Selamat! Membaca 🤗🤗
("Tuan, target tidak melewati jalan yang seharusnya. Karena anak itu dibawa oleh seorang wanita ke jalan yang berbeda menuju ke jalan XXX.")
Seorang Pria melaporkan situasi lewat sambungan telepon pada Piter.
"Kau ikuti saja mereka jangan sampai kehilangan jejak, dan jangan lupa share Lokasi di mana kalian berada saat ini,"kata Piter.
Dan setelah ia mendapatkan Lokasi di mana mobil yang membawa Clara, Piter segera menuju ke Lokasi tersebut.
Dua mobil membuntuti mobil Sintia dari belakang tanpa wanita itu sadari.
Ketika berada di tempat yang cukup sepi satu mobil langsung menyalip dan menghadang mobil Sintia dari depan.
CKIIIIT.....
Sintia pun langsung menginjak rem karena ia terkejut dengan aksi mobil berwarna hitam yang tiba-tiba menghalangi jalannya.
Begitupun dengan Clara dan Farelin.
"Ada apa Mih?"
"Tidak ada apa-apa sayang, Mamih hanya terkejut karena tiba-tiba ada mobil yang berhenti di depan."
Sintia memperhatikan mobil yang ada di hadapannya, ia tak berani langsung turun karena ia mencurigai mobil hitam itu.
Dan beberapa detik kemudian ada satu mobil lagi yang berhenti tepat di hadapannya, itu mobil kedua yang membuntuti Sintia dari tadi.
Sintia semakin curiga ketika dua mobil yang terparkir tepat di hadapan mobilnya membuka pintu.
Dan mengeluarkan beberapa sosok pria bertubuh besar dengan wajah yang ditutup dan menggunakan pakaian serba hitam, Sintia juga mendapati beberapa orang itu membawa senjata api di tangannya.
Sintia yang merasa dalam bahaya segera meraih ponselnya untuk menghubungi Farel.
Namun, sebuah ia berhasil menekan tombol Calling. Suara tembakan sudah terdengar nyaring di telinganya.
DOR..!
AAAAAKKKHHHH..
Suara teriakan Clara dan Farelin yang secara bersamaan mengejutkan Sintia dan ia pun menjatuhkan ponselnya ke bawah.
Dengan cepat Sintia memeluk kedua anak itu dan menutupi telinganya.
"Tenang sayang! Jangan takut, Mamih akan melindungi kalian dan memastikan kalian akan baik-baik saja."
Satu orang mendekat ke arah mobil Sintia dan menggedor pintu kaca mobil itu memintanya untuk keluar dari sana.
Sintia yang tidak tau harus berbuat apa menjadi bingung, melawan pun sungguh tidak mungkin karena jumlah orang itu lebih dari 5 sedangkan dia hanya seorang diri dan membawa kedua putrinya.
Ingin kabur pun tidak mungkin karena orang-orang itu sudah menembak ban mobil Sintia.
"Mamih aku takut! Mereka siapa? Apa mereka penjahat?"Farelin mulai tersedu karena ketakutan melihat orang-orang berbaju hitam dari balik kaca Mobil."
"Tidak apa-apa sayang! Tidak akan terjadi apa-apa dengan kalian jangan takut."
Orang-orang di luar sana terus saja menggedor kaca mobil Sintia.
Dan Sintia pun memutuskan untuk keluar dari mobil itu daripada orang-orang yang ada di sana memaksa masuk dan mengambil anak-anaknya, sebelum Sintia keluar dari mobil ia terlebih dahulu meraih ponselnya dan memberikan itu pada Clara.
"Pegang ini, hubungi Papah Kai atau Papih Farel, katakan untuk segera datang menjemput kalian, dan jangan keluar dari Mobil ini."Pesan Sintia dan ia segera keluar dari mobil.
Ia terpaksa meminta Clara untuk menghubungi Kaisar ataupun Farel, karena jika ia yang menghubungi kedua orang itu tentu akan membuang-buang waktu dan membuat para penjahat itu semakin marah.
Sintia berencana mengulur waktu meladeni beberapa penjahat itu agar Clara bisa menghubungi Papahnya tanpa di ketahui orang-orang itu.
BRAK!
Sintia kembali menutup rapat pintu mobilnya setelah ia berhasil keluar dan menghalangi dua penjahat yang hendak memeriksa Mobilnya.
"Tidak ada siapapun di dalam! Kalian mau apa? Merampok!"
"Hahaha..... Kau jangan berbohong pada kami Nona, kami tentu sudah mengetahui jika ada dua gadis kecil di dalam Mobil itu!"
Mendengar perkataan dari para penjahat itu Sintia jadi meyakini bahwa mereka bukanlah perampok, ada sesuatu yang mereka inginkan dan tentu itu bukanlah harta atau mobilnya.
"Apa yang kalian mau?"
"Tentu saja gadis yang ada di dalam mobil itu!"
"Jangan harap kalian bisa membawanya."
"Kami tentu tidak berharap Nona, karena kami pasti akan mendapatkan gadis kecil yang berada di dalam mobilmu."
"Siapa yang mengutus kalian?"
"Wah-wah anda sungguh luar biasa! bisa mengetahui siapa kami, padahal kami membuat skenario jika ini adalah perampokan atau pembegalan tapi sepertinya anda sudah mengetahui apa niat kami sebenarnya."
Karena Sintia sudah mengetahui bahwa mereka bukan perampok, Pria itu pun melirik ke arah mobil yang tadi mereka kendarai dan secara bersamaan keluarlah sosok Pria yang tinggi besar dengan jas hitam dan kacamata hitam yang melingkari kedua bola matanya.
Dia adalah Jason.
Tentu Sintia tidak mengenali pria itu karena ini baru pertama kali ia bertemu dengannya.
Dengan angkuh Pria itu melangkah mendekati Sintia.
"Siapa kau? dan apa maumu?"tanya Sintia ketika Jason tepat berada di hadapannya.
Tapi Jason tidak menjawab pertanyaan dari Sintia ia malah memanggil asistennya.
"Piter, Siapa wanita ini dan apa hubungannya dengan Kaisar?"
"Dia adalah istri dari adik Kaisar yaitu Farel!"
"Ooowww jadi dia adik ipar si keparat itu, sangat menarik. Tapi bukankah Kaisar tidak akur dengan adiknya itu jadi aku rasa wanita ini tidaklah begitu penting."
"Kaisar! jadi orang-orang ini musuh Kaisar! pasti mereka ingin membawa Clara, dan tentu aku tidak akan membiarkan itu terjadi."
"Cepat bawa Putri Kaisar di hadapanku,"titah Jason yang sudah tidak memperdulikan Sintia.
Namun dengan cepat Sintia menghalau orang-orang yang hendak membuka paksa pintu mobilnya.
Dengan sekuat tenaga Sintia mencengkram lengan para lelaki yang memaksa menerobos pintu mobilnya.
Sementara di dalam mobil Clara berhasil menghubungi Kaisar, anak itu menangis tersedu-sedu di balik sambungan telepon dan tentu hal itu membuat Kaisar panik setengah mati di seberang sana.
Tapi karena gugup dan ketakutan yang luar biasa.
Clara tidak mampu bicara banyak bahkan tidak mengatakan apapun pada Papanya, ia hanya menangis dan tangisan itu pun disahuti oleh tangisan lagi dari Farelin.
Clara hanya berkata.
"Papah, aku takut! Tolong aku, tolong Farelin, tolong Mamih."
Setelah mengatakan itu sambungan telepon pun terputus karena Clara terkejut dengan suara tembakan yang kembali melesat dan jelas terdengar di telinganya.
Ia segera memeluk Farelin yang menangis histeris karena ketakutan dengan suara tembakan yang disusul dengan teriakan Sintia.
Sintia berteriak agar kedua anak itu tidak membuka pintu mobil.
Dan .
DOR..!!
Suara tembakan pun kembali terdengar dan tembakan itu bukan ditembakkan ke udara oleh para penjahat, melainkan ditembakkan di kaki Sintia yang membuatnya tersungkur.
Bersambung...
🕊️🕊️🕊️🕊️🕊️
Terimakasih sudah berkunjung ke cerita ini 🙏
Minta dukungannya ya 🙏
Love banyak-banyak untuk semuanya ❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments