Setelah letih seharian bekerja, mengisi jadwalnya yang padat, Danish kini sedang dalam perjalanan menuju apartemen Zoya.
Saat sebelum pulang tadi, wanita itu meneleponnya dan merengek, meminta agar Danish menemuinya. Karena tak tahan mendengar rengekan Zoya, akhirnya Danish mengiyakannya.
Setelah memarkirkan mobilnya, Danish lekas berjalan masuk kedalam gedung tersebut.
Danish tiba di lantai sepuluh gedung itu, dan langsung memasukkan kode apartemen Zoya. Ia tahu kodenya, karena Danish lah yang membeli apartemen tersebut sebagai hadiah ulang tahun Zoya enam bulan yang lalu.
Dan sampai kini, Zoya tidak pernah mengganti kode apartemennya.
"Sayang?" Danish memanggil Zoya dengan suara yang cukup keras, berharap wanita itu segera muncul. Tapi setelah beberapa panggilan, Zoya tidak muncul juga, hingga akhirnya Danish berjalan kearah kamar yang Zoya tempati.
Membuka kamar itu, Danish terkejut saat melihat Zoya yang ternyata sudah berdiri didepannya dengan pakaian yang menurutnya sangat terbuka.
"Surprise!!" Zoya langsung memeluk Danish setelah mengucapkan kata tersebut.
Danish yang masih terkejut pun hanya bisa membalas pelukan Zoya dengan canggung.
"Gimana? Aku cantik, kan?" Zoya bertanya dengan gaya centilnya. Ia mengedipkan matanya dengan penuh pesona.
Danish tentu saja terpesona dengan pesona Zoya malam ini. Entah ada angin apa hari ini, membuat Zoya kali ini sangat berani didepannya memakai baju lingerie merah menyala, dan tentunya terlihat panas dan menggairahkan.
"Ka-kamu kenapa pakai baju begini?" Danish bertanya dengan canggung.
Mendengar pertanyaan Danish, sontak saja Zoya langsung mencemberutkan bibirnya. Ia melirik Danish gemas.
"Ya pastinya buat kamu, lah!" seru Zoya sedikit kesal. "Aku mau kamu tidur disini malam ini. Gak usah pulang ke rumah mama kamu, ya," sambungnya merengek sembari memeluk lengan Danish yang kekar dan berotot.
Zoya membawa Danish kearah ranjang. Kamar yang didominasi warna merah itu sangat cocok dengan penampilan Zoya yang panas. Wanita tersebut sepertinya sangat suka dengan warna terang menyala itu.
Danish tentu saja paham dengan apa yang Zoya maksud. Dia bukanlah laki-laki suci yang tidak tahu tentang hal ini. Dirinya penuh dengan dosa. Contohnya saja seperti saat ini. Ketika dia sudah memiliki istri, tapi malah datang ketempat wanita lain yang bukan istrinya.
Tapi, untuk saat ini, tentu saja Danish tidak bisa melakukannya, karena mamanya pasti akan marah kalau dia ketahuan tidak pulang semalaman. Terlebih dirinya masih disebut-sebut sebagai pengantin baru.
"Maaf, Sayang. Tapi sepertinya aku gak bisa temani kamu malam ini." Danish menolak dengan lembut.
Teringat dengan kata pengantin baru membuat Danish ingat dengan Aneska, istrinya.
Penolakan Danish membuat wajah Zoya merah padam. Ia kesal karena Danish menolak ajakannya kali ini. Padahal dia sudah mempersiapkan semuanya untuk malam ini.
"Kamu itu, sekali-kali apa gak bisa untuk gak terkekang sama aturan mama kamu? Kita ini sekarang udah dewasa, loh. Bukan anak kecil lagi, yang harus pulang tiap hari ke rumah dan tidur diketiak mama kamu."
Zoya tampak emosi dengan kata-katanya. Ia sangat menginginkan Danish, tapi pria itu selalu menolaknya dengan alasan mamanya.
"Kita ini hidup sudah dizaman modern, bukan zaman kuno seperti mama kamu lagi!"
Mendengar perkataan Zoya, Danish tentu saja tidak terima.
"Maksud kamu apa? Kamu merendahkan mama aku?" Danish tersulut emosi. Menurutnya sangat tidak pantas Zoya berkata seperti itu tentang mamanya. Terlebih Zoya sangat tahu kalau Danish sangat menyayangi dan menghormati mamanya.
Dan kalau bukan karena ia sangat menyayangi mamanya, tak akan mungkin Danish menerima permintaan mamanya untuk menikahi Aneska. Terlebih ia tak mengenal wanita itu sebelumnya.
"Bukan aku bermaksud seperti itu! Tapi kamu itu udah dewasa, Danish. Udah bisa menentukan pilihan kamu sendiri." Zoya membela dirinya. Ia tak gentar saat melihat Danish yang tampak marah.
"Kamu tahu, alasan kenapa aku waktu itu menolak ajakan kamu untuk menikah? Ya karena mama kamu! Aku gak mau mama kamu nantinya setelah kita menikah, ikut mengekang aku. Aku gak suka dikekang kayak kamu gini! Aku jadi gak bebas!"
Zoya bersidekap tangan menatap Danish. Sedangkan pria itu hanya diam sembari menatap Zoya tak percaya. Ia tak menyangka kalau Zoya akan mengeluarkan kata-kata seperti ini.
"Baiklah! Kalau begitu menurut kamu. Aku sekarang lebih baik pulang aja. Aku mau tidur diketiak mamaku!" Danish berkata sarkas, kemudian berjalan keluar dari kamar Zoya. Ia tak habis pikir dengan apa yang wanita itu katakan tadi.
Melihat Danish yang keluar meninggalkannya, langsung saja Zoya berlari mengejarnya. Ia tak tahu kalau Danish akan tersinggung sampai seperti ini. Menurutnya, apa yang ia katakan adalah benar. Danish punya hak menentukan pilihannya sendiri.
"Danish! Danish tunggu dulu!"
"Aku harus pulang Zoya. Aku gak bisa menemani kamu disini!" Danish menepis tangan Zoya yang menahannya. Ia sangat tidak suka dengan kata-kata Zoya tadi.
"Maafin aku, Dan. Maafin aku. Aku gak bermaksud seperti tadi, aku cuma kesal aja, karena kamu gak pernah mau menginap disini sama aku." Zoya menatap Danish dengan mata yang berkaca-kaca. Memperlihatkan kalau dia merasa bersalah. Ia tahu kelemahan Danish adalah, tidak bisa melihatnya menangis.
Melihat Zoya yang meminta maaf hingga hampir menangis seperti itu, membuat Danish tidak tega.
"Oke, aku maafin kamu. Tapi aku benar-benar gak bisa nemenin kamu disini," ucap Danish akhirnya.
Zoya tersenyum puas. "Oke, gak usah temanin aku. Cukup kamu temanin aku minum sebentar. Aku haus," ujar Zoya.
Danish menurut. Ia berjalan mengikuti Zoya, yang membawanya ke sofa.
Zoya berjalan kearah dapur untuk mengambil minuman untuk dirinya dan juga Danish.
"Ini, kamu minum juga." Zoya menyerahkan gelas minuman itu pada Danish. Dan pria itu menerimanya tanpa curiga dengan apapun.
"Oke, sekarang sudah, kan? Aku bisa pulang sekarang?" tanya Danish, setelah ia selesai menghabiskan minumannya.
Zoya mengangguk. Ia mengantar Danish sampai kedepan pintu apartemennya.
Sepeninggal Danish, Zoya tersenyum licik. "Kita lihat saja, Danish. Kamu pasti akan segera kembali lagi kesini untuk melampiaskan hasrat kamu, karena sudah meminum minuman itu," ucap Zoya tersenyum licik.
Zoya kemudian menutup pintu apartemennya, duduk di sofa sembari menghabiskan sisa minumannya yang tinggal sedikit.
Didalam perjalanan pulang, entah kenapa Danish merasa sangat tidak nyaman. Tubuhnya terasa panas dan juga ia jadi merasa sangat berhasrat saat ini.
"Tahan, sebentar lagi akan sampai," ucap Danish pada dirinya sendiri. Ia terus bergerak tak nyaman hingga sampai dirumahnya.
Bergegas Danish turun dari dalam mobil dan berjalan masuk kedalam rumah. Yang penting baginya saat ini adalah, ia butuh air dingin untuk meredakan rasa panas yang sangat membuatnya tak nyaman tersebut.
Saat masuk kedalam kamar, Danish sedikit terkejut saat melihat Aneska yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi. Wanita itu sepertinya belum tidur, padahal ini sudah cukup larut.
Aneska berjalan dengan sedikit canggung kearah Danish yang tampak gelisah.
"Kamu baru pulang, Mas? Mau langsung mandi? Aku siapkan air hangat?" Aneska bertanya sembari tersenyum sopan. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri, untuk melayani Danish seperti suami istri pada umumnya.
Mendengar perkataan Aneska, Danish langsung menggeleng.
"Tidak usah siapkan air hangat. Aku akan mandi dengan air dingin saja. Kamu tidur saja, tidak usah menungguku."
Tanpa mendengar jawaban Aneska, Danish langsung membuka sepatu, jas dan juga dasinya. Meletakkannya secara asal dan langsung menuju kamar mandi.
Melihat tingkah Danish, Aneska hanya tersenyum tipis. Ia mengambil jas, dasi, dan sepatu yang Danish letakkan asal tadi, dan menaruhnya di rak sepatu dan keranjang pakaian kotor.
Didalam kamar mandi, Danish terus berusaha untuk mendinginkan tubuhnya. Tapi tetap saja ia masih merasa sangat berhasrat. Tiba-tiba saja terpikir olehnya tentang minuman yang Zoya berikan sebelum ia pulang tadi. Pasti ada sesuatu dengan minuman tersebut.
"Zoya! Sialan kamu!" Danish mengumpat karena tak bisa menahan emosinya lagi.
Sudah lebih dari setengah jam lamanya Danish didalam kamar mandi, tapi sepertinya tak ada tanda-tanda akan keluar. Itu membuat Aneska khawatir, terlebih ia tahu kalau mandi tengah malam tidak baik untuk kesehatan.
Setelah menunggu lagi, akhirnya Aneska memilih untuk mengetuk pintu kamar mandi.
"Mas? Kamu masih mandi?" Aneska bertanya dengan sopan. "Kamu gak ketiduran didalam kan, Mas?" sambungnya bertanya.
Aneska tak mendapatkan jawaban dari panggilannya. Dan entah kenapa dirinya merasa cemas.
"Duh, bagaimana ini? Gimana kalau Mas Danish tertidur didalam?" Aneska tidak memiliki keberanian untuk membuka pintu kamar mandi tersebut.
***
Happy reading!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Fadil Kuun
keren
2023-02-24
0