Chapter 17: Masalah Awal Bagian Ke 5

Melihat Daffa memakan dua puluh makanan yang berbeda, dan masih tersisa lebih dari dua puluh makanan lagi, yang sedang dalam proses dimakan oleh Daffa, membuat Bu Yunita sangat tercengang, dirinya hanya dapat terus menatap Daffa yang sedang makan dengan lahap.

Melihat tatapan Bu Yunita, membuat Daffa seketika menjadi sangat waspada, dirinya segera menyembunyikan sebagian makanannya sambil terus makan.

"Aku tidak akan mencurinya darimu! Makanlah dengan perlahan!" Ucap Bu Yunita yang akhirnya sadar bahwa Daffa berpikir, mungkin dirinya sedang mencoba untuk mencuri makanan dari Daffa, hal itu membuat Bu Yunita menjadi kesal.

Daffa kemudian mulai makan dengan perlahan, meski begitu dirinya masih makan dengan cepat dan lahap.

Setelah selesai makan, Daffa tersenyum lebar sambil mengelus-elus perutnya, melihat hal itu membuat Bu Yunita terdiam.

"Bu! Apakah ibu akan di sini semalaman?" Ucap Daffa sambil menatap kaki kanan Bu Yunita.

"Iya, ibu akan berada di sini semalaman besok ibu mungkin sudah boleh pulang, atau mungkin belum, soalnya butuh beberapa hari untuk sembuh sepenuhnya." Ucap Bu Yunita yang membuat Daffa menatap dengan bingung.

"Hei Bu! Apakah ibu memiliki adik?" Ucap Daffa yang seketika membuat Bu Yunita tercengang, dengan pertanyaan tiba-tiba dari Daffa.

"Tidak, aku anak tunggal."

"Lalu apakah Ibu mau menjadi kakakku! Aku selalu menjadi seorang kakak, karena aku yang paling tua diantara semua adik-adikku! Oleh karena itu aku selalu ingin memiliki kakak, meski aku selalu menjadi seorang yang diandalkan oleh adik-adikku aku ingin merasakan bagaimana memiliki kakak, jadi apakah ibu mau menjadi kakakku?" Ucap Daffa yang menundukkan kepalanya, dan bertanya dengan suara pelan.

"Tidak!"

Mendengarnya membuat Daffa seketika menjadi sedikit sedih.

"Tidak masalah! Mulai sekarang aku adalah kakakmu! Jika kamu butuh sesuatu katakan saja kepadaku!" Ucap Bu Yunita yang membuat Daffa mengangkat wajahnya, dan menatap ke arah Bu Yunita dengan tatapan bahagia.

"Benarkah?" Ucap Daffa yang tersenyum lebar.

"Iya...!" Ucap Bu Yunita yang menganggukkan kepalanya.

"Hehehe...! Kalau begitu nanti aku akan memperkenalkan adik-adikku kepadamu!" Ucap Daffa tersenyum lebar.

...

...

...

"Hemmm..." Bu Yunita akhirnya terbangun dari tidurnya, dirinya memimpikan hal yang telah lama sekali, Bu Yunita menatap ke sebelahnya dan menemukan Daffa, yang di mana tangan kanan Daffa sedang digenggam olehnya menggunakan tangan kanannya.

"Kamu sudah tumbuh besar..." Ucap Bu Yunita yang mengusap rambut Daffa dengan lembut dan perlahan.

"Ehm... Ah! Kamu sudah bangun! Hem..." Ucap Daffa yang akhirnya terbangun dan menemukan Bu Yunita, sedang menatapnya dengan tatapan lembut.

"Apakah kamu tidur dengan mata terbuka lagi...?" Gumam Daffa yang seketika membangkitkan ingatan Bu Yunita tentang masa lalu, dirinya segera menjentikkan jarinya tepat di hidung Daffa.

"Ahk!" Daffa memegangi hidungnya sambil menatap ke arah Bu Yunita dengan wajah cemberut.

"Aku akan menyiapkan makanan, jadi lepaskan tanganku." Ucap Daffa yang berdiri.

"Tidak... Angkat aku! Gendong aku ke kamar mandi! Aku mau buang air!" Ucap Bu Yunita yang segera menarik tangan Daffa, lalu melingkari kedua tangannya di leher Daffa, melihat hal itu Daffa hanya dapat menghela nafas dan mengangkat Bu Yunita.

Setelah mengantar Bu Yunita ke kamar mandi, Daffa melihat ke handphonenya untuk melihat waktu.

[Hari Sabtu. Tahun 2027. Jam 18:45]

"Huff... Sudah malamkah..." Gumam Daffa sebelum akhirnya melihat sebuah panggilan telepon.

...

...

...

Pak Ari tidak menyerah untuk menemukan dan membawa kembali istrinya, tapi dirinya sudah pergi ke semua tempat yang pernah mereka datangi, serta tempat-tempat yang kemungkinan akan didatangi oleh istrinya, tapi dirinya masih tidak dapat menemukan istrinya di tempat-tempat tersebut.

Sekarang dirinya kembali lagi ke rumahnya, bersama dengan Bu Windi dan Rissa.

"Maafkan saya Pak Ari, ini semua salah saya..." Ucap Bu Windi yang menundukkan kepalanya dengan nada lesu, dan terlihat benar-benar menyesali perbuatannya.

"Tidak, ini bukan salahmu tapi salahku, aku tidak mengetahui kekhawatiran dari istriku, jika aku mengetahuinya aku pasti akan menjelaskan semua itu kepadanya..." Ucap Pak Ari yang juga menyesal tidak memberitahukan tentang hal yang terjadi.

"Bagaimana jika kita bertanya kepada Daffa... Bukankah dia yang membawa Bu Yunita?" Ucap Rissa yang seketika membuat Pak Ari sadar, dirinya segera membuka handphonenya dan mencari kontak Daffa, lalu mulai menelponnya.

"Halo Daffa... Apakah kau tahu di mana mana istriku berada...?"

"Ya..."

"Lalu apakah kau bisa memberitahukan hal itu kepadaku...?"

"Tidak, kecuali anda menjelaskan hal itu terlebih dahulu kepada saya..."

"Baiklah aku akan menjelaskan semuanya..."

"Huuff... Haaah... Karena banyak Penulis dan Komikus baru, pekerjaanku sebagai Editor bertambah banyak, akibatnya aku, Bu Windi, Pak Hendri, Bu Nala, Pak Dama, harus lembur..."

"Suatu hari saat kerja lembur Bu Windi terpeleset, saat sedang membawa Kopi, aku berhasil menolongnya agar tidak jatuh, tapi hal itu membuatnya Noda lipstik bibir Bu Windi berada di kemejaku."

"Bu Nala mengajak untuk pergi mencari parfum untuk anak perempuannya, yang akan ulang tahun, oleh karena itu aku dan Bu Windi terpaksa ikut dengan Bu Nala, selama seminggu penuh pergi mencari parfum perempuan yang bagus."

"Sedangkan untuk alasan kenapa aku tidak pulang semalaman, itu... Karena Novelmu menjadi meledak di Indonesia, akibatnya Aku dan para Editor lain, terpaksa harus mengurus Novelmu, agar tenggat waktu yang ditentukan dapat dicapai."

"Sementara untuk yang tadi, Bu Windi ingin membelikan Suaminya hadiah, serta memilih pakaian yang cocok untuk dirinya dan suaminya, di antara para Editor lainnya, aku memiliki ukuran tubuh yang sama dengan suaminya Bu Windi, oleh karena itu mau tidak mau aku harus ikut dengannya, untuk membantunya." Ucap Pak Ari yang menjelaskan semuanya.

"Terakhir... Kenapa hari Selasa malam kalian pergi ke Hotel?"

"Bagaimana kau tahu?" Ucap Pak Ari yang terkejut dengan hal itu.

"Aku menemukan kalian berdua memasuki hotel..."

"Soal itu aku dan Bu Windi, serta Pak Dama, akan menemui pemilik Toko buku yang sedang berada di hotel tersebut..." Ucap Pak Ari yang menjelaskan alasannya datang ke hotel.

"Tapi aku hanya menemukan kalian berdua..." Ucap Daffa dengan nada dingin.

"... Pak Dama sampai lebih dulu, sebab kami berdua masih harus berada di kantor, mengurus berkas-berkas yang dibutuhkan untuk pertemuan tersebut." Ucap Pak Ari yang menjelaskannya.

"Kumohon Daffa tolong katakan di mana istriku! Aku masih sangat mencintainya! Aku benar-benar tidak selingkuh, sedangkan untuk ciuman di parkiran itu sungguh kecelakaan!"

Sementara itu di sisi lain, di Rumah Daffa, dirinya sedang berdiri di depan toilet, sambil terus berbicara dengan Pak Ari.

"Daffa kumohon tolong katakan di mana istriku...! Aku sangat mencintainya!" Mendengar suara Pak Ari, yang Daffa setel menjadi suara luar ruangan, di mana hal itu dapat didengar jelas bahkan jika seseorang berada di balik kamar mandi.

"Baik... Aku akan memberitahukannya, tapi jika kau berbohong... Kau tidak akan hidup dengan tenang...!" Ucap Daffa dengan nada dingin dan datar, yang membuat Pak Ari yang mendengarnya merinding.

"Dia berada di rumahku, datang saja ke rumahku dan jelaskan semuanya kepadanya..." Ucap Daffa yang segera mematikan panggilan telepon.

"... Hei... Jika dia berbohong kamu dapat tinggal di sini... Bagaimanapun juga... Kamu adalah kakak perempuanku." Ucap Daffa dari balik pintu, mendengar ucapan Daffa membuat Bu Yunita menangis, sambil terduduk di lantai dengan lemas.

"Terimakasih... Terimakasih... Terimakasih banyak..." Gumam Bu Yunita yang terus menangis.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***