BAB 3

Selamat Membaca!!!

"Kematian Kintani memang bukan karena bunuh diri."

Bintang dan Angkasa saling pandang seolah berbicara lewat mata. Dua tatapan tajam itu bersatu bagai laser yang menembus tajam.

"Kita buka lagi kasus ini."

Bintang dan angkasa terdiam dalam pikiran mereka sendiri. Dua sahabat yang sudah berteman sejak bangku SMP itu sama-sama kehilangan orang yang mereka cintai. Bintang yang merupakan kakak Kintani, dan Angkasa yang mencintai adik sahabatnya itu.

Kintani Rasya Nagara, seorang gadis cantik berusia 17 tahun saat dia meregang nyawa. Anak kedua dari Indra Ali Nagara dan Sasmita Alexander Nagara. Bintang sangat menyayangi adik satu-satunya itu. Gadis yang taat agama dan sangat menjaga diri dari pergaulannya. Gadis polos yang sangat pendiam di luar itu namun akan sangat hangat dan manja jika bersama keluarganya.

Saat itu sore hari. Bintang menjemput sang adik pulang sekolah. Namun kejutan besar menyambutnya. Saat sampai di sekolah, orang-orang sudah ramai berkerumun di parkiran sekolah.

"Pak, ini ada apa, ya?" tanya Bintang pada satpam yang saat itu nampak sangat panik.

"Itu, ada yang jatuh dari rooftop," jawab satpam dengan wajah penuh kekhawatiran.

"Murid sini, Pak?" tanya Bintang masih santai.

Satpam itu mengangguk. "Dia siswi yang baik. Itu lho, siswi yang pake kerudung."

DEG

Jantung Bintang yang tadinya aman kini seakan meronta mendengar perkataan Satpam. Berkerudung? Kintani?

"Ba-bapak jangan bercanda!" ucap Bintang menatap tajam satpam itu.

"Bener atuh. Kalau gak percaya lihat sendiri," jawab Satpam dan pergi meninggalkan bintang yang masih mencerna semuanya.

Tidak ingin larut dalam pikiran buruknya, Bintang langsung berjalan mendekat untuk memastikan.

"Permisi," ucapnya meminta jalan pada siswa dan warga yang sudah mengerumuni.

Tubuh Bintang rasanya sangat lemas tak bertenaga. Ternyata benar, dia adalah gadis berjilbab yang kini sudah tak sadarkan diri dengan darah segar keluar dari belakang kepala, mulut, hidung dan telinganya. "Adek," lirih Bintang dengan tubuh gemetar.

Bintang mengangkat kepala Kintani ke pahanya. "Adek bangun, Dek. Ini Abang," ucap Bintang lembut mencoba membangunkan Kintani dengan harapan yang sangat tipis.

Tidak ada jawaban apapun. Akhirnya Kintani langsung dibawa ke rumah sakit. Malang melanda, nyawa gadis manis itu tidak bisa tertolong. Bahkan dia sudah meninggal sebelum dibawa ke rumah sakit.

Keluarga besar Nagara sangat berduka atas semua ini. Mereka juga meminta bantuan polisi untuk menyelidiki kematian anak mereka. Namun sebulan setelahnya, tidak ada bukti apapun yang mereka dapatkan hingga pengadilan memutuskan bahwa ini adalah kasus bunuh diri.

Keluarga Nagara sangat bersedih tapi mereka hanya bisa menerima. Uang mereka tidak berguna untuk membuktikan itu semua karena memang tidak ada barang bukti yang jelas.

Tapi hal itu tidak berlaku untuk Bintang. Dia tidak seperti keluarganya yang lain yang bisa merima begitu saja. Awalnya di sangat marah pada Daddy dan Bundanya. Tapi lambat laun, Bintang sadar tidak ada gunanya untuk marah. Lelaki itu bertekad akan membuktikan sendiri bahwa adiknya tidak meninggal karena bunuh diri.

Angkasa menyentuh bahu Bintang hingga lelaki itu kembali dari lamunannya. "Jangan sedih. Kintani gak bakal suka. aku juga gak suka kalau Kintani sedih di alam sana karena melihatmu sedih disini," ucap Angkasa yang membuat Bintang terkekeh.

"Kau tak ada niat untuk membuka hati?" tanya Bintang. Karena sejak kematian Kintani, Angkasa benar-benar menutup hati saat kini mereka berdua sudah berusia dua puluh enam tahun.

Angkasa mengangkat bahu acuh. Tidak pernah terlintas di benaknya untuk mencari tambahan hati yang lain. Baginya, jodohnya hanya Kintani dan maut.

"Aku kembali dulu. Besok kita akan ajukan kembali ini pada komandan agar kasus ini dibuka kembali," ucap Angkasa pamit yang dianggukki oleh Bintang.

Bintang menyandarkan punggungnya ke sofa. Kedepannya akan semakin berat karena dia akan bertemu dengan hal-hal yang berhubungan dengan kamatian adiknya, Kintani. "Abang gak akan kasi ampun mereka yang merenggut nyawa kamu secara paksa, Dek. Abang janji!" gumam Bingang penuh keyakinan.

.....

Sudah satu bulan sejak Bintang kembali ke Jakarta. Arumi belum menerima pesan apapun dari lelaki itu. Ponsel dengan tombol yang banyak dan berbentuk persegi panjang itu masih tidak berdering setelah satu bulan.

"Kok Mas Bintang gak ada kabar, ya?" tanya Arumi bergumam.

Arumi menatap ponselnya dan melihat nama kontak yang sejak tadi dia biarkan ada di sana. Mencoba meyakinkan diri, Arumi menekan tombol hijau untuk melakukan panggilan pada Bintang.

Arumi menghela nafas pelan saat panggilan itu tidak kunjung terangkat. Arumi tidak mengulangnya lagi. "Sekali saja, udah. Kalau aku penting, nanti pasti akan ditelfon balik," ucap Arumi meyakinkan dirinya.

"Lapar," ucap Arumi memegang perutnya. Wanita itu berdiri dan berjalan menuju dapur. Sebelum pergi kerja, dia akan sarapan terlebih dahulu untuk mengisi tenaganya.

Saat akan meletakkan wajan ke kompor, rasa mual menyerang perut Arumi. Wanita itu segera berlari kecil. ke kamar mandi untuk mengeluarkan isi perutnya yang memberontak.

Huek.

Huek.

HUEK.

HUEK.

"Hah. Ya Allah, ini kenapa?" tanya Arumi lemas bersandar pada pintu kamar mandi.

Arumi memejamkan mata sambil mengatur nafasnya. Mata wanita itu kembali terbuka saat menyadari sesuatu. Mata wanita itu berkaca-kaca dan kepalanya menunduk menatap perutnya. "Apa ada kamu disini, Nak?" tanya Arumi lirih pada perutnya sendiri.

Ya, Arumi memang sangat menginginkan ini. Bahkan wanita itu rela menukar obat kontrasepsinya dengan obat penambah kesuburan. "Saat Ayah kamu datang, kita akan beritahu, Nak. Ayah pasti akan ikut senang," gumam Arumi tersenyum.

Setelah dirasa perutnya aman, Arumi berjalan menuju kamarnya. Wanita itu bersiap untuk pergi kerja tanpa sarapan. Selera makannya tiba-tiba hilang setelah merasakan mual tadi. "Akhirnya aku akan punya keluarga."

.....

"Kau yakin akan membuka kasus ini?" tanya atasan Bintang dengan seragam polisi bertuliskan nama ISKANDAR.

"Saya yakin, komandan. Saya mengatakan ini sebagai Abangnya. Mengajukan kembali ke pengadilan dan saya ingin saya sendiri yang menangani kasus ini," ucap Bintang tanpa ragu.

Iskandar menatap Bintang. "Ini tidak akan mudah untukmu. Aku akan berikan kasus ini pada anggota lain," ucap Iskandar yang membuat Bintang menatapnya tak terima.

"Saya mohon, komandan. Biar saya dan Angkasa yang menangani kasus ini," ucap Bintang memelas.

"Bint-"

"Om," potong Bintang memelas. Iskandar yang nyatanya merupakan Ayah dari sahabatnya Angkasa itu menghela nafas.

"Saya harap kasus ini tidak berhenti ditengah jalan," jawab Iskandar yang membuat Bintang tersenyum hormat pada Iskandar.

Bintang keluar dari ruangan Iskandar dengan senyum mengembang.

"Gimana?" tanya Angkasa yang ternyata menunggu di luar ruangan. Angkasa memang sengaja tidak masuk karena tidak mau nanti dianggap menggunakan kekuasaan Ayahnya untuk mendapatkan kasus ini.

Bintang tersenyum. "Semoga kita berhasil kali ini, Sa," jawab Bintang yang membuat Angkasa tersenyum senang.

Bintang memasuki ruangannya. Lelaki itu menatap ponselnya yang sejak tadi dia tinggalkan di atas meja kerjanya. Sudah sebulan ini dia tidak menghubungi Arumi. Dia terlalu sibuk menyelesaikan kasus kemarin hingga menyita banyak waktunya.

Tanpa menunggu lama, Bintang segera menekan tombol panggilan untuk menghubungi wanita kesayangannya.

.....

Arumi fokus dengan bahan masakan di tangannya.

"Fokus sekali, Nak," ucap Tyas yang baru datang.

"Iya, Nek. Pesanan hari ini kan banyak," jawab Arumi sopan.

Nek Tyas mengangguk dan tersenyum. Dia mengamati wajah Arumi yang nampak sangat anggun dan manis saat bersamaan. "Kamu tidak berpikir untuk menikah, Nak?" tanya Nek Tyas penuh sayang.

Arumi menghentikan kegiatannya. Dia tersenyum dan menoleh pada Nek Tyas. Apa sekarang aku bilang sama Nek Tyas aja, ya? Batin Arumi bertanya-tanya.

"Ba-"

Ucapan Arumi terhenti kala ponsel yang ada di saku celananya berdering. Dia segera mengambil ponselnya dan melihat siapa yang menelpon. Senyum wanita itu terbit lebar. "Arumi angkat telepon sebentar ya, Nek," ucap Arumi pamit.

Tyas memandang punggung Arumi dengan pandangan lurus. "Kamu terlalu cepat menjatuhkan hati, Nak."

...****************...

Jangan lupa like, komen dan favorit yaa, selamat membaca.

Terpopuler

Comments

juriah mahakam

juriah mahakam

Alamat hamil ni hhhmmmm kasian qm arumi apakah bintang akan tg jwb

2023-01-12

0

Desi Mardiyanti

Desi Mardiyanti

hati Arumi dah jatuh kebintang nek,,Arumi hamil anak na bintang,nnk Tyas sbntr lagi punya cicit🤗🤗

2023-01-12

1

Aira Zaskia

Aira Zaskia

Pasti hamil ank bintang

2023-01-11

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!