Sudut Pandang Rissa.
Semalam adalah hal yang paling gila yang pernah aku alami, aku diselingkuhi oleh mantan teman baikku sendiri, pacarku mencampakkanku hanya untuk perempuan murahan yang bernama Liliana itu.
Tapi aku juga bertemu dengan seorang pria aneh, seorang pria yang kisah cintanya lebih menyedihkan dibandingkan diriku, dia... Pria yang unik.
Aku tidak tahu harus menggambarkan pria itu bagaimana, lagi pula aku baru bertemu dengannya sebentar, sekarang kita sudah berpacaran kah?
Matanya terlihat begitu polos dan tulus, apakah keputusanku tepat untuk berpacaran dengannya, Jika... Jika suatu saat nanti aku terpaksa harus memutuskannya, apakah aku dapat melakukan hal kejam seperti itu?
Aku yang meminta hubungan ini dimulai, tapi aku juga yang mengakhirinya, bukankah aku tidak jauh berbeda dengan pria itu, pria yang telah mencampakkanku?
Haaah... Aku sudah menyesali hubungan ini bahkan ketika ini baru saja dimulai, benar, apakah dia akan menghubungiku, tapi apakah dirinya mengingat nomorku dengan baik?
Sudahlah kuharap hari ini berjalan dengan tenang, Daffa Abiyyu... Aku tidak tahu apakah aku bisa mencintaimu atau aku hanya melampiaskan semua kesedihanku kepadaku... Tapi... Terimakasih karena sudah menghentikan tangisku, air mataku memang lebih berharga dari permata, oleh karena itu aku tidak akan pernah menangis untuk pria yang begitu mudahnya mencampakkanku.
Sudut Pandang Rissa Berakhir.
...
...
...
Setelah Rissa selesai makan pagi dengan kedua orangtuanya, dirinya berangkat dengan di antar oleh Papa dan Mamanya, setelah itu kedua orangtuanya pergi ke tempat kerja mereka, melihat ke arah sekolahnya, Rissa hanya terdiam sejenak sebelum menarik nafas panjang lalu menghembuskan secara perlahan.
Rissa kemudian memasuki kelasnya, di sana terlihat ketiga teman baik Rissa, mereka benar-benar teman baik Rissa, tidak seperti Liliana yang merupakan musuh dalam selimut.
"Ica! Apakah kamu baik-baik?" Ucap salah seorang teman baik Rissa, yang berjalan mendekati Rissa dan memeluknya erat.
"Terimakasih sudah mengkhawatirkanku Fiona." Ucap Rissa dengan tersenyum tipis dan membalas pelukan Fiona.
"Sudah kukatakan dia itu pria yang tidak benar, dan kamu seharusnya tidak berpacaran dengannya!" Ucap salah seorang teman baik Rissa, yang memarahi Rissa karena tidak mau mendengarkan perkataannya, sekarang Rissa berakhir dicampakkan setelah berpacaran selama setahun.
"Kamu benar, maafkan aku Nana karena tidak mendengarkan perkataanmu." Ucap Rissa yang meminta maaf kepada temannya yang sebelumnya sudah pernah memperingatkannya, tapi pada saat itu dirinya dengan bodohnya tidak mendengarkan.
"Sudahlah, sekarang bukankah Ica sudah putus dari pria itu?" Ucap salah seorang teman baik Rissa, yang menyudahi pertengkaran antara Rissa dan Nana.
"Kamu benar Siska, sekarang aku sudah tidak berpacaran lagi dengan pria itu..." Ucap Rissa yang menganggukkan kepalanya.
"Hemph! Kamu ini!" Ucap Nana yang membuang muka sebelum akhirnya melunak.
Mata pelajaran pertama dimulai di kelas Rissa, dirinya memperhatikan semua yang dijelaskan dengan teliti dan cermat, setelah selesai menulis semua catatan yang dipapan tulis, Rissa melihat ke arah handphonenya, yang di mana terlihat sebuah pesan masuk dari nomor tidak dikenal.
"Siapa ini?" Gumam Rissa dengan bingung, dirinya memutuskan untuk melihat siapa yang mengirimkannya sebuah pesan.
"Hai, apakah ini benar nomor Rissa Arini?"
"Kamu... Apakah masih mengingatku?"
"Aku Daffa Abiyyu yang semalam, ehm... Apakah kata 'Kamu' membuatmu tidak nyaman?"
"Aku bisa menggunakan kata 'Kau' saja, kalau kau tidak suka dengan kata 'Kamu'?"
Melihat pesan yang dikirimkan oleh Daffa membuat Rissa seketika tersenyum tipis, dirinya tidak menyangka bahwa ingatan Daffa akan benar-benar sangat bagus.
"Aku baik-baik saja dengan kata 'Kamu' lagian bukankah sekarang kita resmi pacaran?"
"Atau apakah kamu tidak ingin menggunakan kata 'Kamu'?"
...
...
...
Di sekolah SMA Pena Merah, di kelas 12 IPS terlihat seorang pria yang sedang menatap handphonenya dengan tatapan serius, ketika pesan akhirnya muncul dirinya segera membukanya, ketika membacanya seketika membuat pria itu gemetar saking gembiranya.
Yap pria itu adalah Daffa, yang baru saja membaca pesan balasan dari Rissa, terlihat Daffa tersenyum dengan sangat lebar, dirinya kemudian bersiap untuk membalas pesan tersebut.
"Tidak, aku ingin menggunakan kata 'Kamu', lalu kamu pulang jam berapa?"
"Aku akan pergi ke Sekolah Langit Biru untuk menjemputmu nanti!"
Tidak lama setelah Daffa mengirimkan pesan, Rissa segera membacanya dan langsung membalas pesan Daffa.
"Tidak usah, aku akan pulang sendiri saja."
Melihat pesan itu membuat Daffa seketika lesu, tapi dirinya tetap membalas pesan tersebut.
"Uhm... Baik, aku tidak akan datang!"
"Tentu saja itu bohong, maaf aku ingin melihat-lihat sekolahmu." Gumam Daffa yang tersenyum tipis, melihat Daffa yang dari tadi senyum-senyum sendiri sambil main handphone, membuat ketiga teman baik Daffa menjadi bingung, mereka saling memandang, sebelum akhirnya rasa penasaran mereka tidak dapat terhenti dan akhirnya mencapai puncaknya, mereka bertiga memutuskan untuk bertanya kepada Daffa.
"Hei Daffa! Apakah kau saling membalas pesan dengan seorang perempuan?" Ucap salah satu dari tiga teman baik Daffa.
"Tidak!" Ucap Daffa yang mencoba berbohong, sayangnya dirinya sangat payah dalam hal berbohong, sebab jika Daffa berbohong dirinya akan mengkerutkan keningnya, dan kedua matanya akan berusaha menghindar dari saling menatap.
"Hehe kau ini payah dalam berbohong, jadi katakan saja siapa perempuan itu!" Ucap teman baik Daffa yang sangat penasaran.
"Rio! Hentikan! Jika Daffa tidak mau mengungkapkannya jangan memaksanya." Ucap salah seorang teman baik Daffa yang mencoba, menghentikan temannya dari membongkar rahasia Daffa.
"Kevin... Kau memang teman yang baik..." Ucap Daffa yang menatap Kevin dengan tatapan terimakasih.
"Jadi bisakah kau beritahu aku siapa perempuan itu?" Ucap Kevin yang tersenyum kepada Daffa.
"Kau! Ternyata kau menipuku!" Ucap Daffa dengan nada kesal menatap ke arah Kevin.
"Hei kau seharusnya memberitahu kami! Siapa tahu kami dapat membantumu!" Ucap salah seorang teman baik Daffa yang mencoba membujuk Daffa, untuk mengatakan siapa perempuan tersebut.
"Rio kau juga sama saja! Tidak! Kalian tidak akan kuberitahukan!" Ucap Daffa yang berteriak sangat keras, teriakan Daffa bahkan terdengar satu kelas, menyadari kalau dirinya telah membuat masalah, membuat Daffa dengan kaku menatap ke arah depan, yang di mana saat itu kelas sedang diajar oleh guru yang paling ditakutin oleh Daffa dia adalah Bu Yunita.
"Daffa... Jika mereka tidak boleh tahu, lalu bagaimana dengan Bu Guru?"
"Ehm... Ibu juga tidak boleh...?" Ucap Daffa dengan tersenyum canggung, dan mencoba untuk terlihat tenang, meski dirinya malah melakukan hal yang sebaliknya, kedua matanya terlihat tidak tenang dengan melihat ke sekitar, dan tubuhnya gemetar gugup.
"Jadi bisakah kau mengatakan, kenapa kau berteriak saat kelas sedang dilakukan!" Teriak Bu Yunita yang menggebrak papan tulis, melihat kemarahan Bu Yunita, membuat Daffa menatap ke arah ketiga temannya.
Melihat tatapan Daffa kepada mereka bertiga, membuat mereka bertiga membuang muka sambil mencoba mengatakan, mereka dapat membantu Daffa jika Daffa bersedia memberitahu mereka siapa perempuan yang sedang dekat dengannya.
"Saya... Maaf Bu..." Daffa akhirnya menyerah membuat alasan.
"Berdiri di luar kelas sekarang!" Ucap Bu Yunita yang menghukum Daffa karena mengganggu pelajaran.
Daffa untuk terakhir kalinya melihat ketiga teman baiknya, sebelum akhirnya berjalan keluar, dan berdiri di luar kelas.
"Haah... Sepertinya aku tidak bisa menemui Rissa." Gumam Daffa dengan suara pelan dan menatap ke langit yang cerah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Purwati Ningsih
Lucu, kisah cinta putih abu"
Gita cinta di sekolah 🙂❤😘
2023-02-25
0