Entah mengapa hormon adrenalin Nova meningkat. Bulu kuduk nya berhasil berdiri dengan sempurna. Haruskah ia masuk, atau....
Seseorang keluar dari kamar sebelah. Siapa lagi kalau bukan Kak Maura. Perempuan itu sedang berkonsentrasi dengan ponselnya.
"Kak Maura?" Yang dipanggil mengangkat kepalanya dan bergumam. Apakah suara tadi berasal dari handphone Kak Maura?
"Suara tadi, dari handphone Kak Maura, ya?" Tanya Nova memberanikan diri. Ia termasuk penghuni kamar paling muda disana. Kak Maura mengerutkan dahi nya.
"Bunyi?" Nova mengangguk. Berharap kak Maura tidak sedang bercanda. Kak Maura menggeleng, " Handphone ku tidak berbunyi dari tadi. Emang kamu dengar suara apa?" Nova berusaha menenangkan jantungnya yang kini tengah berdegup kencang.
"Kalau suara alarm tadi malam, apa itu alarm kak Maura?" Kakak itu semakin memperlihatkan wajah kebingungan nya. Nova merasa bersalah.
"Kamu kurang istirahat kayaknya. Matamu mulai berkantung, tuh. Hehe," jawaban Kak Maura membuat Nova berpikir kalau kak Maura bukan pelakunya. Lalu siapa?
"Maaf, kak. Saya masuk dulu kalau begitu," ucap Nova sedikit menunduk. Kak Maura tersenyum.
"Kalau merasa tidak nyaman, kamu bisa pergi ke kamar aku aja. Oke?" Nova bisa sedikit bernapas lega dan mengangguk.
"Terima kasih, kak," kemudian Nova memasuki kamarnya. Ia juga menghidup kan lampu kamar nya. Tanpa basa\\-basi ia segera pergi ke kamar mandi dan mandi. Mungkin saja kak Maura benar. Ia butuh penyegaran kembali.
Setelah siap membersihkan diri, Nova segera pergi ke atas kasurnya untuk bersiap\\-siap tidur. Jam telah menunjukkan pukul delapan lewat. Nova emang sedang berada dalam program tidak makan malam. Awlanya program tersebut sungguh menyiksa. Tetapi lama kelamaan, ia mulai terbiasa. Bahkan kini, menyantap sesuatu di malam hari adalah hal yang asing.
Handphone nya berdering. Ah, ya ia lupa untuk mengirim pesan pada mamanya. Ia mengambil handphone nya yang berada dalam tasnya. Ia melihat satu pesan masuk dari nomor tidak dikenal. Ia membuka pesan tersebut. Ia melempar ponselnya dan menekuk kedua kakinya serta menutup mata dan kedua telinga nya dengan kedua tangannya. Isi pesan tersebut yaitu :
Halo Nova selamat malam dan selamat datang. Akhirnya yang ditunggu datang juga.
Nova tidak sanggup untuk berteriak. Ia juga tidak sanggup untuk berjalan. Siapapun yang mengusili nya malam\-malam seperti ini, tidak akan ia beri ampun. Apakah ini ulah Stevan, adiknya? Nova terus menggerutu dalam hati. Dengan posisi yang masih sama. Ia berharap ia segera tidur dan hari esok segera datang.
Ia kembali mendengar suara alarm. Ia tidak akan membuka matanya. Ia harus menerka\\-nerka, pukul berapa saat ini. Sunyi. Masih malam, pikir Nova kembali melanjutkan tidur nya. Tidak lama ia kembali mendengar alarm. Ia juga mendengar suara ayam jantan sedang berkokok. Pukul empat, pikirnya dengan mata masih terpejam. Tidurnya sungguh tidak nyaman. Ia benci kondisi seperti ini. Dimana dirinya harus terus terbangun.
Tidak lama ia mendengar suara alarm kembali. Ia memberanikan diri untuk membuka mata. Tidak ada apa\\-apa. Ia bernapas lega. Pelan\\-pelan ia turun dari kasurnya dan pergi ke kamar mandi. Haruskah ia mengatakan bahwa semua yang terjadi padanya hanya sebuah delusi?
Seusai mandi, ia bersiap\\-siap dan membawa semua yang diperlukan untuk masa ospek. Seminggu ini adalah masa ospek nya. Ia berjalan menuju luar. Sesampainya diluar, ia bertemu dengan Kak Maura. Wanita itu menyapa nya ramah. Nova membalas sapaan nya.
"Dari mana Kak Maura?" Tanya Nova basa\\-basi sambil mengunci pintu kamarnya.
" Kemarin aku pulang nya sore, jadi sekalian nginap tempat temanku aja," jawab Kak Maura berjalan melewati nya dan sedang mengeluarkan kunci dari tas kecilnya.
" Pulang darimana, kak?"
"Uhm, dari kerja sampingan ku dong," sahutnya santai. Nova tertegun.
" Berarti semalam Kak Maura nggak disini, ya?" Wanita berbadan tinggi itu mengangguk pasti dan berhasil membuka pintu kamarnya. Kini giliran Nova yang dibuat bingung untuk kesekian kalinya. Kak Maura seperti nya membaca kebingungan Nova.
"Kenapa? Ada yang ingin kamu ceritakan?" Nova menatap Kak Maura. Memastikan bahwa perempuan itu tidak bercanda. Kak Maura melambaikan tangannya didepan wajah Nova.
"Aku semalam ngobrol sama kakak, lho. Aku pulang dari kuliah," Kak Maura mengedipkan mata dua kali.
" Kakak juga menawarkanku untuk pergi ke kamar kakak, kalau aku tidak nyaman," kali ini Kak Maura benar\\-benar bingung. Ia tidak pulang ke kost nya tadi malam. Kemarin ia bekerja dari pagi hingga sore di sebuah butik. Lalu ia menerima ajakan kawannya untuk makan malam dan menginap dirumah temannya tersebut.
"Kamu harus berhati\\-hati kalau seperti itu. Oke,?" Kak Maura menepuk\\-nepuk pundaknya untuk menenangkan. Nova berpura\\-pura tenang. Jauh di dalam hatinya, ia sangat ketakutan. Ia ingin memeluk mama nya. Ia tidak memiliki saudara disini. Ia juga tidak memilki teman yang bisa ia tumpangi. Nova tersenyum.
"Terimakasih, Kak. Aku pergi dulu," kak Maura tersenyum. Nova tidak perlu bertanya lebih lanjut. Yang ia inginkan saat ini adalah udara segar. Ia ingin menikmati perjalanan nya menuju sekolah tinggi nya.
"Nova," sapaan Bu Tinah membuat nya menoleh kebelakang. Ia tersenyum.
"Selamat pagi, Bu," Bu Tinah tersenyum dan melambaikan tangan. Nova membalas dan segera menaiki motor milik pak ojek online.
"Lihat siapa tadi, kak?" Tanya pak ojek saat diperjalanan.
" Ibu kost saya, Pak" tiba\-tiba pak ojek tersebut memberhentikan motornya. Nova terkejut.
"Maaf. Tapi saya tidak melihat siapapun tadi, Kak" ucapan pak ojek tersebut membuat Nova bingung.
" Wajar bapak nggak lihat, ibu Tinah berdiri didepan pintu rumah nya, Pak," Nova memberikan alasan mengapa bapak ojek tersebut mungkin tidak melihatnya.
" Ah, ya anggap saja begitu," bapak ojek tersebut memilih untuk mengalah. Mungkin ada benar nya juga anak itu. Walaupun sebenarnya ia sungguh tidak melihat seorang pun disana.
"Ini, pak terima kasih," Nova memberikan dua lembar uang lima ribu. Bapak ojek tersebut menerima nya dan pergi. Nova melihat suasana kampus nya yang belum ramai. Hanya ada beberapa orang yang berlalu lalang. Nova sendiri memilih untuk duduk di kursi yang tersedia di bawah pohon rindang. Ia belum ingin memasuki ruangnya.
Perutnya berbunyi pertanda apalagi kalau bukan lapar. Ia segera menuju warung kecil yang berada diseberang kampusnya. Ia memesan lontong sayur. Masih ada waktu tiga puluh menit lagi, batinnya melihat jam di handphone nya.
Selesai sarapan ia segera menuju kampus nya dan berjalan menuju ruang nya. Ada beberapa orang yang sedang duduk di dalam ruangnya. Semua nya berkutat pada benda pipih mereka masing\\-masing. Nova memberanikan diri untuk membuka pesan aneh tadi malam. Tidak ada? Satu pertanyaan muncul di benak Nova. Ia menggulirkan semua pesan yang ada disana. Ia tidak menghapus bahkan tidak pernah menghapus satu pesan pun.
Nova memejamkan matanya. Ia yakin ia tidak kurang istirahat. Ia yakin ia juga tidak berhalusinasi ataupun berdelusi. Jiah datang menghampirinya. Ia berpura\\-pura tidak terjadi sesuatu.
"Wajah mu pucat. Kamu kelelahan? Atau ketakutan?" Nova berusaha tersenyum dan menggeleng. Jiah semakin penasaran. Memaksa Nova untuk bercerita alasan muka nya terlihat pucat.
"Nggak ada apapun, Jiah," wanita berwajah imut itu hanya menampilkan ekspresi kesal.
"Baiklah, hari ini ku maafkan. Kamu bisa bercerita apapun, Nova. Kamu tinggal sendiri?" Nova mengangguk.
"Bukan maksud untuk sok akrab. Tapi kita bisa jadi teman baik kalau kamu mau," Nova tersenyum. Kali ini senyum nya bercapur aduk. Antara senang, lega, juga waspada.
"Terima kasih, Jiah. Aku akan cerita nanti," Jiah tersenyum lalu sebuah pengumuman untuk berkumpul mulai terdengar. Nova segera berjalan menuju lapangan dengan Jiah. Sekilas ia melihat warung makan yang tadi pagi ia singgahi, tanpa sengaja. Tetapi ia dibuat bingung oleh warung tersebut. Kemana pergi nya warung pagi tadi? Nova memukul pelan lengan Jiah. Perempuan itu segera menoleh, "kenapa?"
" Bukannya disana ada warung makan, ya?" Jiah mengikuti arah tangan yang ditunjuk Nova. Ia menatap Nova dengan bingung.
"Emang nggak ada warung disana, Nova," Nova melototkan kedua bola matanya. Jiah menjadi ragu\\-ragu.
" Nggak ada gimana, aku sarapan disana tadi," Jiah berhasil melongo dibuat Nova. Ada yang tidak beres dengan temannya yang satu ini.
" Kamu halusinasi? Aku udah lama, lho tinggal disini dan disana emang nggak ada warung, Nova," Nova menunduk. Menggigit bibir bawahnya. Ia mengusap-usap kedua telapak tangan nya dan meletakkan nya ke tengkuknya.
" Maaf membuat mu kepikiran. Tapi aku hanya memberitahu mu yang sebenarnya," Nova menatap Jiah yang kini sedang menatapnya dengan iba. Nova mengangguk, " nggak apa, terimakasih," keduanya berjalan dan bergabung dengan kumpulan mahasiswa seangkatan lainnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments