Gilaa!

Mentari pagi sungguh hangat hari ini. Suara burung berkicauan membuat mata indah Ella membuka perlahan. Ella mengerjapkan matanya perlahan. Ia menengok kanan kiri, mengecek pria yang baru saja kemarin merusak smartphone kesayangannya.

Tapi, Ella tetap tenang. Karena smartphone kentang itu akan digantikan Uphone keluaran terbaru. Dilengkapi kuota 100 GB, casing lucu, dan SmartWatch!

Ella langsung beranjak ke kamar mandi. Ia mandi dengan cepat dan turun ke bawah. Bergabung dengan yang lainnya yang sudah memulai makan paginya.

"Ella, ayo duduk sini!" ajak Arthur menepuk kursi di sebelahnya.

"Tidak, Ella! Sini saja! Aku sudah membersihkan kursi ini.." ajak Ken menepuk kursi disebelahnya juga.

"Nggak aku aja! Aku jauh lebih bersih, aku beri parfum."

"Aku kasih parfum sama disinfektan! Lebih higienis!"

"Aku cat ulang agar bagus dan mengkilap!"

"Aku beri cat khusus agar tidak dikerubungi semut dan serangga!"

"Aku duduk di sebelah ayah aja." jawaban Ella sukses membuat kedua saudar itu semakin panas pertarungannya.

"Ini gara-gara lu sih!"

"Elo!"

"Elu ego!"

"Arthur! Kenneth!" ayah pun angkat suara, dan kedua saudara itu diam seribu diam.

Dylan yang berada di sebelah Ella mendekat ke telinga Ella. Lalu ia berbisik, "Kayaknya ada yang diperebutkan nih…" bisiknya.

"Ah, masa sih! Kaga lah! Ella kan udah istrinya Ken."

"Widih, udah ngakuin nih ye?" Ella memerah langsung.

"Eng, enggak kok!" jawab Ella terbata-bata. Lalu Dylan terkekeh geli.

▪▪▪

Ken dan Ella sudah bersiap untuk tidur. Kini Ken sudah menutupi tubuhnya dengan selimut, begitu juga Ella. Keduanya masih belum tidur, dan hanya menatap langit-langit kamar yang gelap.

"Kamu sama Arthur itu rebutan warisan ya?" tanya Ella membuat Ken sontak menoleh ke arahnya.

"Hm…" Ken menenangkan diri lalu kembali menatap langit-langit.

"Dulu, gue dikenal jenius sejak SD. Yah, karna Ayah nggak masukin gua ke taman kanak-kanak dulu lah. Lalu, Arthur, ia sejak aku kecil itu selalu membuat masalah. Ayah sudah nggak paham mau berbuat apa lagi ke Arthur akhirnya, agar tidak mempermalukan keluarga. Aku yang dipilih sebagai pewaris. Karena, Dylan tidak mau menjadi pewaris. Dan Vincent memang lebih tertarik dengan seni juga." jelas Ken panjang.

"Hm.." Ella memejamkan matanya.

"Emang seberapa pinter sih lu? Lo tetep aja gak bisa jawabkan, kalo 12.438 dikali 24.534?" ucap Ella ngawur.

"305.153.892, gimana?" jawab Ken enteng.

"Argh, mustahil!"

"Udah tidur sana, gih!"

◼◼◼

Pagi hari, Ella sudah bangun. Karena dibangunkan Ken tentunya. Karena dia memang kebo.

"Yah, kami berangkat dulu ya!" seru Ken lalu membuka pintu.

"Hem.." ayah hanya berdehem.

Ken dan Ella lalu berjalan ke garasi. Mereka naik mobil sport merah kesukaan Ken.

"Bukannya Vincent satu sekolah ya?" tanya Ella.

"Ntar dia nyusul pake mobil dia sendiri." jawab Ken membuka pintu mobil, lalu Ella masuk. Ken berputar dan masuk ke mobil.

Mereka pergi ke sekolah, ini berkebalikan dengan kehidupan Ella. Yang biasanya setengah 7 baru berangkat sekolah. Ini setengah 6 udah berangkat. Betapa rajinnya anak Lorvenue ini.

Mobil itu melaju cepat, mengalahkan angin dinginny pagi itu. Dan beberapa menit, mereka sudah sampai memasuki gerbang sekolah.

"*Kyaa! Kakak Ken!"

"Ken!!"

"Bawa aku bersamamu*!"

Banyak cewek-cewek yang berhamburan. Seperti anak kecil yang mengejar mobil pamannya yang baru datang dari desa.

Ken lalu mengarahkan mobilnya ke parkiran. Sekolah Ken adalah sekolah elite, Royal High School. 98% adalah anak dari keluarga berpengaruh di benua ini.

Ken keluar mobil, bersamaan dengan Ella. Seketika semua ricuh, mempertanyakan siapa Ella. Banyak juga cewek yang histeris.

"*Siapa tuh cewek?"

"Kok barengan sama pacarku?"

"Suami gua kali!!"

"Jangan-jangan, pacar gue selingkuh!?"

"Heh! Pacar gua*!"

"Haduh… fansmu banyak banget dah.." keluh Ella berjalan beriringan dengan Ken.

"Hehe, sapa dulu dong~" Ken tersenyum-senyum seperti orang gila.

"Iya deh, iya." Di koridor, mereka terhenti karena ada seorang lelaki di depan mereka.

"Ken, bisa minta tanda tangan?" katanya.

"Hah? Cowok juga?" Ella terheran-heran.

"Eh, enggak! Aku cuma…"

"Untuk apa itu?" tanya Ken memandangi buku dan pulpen lelaki itu.

"Mau aku jual, hehe." kata lelaki itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"..." Ken dan Ella diam memandangi lelaki itu dengan wajah datarnya.

Dengan berat hati, Ken mengambil buku dan pulpen lelaki itu. Dan menandatanganinya. Lelaki itu lalu berterima kasih dan lari.

Di kejauhan, lelaki itu tiba-tiba berteriak. Ia berteriak melambaikan tangan, "Woe! Aku dapet tanda tangannya A. Kenneth Lorvenue!!" teriaknya. Dan banyak cewek-cewek yang lalu mendekat, mengerubungi lelaki itu.

"Se…" Ella tidak melanjutkan kata-katanya.

".....parah ini kah?" lanjut Ken.

Mereka melanjutkan perjalanan ke kelas Ken. Dimana Ella juga akan belajar di situ. Yah, perlu campur tangan uang jajan tentunya agar mereka bisa sekelas.

Begitu mendekati kelas, banyak yang kembali ricuh.

"*Hah? Mereka juga sekelas?"

"Jangan-jangan dia jodohnya Kak Ken?"

"Ato adiknya?"

"Iya, anak perempuan dari keluarga Lorvenue yang mereka sembunyikan!"

"Mereka mukanya beda kali!"

"Kak Vincent dan Kak Ken juga mukanya beda!"

"Mungkin aja!"

"Huwaa! Aku juga mau sekelas dengan senpai-kun*!"

"Yakin, ini Ayah nyuruh kita sekelas?" tanya Ella lalu Ken mengangguk.

"Mata fansmu udah kek mau keluar tuh!" lanjutnya.

"Biarin, mereka cuma orang kuker yang gila." balas Ken.

tbc….

*An : Hari ini gak ada note sih. Cuma pengen minta tolong, like, komen, dan rate atau vote cerita aku. Jangan lupa mampir juga ke chatstoryku "Salah Nomor!?". 39!

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***