahagiaan Terbesar
56 Bab 56: Aku Harus Kembali ke Indonesia
57 Bab 57: Zein dan Seysan
58 Bab 58: Menyusul Tiarnan ke Swedia
59 Bab 59: Menguntungkan Baginya
60 Bab 60: Pernikahan Ganda
61 Bab 61: Berita Buruk!
62 Bab 62: Terancam Dipecat
63 Bab 63: Versi Lebih Muda
64 Bab 64: Sepercik Sesal
65 Bab 65: Orang yang Salah
66 Bab 66: Menyenangkan
67 Bab 67: Ini Beresiko Likta!
68 Bab 68: Mana Buktinya?
69 Bab 69: Bagian Tersulit
70 Bab 70: Penderitaan
71 Bab 71: Menempati Posisi Likta
72 Bab 72: Seandainya Lebih Kuat
73 Bab 73: Belum Siap Melihat Dunia
74 Bab 74: Aroma Manis Likta
75 Bab 75: Semua Telah Berakhir
76 Bab 76: Ceraikan Aku!
77 Bab 77: Berkalang Dosa
78 Bab 78: Sudah Final
79 Bab 79: Pribadi Lebih Lurus
80 Bab 80: Siapa dan Ke mana kira-kira Tiarnan?
81 Bab 81: Sisi Lain
82 Bab 82: Memandang Sebelah Mata
83 Bab 83: Kemenangan Tiarnan
84 Bab 84: Memakanmu
85 Bab 85: Obsesimu
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Bab 001: Menemukan Ayah si Jabang Bayi
2
Bab 002: Ini Bukan Sinetron atau Kisah Novel
3
Bab 003: Nyaris Saja Luluh Lantak
4
Bab 004: Sinting!
5
Bab 005: Hampir
6
Bab 006: Ssttt
7
Bab 007: Kamu Percaya Sihir?
8
Bab 008: Ironi Pernikahan Tanpa Cinta
9
Bab 009: Sama Datarnya
10
Bab 010: Cukup
11
Bab 011: Menderita
12
Bab 012: Dipuja-puja
13
Bab 013: Istri Mas Tiarnan
14
Bab 014: Afair
15
Bab 015: Waaow
16
Bab 016: Rivalnya
17
Bab 017: Sudah Puas?
18
Bab 018: Tidak Boleh Dibiarkan
19
Bab 019: Sejak Kapan?
20
Bab 020: Bersikaplah Dewasa
21
Bab 021: Menunggu
22
Bab 022: Dia, kan, istrimu
23
Bab 023: Stres Memicu Kram Perut
24
Bab 024: Dama benar
25
Bab 025: Ibu Pengganti
26
Bab 026: Di antara Tanya, Arfid, dan Likta
27
Bab 027: Ingin Memercayaimu
28
Bab 028: Emosi Menurun
29
Bab 029: Segera Diresmikan
30
Bab 030: Penaklukan Hati Sang Pertapa
31
Bab 031: Loh, Kok, Marah?
32
Bab 032: Kecewa Berat
33
Bab 033: Ada Apa Ini?
34
Bab 034: Sampai Ajal Nanti
35
Bab 035: Perasaan Lega
36
Bab 036: Sudah Tidak Sayang 'kah, Mama Arima?
37
Bab 037: Mama Mengkhianatimu Kita
38
Bab 038: Ikhlas
39
Bab 039: Jumlah Segitu Dapat Dari Mana?
40
Bab 040: Aku Udah Kenyang, deh, Bri
41
Bab 041: Kehilangan Dirimu Terlalu Cepat
42
Bab 042: Sentimental Sekali
43
Bab 043: Membingungkan
44
Bab 044: Sekeping Hati Tidak Berarti
45
Bab 045: Hidangan Penutup
46
Bab 046: Kecemburuan
47
Bab 047: Ini Tidak gratis
48
Bab 048: Munafik!
49
Bab 049: No Debat!
50
Bab 50: Belajar dari Pengalaman
51
Bab 51: Berantakan
52
Bab 52: Berdampak Besar
53
Bab 53: Bukankah Cinta Memang Gila?
54
Bab 54: Dia Telah Mengambil Alih Dirimu
55
Bab 55: Menjagamu Kebahagiaan Terbesar
56
Bab 56: Aku Harus Kembali ke Indonesia
57
Bab 57: Zein dan Seysan
58
Bab 58: Menyusul Tiarnan ke Swedia
59
Bab 59: Menguntungkan Baginya
60
Bab 60: Pernikahan Ganda
61
Bab 61: Berita Buruk!
62
Bab 62: Terancam Dipecat
63
Bab 63: Versi Lebih Muda
64
Bab 64: Sepercik Sesal
65
Bab 65: Orang yang Salah
66
Bab 66: Menyenangkan
67
Bab 67: Ini Beresiko Likta!
68
Bab 68: Mana Buktinya?
69
Bab 69: Bagian Tersulit
70
Bab 70: Penderitaan
71
Bab 71: Menempati Posisi Likta
72
Bab 72: Seandainya Lebih Kuat
73
Bab 73: Belum Siap Melihat Dunia
74
Bab 74: Aroma Manis Likta
75
Bab 75: Semua Telah Berakhir
76
Bab 76: Ceraikan Aku!
77
Bab 77: Berkalang Dosa
78
Bab 78: Sudah Final
79
Bab 79: Pribadi Lebih Lurus
80
Bab 80: Siapa dan Ke mana kira-kira Tiarnan?
81
Bab 81: Sisi Lain
82
Bab 82: Memandang Sebelah Mata
83
Bab 83: Kemenangan Tiarnan
84
Bab 84: Memakanmu
85
Bab 85: Obsesimu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!