Setelah kejadian tersebut, ia kembali duduk dan kini ia benar-benar memastikan bahwa ia tidak tidur dan melihat semua nya sesuai kenyataan. Mimpi tadi membuat nya takut. Takut kalau ia justru ketinggalan penerbangan.
"Kepada seluruh penumpang Lion air tujuan Batam, harap bersiap-siap." Ia menampar pipi nya pelan. Kemudian ia melihat orang-orang yang mulai bangkit menyeret koper mereka. Baiklah ini nyata, gumam Nova dalam hati, ikut bangkit dan berjalan menuju pesawat.
Didalam pesawat, ia disambut oleh pramugari yang sangat cantik dan ramah. Ia pernah bercita-cita sebagai pramugari pada masa SMP. Tetapi ia sadar, bahwa pramugari adalah profesi yang harus meninggalkan keluarga. Nova tidak menginginkan itu.
Gadis berambut pendek tersebut akhirnya duduk di kursi yang telah ditentukan. Tidak terlalu depan dan tidak pula terlalu jauh kebelakang. Ia memilih duduk dekat dengan jendela, karena ia ingin sekali mengamati pemandangan langit lagipula memang nomor tempat duduknya disana.
Pesawat mulai berjalan ketika memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal. Pramugari mulai memperagakan bagaimana cara mengenakan pelampung saat situasi darurat. Perjalanan dari Jakarta ke Batam menghabiskan waktu sekitar 45 menit.
Suasana siang di atas langit ternyata sangat indah. Ia tidak bisa melepaskan penglihatan nya dari awan-awan yang tampak seperti kapas. Ingin rasanya ia mengambil segenggam awan tersebut dan membawa nya pulang.
Tidak terasa kini pesawat akan mendarat di bandara Hang Nadim. Jiwa nya menjadi sangat tidak sabar. Ketika pesawat telah berhenti, ia segera mengambil tasnya dan ia akan segera mengambil kopernya.
Setelah semua urusan di bandara selesai, ia segera mencari taksi untuk pergi ke kost nya yang terletak di Lagenda. Papa nya telah mencarikan kost yang strategis dan jauh dari kesepian. Sehingga kalau terjadi sesuatu, ia tidak perlu kesusahan. Begitu ucap papa nya dulu.
Setelah ia sampai di kost nya tersebut, ia disambut hangat oleh pemilik kost tersebut. Wanita itu berbadan tambun dan berwajah galak. Tetapi ketika berbicara, Nova hampir tidak bisa mempercayai bahwa ibu tersebut ternyata sangat ramah.
"Nama kamu Nova, kan?" Nova mengangguk dan tersenyum. Ibu tersebut berjalan dan berkata, " Ini kamarmu. Semoga nyaman dan senang ya, Nova," Nova mengikuti ibu tersebut dan memasuki sebuah kamar yang ditunjuk oleh ibu tersebut. Kamar yang berada di tengah. Ada lima kamar disini. Semua kamar telah diisi, kata ibu pemilik kost yang ternyata nama nya adalah, Tinah.
"Beristirahat lah dulu, perjalanan mu cukup melelahkan," ucap Bu Tinah. Nova mengangguk dan memasuki kamar tersebut. Sementara Bu Tinah telah pergi meninggalkan nya. Kamar tersebut tidak terlalu besar. Hanya ada sebuah kasur berukuran kecil. Disampingnya ada lemari kayu, dan laci kecil. Kemudian ada ruang kecil yang ternyata kamar mandi.
"Bagus," pikir Nova meletakkan barangnya, dan langsung menuju kasur untuk rebahan. Ia menikmati kasur yang empuk itu. Nova bukan anak yang sulit untuk beradaptasi. Bibirnya terus menyunggingkan senyuman. Ia menatap langit-langit kamar nya. Hatinya sangat bahagia. Seminggu lagi dirinya akan memasuki sekolah memasak. Ia segera bangkit dari kasurnya dan mulai mengemasi barang-barang nya. Semakin cepat semakin baik, bukan.
Dua hari setelah ia berada di Batam, ia berencana untuk pergi ke sebuah mall untuk membeli beberapa barang yang belum sempat ia beli kemarin di Jakarta. Ia memilih mall yang bernama 'Mega Mall'. Karena mall tersebut tidak terlalu jauh. Ia mulai mengelilingi seluruh mall. Ia masih memiliki hari santai sekitar lima hari lagi. Ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan nya.
Jam telah menunjukkan pukul dua belas siang. Perutnya juga telah memberikan peringatan. Ia memilih untuk memakan di restauran sederhana. Ia membutuhkan makanan berat. Ia memilih tempat duduk yang tidak terlalu jauh dari kasir. Sambil menunggu pesanan, ia memilih untuk memainkan ponselnya. Ia mulai bercerita kepada mama nya yang berada jauh di Jakarta.
"Permisi," sapaan itu membuat nya mengalihkan pandangannya dari ponselnya. Ia melihat seorang lelaki dengan kemeja cokelat susu dan berambut tebal, hitam sedang tersenyum padanya. Ia membalas senyum tersebut.
"Ya ada apa?" Tanya Nova merasa asing.
"Kamu sendirian?" Tanya pria tersebut, tersenyum memperlihatkan lesung pipinya. Nova mengangguk. Ia tidak berbohong, kan. ia emang sendiri.
"Kalau saya duduk disini, boleh? Soalnya tidak ada kursi lagi," Nova mengedarkan pandangan nya keseluruh ruangan. Sangat ramai. Lelaki itu benar. Nova mengangguk, "Ya, silakan,"
Lelaki itu duduk dihadapan nya. Nova kembali sibuk dengan ponselnya. Tanpa sedikitpun memperhatikan orang yang berada dihadapannya.
"Serius kali lihat handphonenya," Nova mendongak mendengar penuturan pria tersebut. Masih untung gue terima, gerutu Nova dalam hati.
"Haha, iya. Ada sedikit urusan penting," lelaki itu tertawa kecil mendengar jawaban Nova.
"Nama kamu siapa?" Tanya pria itu lagi. Nova tampak berpikir-pikir. Ia merasa aneh memberikan nama asli untuk orang asing, di kota asing pula.
" Wulan, kalau Lo?" pria itu menatap Nova sedikit aneh.
" Azka, kamu orang Jakarta, ya?" Nova menyadari dirinya keceplosan. Tetapi apakah di Batam, perkataan lo-gue tidak asing?
"Iya, maaf belum terbiasa," sahut Nova dan buru-buru meminta maaf. Pria yang bernama Azka tersebut hanya tersenyum.
"Tidak terlalu aneh, sih. Cuma gaya bahasanya sedikit terlihat," keduanya tertawa ringan. Tidak lama setelah itu, seorang pelayang datang membawa pesanan milik Nova. Nova segera membuka kotak yang berisi ayam tersebut. Jauh didalam perutnya, usus nya telah meronta-ronta.
"Saya makan duluan, ya" ujar Nova memakai bahasa baku nya. Azka tertawa.
"Nggak pakai gue?" Nova menggeleng, mulai melahap makanan yang ada didepannya. Tidak lama setelah itu, pesanan lelaki tersebut datang. Keduanya menyantap makanan masing-masing sambil sesekali bercerita. Setelah itu Nova berpamitan lebih awal dan pergi meninggalkan Azka. Hari yang menyenangkan, pikir Nova.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments