Daffa kemudian akhirnya pergi membawa adiknya ke rumah, sesampainya di rumah mereka berdua makan bersama, setelah selesai makan Ara mulai menanyakan semua hal tentang Rissa, yang di mana Daffa memberitahukan semua hal tentang Rissa yang dirinya ketahui.
Setelah mendengarkan semua perkataan Daffa, Ara menjadi sedikit terkejut karena ternyata Rissa anak orang kaya, oleh karena itu dirinya pasti tidak butuh kekayaan Daffa, karena dirinya sendiri sudah kaya.
Tapi Ara tetap waspada, karena Rissa anak orang kaya, maka akan semakin menguatkan kesimpulan Ara, bahwa Rissa hanya memanfaatkan Daffa saja, dan tidak benar-benar mencintainya.
Sementara Ara terus berpikiran negatif terhadap Rissa, Daffa sedang membuka sketsa gambarnya.
Di mana tertulis sebuah judul di atas gambar sketsa tersebut, yang bertuliskan Janji Pena Langit, itu sebuah komik romansa yang akan dirinya terbitkan, karena hal-hal yang saat ini terjadi kepadanya.
Oleh karena itu Daffa menjadikan pengalaman percintaannya sebagai referensi untuk membuat Komik terbarunya, sedangkan untuk Novel yang akan dirinya buat selanjutnya bercerita tentang Sekolah Sihir.
"Hei! Apakah kau sudah pernah berciuman dengan pacarmu?" Ucap Ara yang seketika membuat Daffa menjadi sangat terkejut, wajahnya memerah dan seketika pikirannya kosong.
"A-apa yang kau katakan! Tidak mungkin aku melakukan hal seperti itu!" Ucap Daffa yang terlihat panik.
"Prff! Hahaha kau memang payah!" Ucap Ara yang tertawa terbahak.
"Uhh... Diamlah dan makan saja!" Ucap Daffa dengan nada kesal, dirinya kemudian melanjutkan pekerjaannya.
Hingga akhirnya tidak terasa sudah jam tujuh malam, melihat itu Daffa berhenti dari melakukan pekerjaannya.
"Ayo aku akan mengantarmu pulang, kau tidak perlu naik kereta!" Ucap Daffa yang mematikan televisi, di mana acara yang sedang ditonton oleh Ara seketika berhenti.
"Hei kau sangat menggangu!" Ucap Ara dengan nada tidak senang, dan terlihat cemberut.
"Diamlah... Ayo pergi! Besok kau masih harus sekolah..." Ucap Daffa yang kemudian menyalakan motornya, lalu Daffa mengantar Ara kembali pulang ke Jakarta timur.
Setelah itu Daffa mengendarai motornya untuk pulang, tapi dirinya seketika berhenti, di mana Daffa melihat sesuatu hal yang mengejutkan, sebab tepat tidak jauh dari tempatnya berada, terdapat Pak Ari yang merupakan Editor dari Novelnya, beserta salah seorang perempuan yang juga merupakan Editor Novel, baru saja masuk ke dalam hotel.
"Apakah Pak Ari selingkuh?" Ucap Daffa dengan wajah terkejut.
Dirinya kemudian segera mengeluarkan handphonenya, dan memfoto mereka berdua, setelah itu Daffa mencoba untuk memastikan, dengan pergi masuk ke dalam hotel.
"Maaf apakah anda ingin memesan kamar?" Ucap pelayan hotel yang menghentikan Daffa dari pergi lebih jauh mengikuti Pak Ari.
"Ah! Tidak, hanya saja kakak laki-lakiku baru saja masuk, dan kulihat dia sedang bersama dengan seorang perempuan, aku ingin tahu apakah dia berselingkuh atau tidak, jika iya aku harus mengetahuinya!" Ucap Daffa yang mencoba mencari alasan agar dibiarkan masuk.
"Maaf hal itu melanggar peraturan, saya tidak dapat melakukan hal itu..." Ucap pelayan tersebut yang menghentikan Daffa.
"Kheum..." Daffa kesal tapi dirinya tidak dapat berbuat banyak, oleh karena itu Daffa segera pergi dari sana.
"Apakah aku harus memberitahukan Bu Yunita, tapi... Sial...!" Daffa tidak tahu harus berbuat apa.
"Haah... Kuharap itu bukan seperti yang aku pikirkan..." Ucap Daffa sebelum akhirnya pergi dari hotel.
Dirinya kemudian pergi pulang ke rumahnya, setelah itu Daffa mengatur alarm, sebelum akhirnya mulai tertidur dengan nyenyak.
...
...
...
Daffa bangun dengan wajah bahagia, dirinya melihat ke handphonenya jika Rissa mengirimkannya sebuah pesan, tapi bukannya Rissa malah Bu Yunita yang mengirimkan Daffa sebuah pesan.
"Jemput Ibu."
"Haaah..." Daffa menghela nafas panjang, tapi ketika Daffa mengingat Pak Ari semalam, serta keadaan Bu Yunita, Daffa hanya dapat menerimanya tanpa mengatakan lebih banyak.
Daffa segera mandi lalu menyiapkan buku, lalu dirinya segera pergi menjemput Bu Yunita, ketika sampai Daffa melihat Bu Yunita sudah berada di depan gerbang rumahnya, menunggu kedatangan Daffa.
"Kenapa lama sekali?" Ucap Bu Yunita sambil menatap ke arah Daffa dengan wajah tidak senang.
"Maaf macet, lagipula ini Jakarta?" Ucap Daffa sambil tersenyum kecut.
"Sudahlah ayo kita berangkat!" Ucap Bu Yunita yang segera menaiki motor Daffa, lalu Daffa segera mengendarai motornya menuju ke sekolah.
Sementara itu Daffa tidak menyadari Rissa yang memperhatikan mereka berdua dari kamarnya, Rissa sangat terkejut menemukan Daffa yang datang ke kompleks perumahannya, tapi dirinya lebih terkejut lagi karena mengetahui yang dijemput oleh Daffa adalah Bu Yunita dan bukan dirinya.
"Mereka menjadi lebih dekat?" Gumam Rissa dengan tatapan bingung.
"Tenang dulu, kemarin saja aku sudah salah paham dengan adiknya, aku tidak dapat salah paham juga kepada Bu Yunita." Ucap Rissa yang kemudian turun untuk makan pagi.
Sementara itu Daffa sampai di sekolah, kemudian Bu Yunita segera pergi ke ruang guru, sementara Daffa melihat handphonenya apakah Rissa mengirimkan pesan atau tidak.
"Hem... Tidakkah?" Ucap Daffa yang hanya dapat menggelengkan kepalanya.
Daffa kemudian berjalan menuju ke kelasnya, dirinya menemukan bahwa dirinya yang datang pertama ke kelasnya.
"Sial... Aku kepagian?" Ucap Daffa yang tersenyum kecut, lalu mengambil handphonenya dan mulai bermain game.
...
...
...
"Hei kamu sedang apa?"
Melihat pesan Daffa membuat Rissa seketika tersenyum, dirinya segera membalas.
"Menunggu pelajaran pertama dimulai!"
"Ouh... Lalu apakah Sabtu ini kita jadi pergi?"
"Tentu saja!"
"Bagus! Belajarlah! Ouh benar apa impianmu?"
Rissa yang melihat pesan Daffa seketika menjadi terkejut, dirinya belum pernah memberitahukan impian atau cita-citanya kepada orang lain, selain Papa dan Mamanya, serta ketiga teman baiknya, Brian tidak pernah bertanya, oleh karena itu Rissa juga tidak pernah memberitahukan hal tersebut, tapi Daffa berbeda dengan Brian, oleh karena itu Daffa bertanya tentang impiannya membuat Rissa menjadi sangat bahagia.
"Aku ingin menjadi Dokter!"
"...! Itu hebat! Kamu harus belajar dengan sangat giat! Dokter itu membutuhkan banyak sekali pengetahuan, serta membutuhkan banyak sekali stamina oleh karena itu kamu harus sering menjaga tubuhmu, dan banyak-banyak makan makanan yang sehat!"
"Tentu! Lalu apa impianmu?"
"Impianku...? Aku ingin membuat sebuah perusahaan pembuat Anime asal Indonesia, yang akan tayang di LifeTube!"
"Wow! Itu bagus! Kuharap impianmu dapat tercapai!"
"Aku juga berharap impianmu dapat tercapai!"
"Maaf! Guru sudah datang, mari berhenti di sini!" Rissa segera berhenti membuat pesan, meski dirinya masih ingin berbagi pesan dengan Daffa, sebab ada hal yang ingin dirinya tanyakan.
Sementara itu di sisi lain, Daffa melihat ke kelasnya yang sedang jam kosong, sebab guru pembimbing sedang tidak hadir, hanya dapat menghela nafas panjang karena tidak dapat berbagi pesan dengan Rissa.
"Hei ayo kita main World Fantastic: Baam Baam!" Ucap Rio yang menyarankan sebuah ide, untuk bermain game 5v5 yang di mana para pemain akan memilih masing-masing satu Avatar dari berbagai macam, dan akan bertarung menghancurkan menara hingga akhirnya terakhir menghancurkan kastil.
"Ayo! Aku akan pakai Zolam, aku punya Skin yang bagus!" Ucap Kevin yang tersenyum lebar.
"Aaah... Kalau begitu aku akan menggunakan Hilosa!" Ucap Daffa yang akhirnya ikut Bermain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments